Evander keluar dari mobilnya. Dia berjalan menghampiri Elnara. Dari belakang Evander langsung memeluk wanita malam yang sangat dirindukannya. Elnara sontak terkejut ada yang memeluknya tiba-tiba. Dia menoleh ke arah wajah orang yang memeluknya. Elnara mengenal wajah itu dengan jelas.
"Evander!" ucap Elnara.
"Sayang aku kangen," ucap Evander sambil memeluk Elnara dengan erat.
"Sayang? kangen?" Elnara terkejut Evander memanggilmya seperti itu. Seperti sepasang kekasih.
"Lepaskan tanganmu!" perintah Elnara.
"Gak akan, kau harus bersamaku," ucap Evander. Dia tak mau melepaskan tangannya. Sudah susah bertemu masa dilepas begitu saja, Evander takut kehilangannya lagi.
Elnara berusaha melepas tangannya tapi tak bisa. Dia merasa lelaki berkelaian ini sudah mulai gila, menempel terus tak mau lepas.
"Evander malu dilihat orang, lepas!" ucap Elnara.
Akhirnya Evander melepas pelukannya. Elnara mengambil nafas dalam-dalam, Evander benar-benar memeluknya erat.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Elnara.
"Elnara aku mencarimu dari kemarin," ucap Evander. Dia tak ingin menutupi kenyataannya, dari kemarin Evander memang mencari Elnara kesana sini.
"Mencariku? perasaan aku tak punya hutang padamu, kenapa kau mencariku?" tanya Elnara. Dia belum tahu kalau Evander sudah kecanduan dengannya. Elnara justru berpikir yang tidak-tidak.
"Hutangmu banyak padaku, bahkan kau harus membayarnya seumur hidup," ucap Evander.
"Aku tidak punya hutang, kau mau memerasku? aku tidak punya uang sekarang," ucap Elnara. Dia memang benar-benar tak punya uang, semua hartanya sudah diberikan pada Mamy Desi. Elnara hanya memiliki baju yang dibawanya keluar dari apartemen miliknya.
"Bayar dengan ini," ucap Evander.
Evander membopong tubuh Elnara. Dia membawa Elnara menuju mobilnya.
"Evander lepas! kau mau membawaku kemana?" tanya Elnara.
Evander tak menjawab, dia hanya tersenyum. Kakinya terus melangkah menuju mobil yang masih ada di jalan. Sampai di depan mobil, Elnara dimasukkan ke dalam mobilnya. Lalu tak lama mobil itu melaju ke Apartemen Gloriya.
"Evander kita mau kemana? aku mau pulang," ucap Elnara.
Evander tetap diam. Sampai di apartemen, Evander membopong Elnara lagi berjalan memasuki apartemen miliknya.
"Evander lepas! turunkan aku!" pinta Elnara.
Evander mengacuhkannya. Dia tetap berjalan, naik lift hingga masuk ke dalam apartemen miliknya. Dia membaringkan Elnara di ranjang. Satu persatu kancing baju dilepas, dada bidangnya terlihat jelas menggoda. Selain ketampanan dan tubuh atletisnya yang sudah sempurna dipandang.
"Evander kau mau apa?" tanya Elnara.
"Elnara aku mau mengulang malam itu," ucap Evander.
Elnara menelan ludahnya. Lelaki di depannya yang dikenal belok kenapa jadi penuh keinginan yang membara seperti ini.
Evander melempar bajunya. Dia mendekati Elnara yang berbaring di ranjang.
"Elnara aku mau, aku akan membayarmu mahal," ucap Evander.
"Tidak Evander, aku sudah ...." Mulut Elnara ditutup dengan ciuman memabukkan. Evander menciumnya penuh dengan ambisi. Awalnya Elnara hanyut dalam ciuman itu, tapi dia teringat dengan keinginannya untuk bertobat. Elnara langsung mendorong Evander.
"Elnara kenapa? apa kau tak ingin uang banyak?" tanya Evander.
"Aku tidak butuh uang, aku tidak ingin melakukan ini lagi," ucap Elnara.
"Kenapa? kau sendiri yang membuatku tergila-gila padamu, terus kau tak mau tanggungjawab?" tanya Evander.
"Aku ... aku ... sudah hijrah," ucap Elnara.
Evander tertawa. Dia tidak mempercayai ucapan Elnara. Evander kembali mendekati Elnara mencengkram kedua lengannya. Dia memaksa Elnara untuk melayaninya.
"Evander jangan, jangan!" ucap Elnara.
"Elnara aku hanya ingin melakukannya lagi, tak peduli harus membayarnya berapapun," ucap Evander menggebu. Dia berusaha menikmati setiap yang diinginkannya.
"Lepas! Evander, ku mohon jangan buat aku kotor lagi," ucap Elnara.
Evander tak mendengar, dia tetap memaksakan keinginannya. Elnara berusaha melawan tapi tenaga Evander lebih kuat mencengkramnya. Elnara hanya bisa menangis. Sisi terlemah seorang wanita setelah berusaha.
Melihat air mata yang keluar dari mata Elnara, Evander tak tega, dia mengurungkan keinginannya, meskipun kejantanannya sudah membara tapi semua itu mampu ditahannya demi rasa sayangnya pada Elnara.
"Elnara jangan menangis," ucap Evander menatap wajah Elnara yang sudah berurai air mata.
"Aku bukan wanita malam lagi, aku ingin dihargai seperti wanita lainnya, jangan kau nodai wanita yang sudah kotor ini hik .. hik ...hik ...," ucap Elnara.
Evander menyeka air mata yang ada di pipi Elnara. Dia tak menyangka keinginannya sebagai lelaki sudah menyakiti Elnara.
"Maafkan aku," ucap Evander.
Evander mengambil pakaiannya, menutup tubuh Elnara.
"Elnara katakan sesuatu," ucap Evander yang duduk di samping Elnara yang masih berbaring sambil menangis.
"Maafkan aku yang melihatmu sebagai tempatku menyalurkan keinginanku," ucap Evander. Dia menyesali perbuatannya. Tidak seharusnya dia melakukan hal seperti itu pada orang yang kini sudah mengisi hatinya.
Elnara berhenti menangis, bangun dan duduk tepat di samping Evander.
"Aku sudah memaafkanmu," ucap Elnara.
Evander mendekati Elnara. Dia menatap wajahnya.
"Elnara, jadilah milikku," ucap Evander.
Elnara tersenyum. Lelaki pelangi di depannya ini membuatnya heran, seingat Elnara, dia tak menyukai wanita, tiba-tiba memintanya jadi miliknya.
"Hei kenapa kau tersenyum, jawab aku!" ucap Evander.
"Kau bukannya tak suka wanita," ucap Elnara.
"Kau yang membuatku candu, kau harus tanggungjawab," ucap Evander.
"Gak mau," ucap Elnara.
"Aku tidak minta jawabanmu, aku akan memaksa, kau hanya boleh jadi milikku," ucap Evander.
"Eh, kau diktator sekali," ucap Elnara.
Evander mengusap rambut panjang Elnara.
"Itu karena botol ini sudah bertemu tutupnya, jadi tak mungkin ganti kelain hati," ucap Evander.
Elnara tersenyun malu-malu. Lelaki pelangi itu mulai gombal padanya.
"Aku mau pulang, antarkan aku," ucap Elnara.
"Gak mau, bilang dulu kau milikku, baru ku antar pulang," ujar Evander.
"Kau memaksa ya," ucap Elnara.
"Makanya jangan membuatku candu, berani berbuat harus mau tanggungjawab," ucap Evander.
"Nyesel, kenapa juga kemarin aku mau melayanimu?" ujar Elnara.
Evander mendekati Elnara, wanita malam itu grogi dan berusaha menjauh, tapi Evander memojokkan Elnara hingga ke tepi ranjang.
"Bukannya kau juga suka," ucap Evander.
"Evander jangan dekat-dekat, aku menuju hijrah," ucap Elnara.
Evander tertawa, melihat wanita malam ini mau hijrah, tapi dia senang karena Elnara takkan disentuh lelaki lain lagi.
"Lalu kenapa kau masih pakai baju seksi seperti ini, membuat pejantanku bangun," ucap Evander.
"Aku belum punya uang untuk membeli baju yang tertutup," ujar Elnara menunduk.
"Tenang sayang, kau punya aku. Apapun akan ku berikan padamu," ucap Evander.
"Beneran? gratis?" tanya Elnara antusias.
"Enak saja gratis, kau harus bayar," ucap Evander.
Elnara langsung cemberut. Kegirangannya yang tadi sirna, baru kali ini Evander melihat ekspresi lucu dari wajah Elnara.
"Kau harus mau bilang aku milikmu, katakan dengan manis," ucap Evander.
"Gak mau," ucap Elnara.
"Kalau gak mau, kita main yang tadi lagi, sampai puas," ucap Evander.
"Kejam!" ucap Elnara cemberut.
"Kau sendiri cari masalah denganku, kau tak bisa lepas Nona," ucap Evander.
"Oke, aku milikmu, puas!" ucap Elnara.
Evander tertawa senang. Elnara sudah mengatakan hal yang paling ingin didengarnya.
"Ikut aku!" Evander menarik lengan Elnara keluar dari apartemennya.
"Evander kita mau kemana?" tanya Elnara yang mengikutinya.