Rasa penasaran Vero masih terbesit hingga langkahnya mulai mendekat pada Aurel.
Ia pandangi tubuh istrinya dari ujung rambut hingga ujung kaki tanpa berkedip sedikit pun.
"Wajahnya sama, bajunya pun sama. Tapi ... apa enak-enak yang baru aja aku lakuin itu hanya sebuah ilusi dan kehaluan semata?" batinnya masih bingung.
"Mas? Mas Vero gak papa 'kan? Masih sehat dan waras bukan?" tanya Aurel sembari mendekap Alif yang terlelap di pelukannya.
"Siapa? Aku? Kamu ngomong sama aku?" sahut Vero mulai menatap dan menanggapi pertanyaan istirnya.
Aurel mengangguk. "Dia kenapa sih? Sekarang kerjaannya marah-marah mulu? Mbok ya o ... seng kalem gitu loh!" batinnya.
"Gak papa, aku cuma pengen nanya, yang masuk kamarku barusan itu kamu apa bukan?"
"Ha? Apa? Mana bisa aku masuk kamarnya Mas Vero? Pintu aja terkunci rapat. Kalau aku setan, ya bisa ...."
"Terus yang tadi mengetuk pintu lalu masuk ke kamar dan ngajakin aku enak-enak siapa?" tanya Vero kali ini dengan wajah serius.