"Gue harus kelihatan cantik di depan Vero!" tekad Carissa sambil mematung di depan cermin.
Carissa adalah wanita umur 23 tahun yang naksir dan mengincar cinta Vero, yang tidak lain adalah seorang BOS di sebuah perusahaan besar dan ternama.
Carissa sama sekali tidak tahu, jika Vero sudah mempunyai seorang kekasih yang kebetulan hari akan berkunjung ke kantor Vero.
Namanya Aurel, wanita berusia 23 tahun yang super cantik, menawan serta seksi. Tubuhnya bak seperti gitar spanyol yang harganya fantastis.
Kulitnya putih dan mulus ditambah rambut hitam panjang yang semakin mempercantik dirinya. Setiap pria yang memandang, pasti akan langsung jatuh hati. Karena pesona Aurel memang tidak terelakkan.
["Sayang, nanti kamu jadi main ke sini?"] tanya Vero di dalam telepon.
"Jadi dong, Sayang," jawab Aurel singkat.
Wanita cantik itu memang tidak terlalu suka bicara yang kesannya bertele-tele. Dia tipe orang yang paten. Kalau ngomong iya, ya harus iya, enggak ya enggak, tidak perlu dikasih embel-embel yang tidak perlu.
["Nanti sekalian makan siang bareng."]
"Oke, Sayang."
Setelah percakapannya selesai, Vero kembali fokus pada pekerjaannya. Agar saat Aurel sampai ke kantornya nanti, Vero tinggal cus dan bisa pacaran.
***
Tok! Tok! Tok!
Vero menoleh ke pintu saat ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk!" perintah Vero kemudian.
Terlihat wanita seumuran Vero dengan pakaian yang memperlihatkan lekukan tubuh. Wanita itu tidak lain adalah Carissa. Dia sengaja mengenakan rok pendek dengan belahan sampai memperlihatkan bagian paha.
Tubuhnya memang seksi, sayangnya kulitnya tidak terlalu putih dan wajahnya biasa-biasa saja.
"Selamat siang, Pak Vero," sapa Carissa sambil berjalan ke arah bosnya itu dengan cara tubuh yang dilenggak-lenggokkan.
Tentu tujuannya untuk menggoda sang bos yang gantengnya seperti artis korea.
Carissa lantas menyerahkan berkas yang ia bawa pada Vero sambil mengedipkan mata.
Pria mana yang tidak teralihkan pikirannya, di kala ada seorang wanita yang mencoba merayu?
Vero yang notabennya seorang laki-laki pecinta wanita seksi, terus saja memandangi tubuh Carissa tanpa berkedip.
"Asyik, dia sudah mulai memandangku," batin Carissa bangga.
"Kamu kenapa? Matamu kelilipan?" tegur Vero.
"SIAL!" umpat Carissa saat sasaran tidak menanggapinya secara baik.
Di sela-sela obrolan Carissa dan Vero, pintu ruangan kembali diketuk.
"Iya masuk!" seru Vero sembari mengalihkan pandangan yang semula menatap Carissa, menjadi melihat sisi pintu.
Saat pintu telah terbuka, Vero langsung berdiri dan berseru.
"Hai! Akhirnya kamu datang juga, Sayangku ...."
Tentu saja Carissa tersentak dengan kalimat yang baru saja terlontar dari bibir sang Bos.
"APA?! SAYANG?!" batin Carissa kaget, kemudian membalikkan tubuh.
Sosok wanita yang begitu cantik, anggun dan harum, membuat Carissa melotot dan tidak bisa berkutik.
"Cantik!" gumam Carissa spontan. "Huh, apa-apaan sih gue ini! Kenapa jadi memuji wanita itu! Seharusnya gue marah dan benci!" batin Carissa mengimbuhkan.
Vero menyusul langkah Aurel, laki-laki itu lantas memeluk dan mengecup kening, kedua pipi sampai bibir.
Namun, saat Vero hendak melanjutkan aksinya, Aurel menolak.
"Jangan!" tolak Aurel sambil menjauhkan bibirnya dari jangkauan sang pacar.
"Loh, kenapa? Selama ini kamu gak pernah menolak aku, bukan? Lalu masalahnya apa?" sergah Vero bertanya-tanya.
"Tuh, lihat! Di belakang kamu ada seseorang," jawab Aurel sambil menunjuk Carissa.
Vero menoleh dan tertawa.
"Astaga!!! Aku sampai lupa! Hey, Carissa! Ngapain masih di situ? Ayo kembali ke tempat kerjamu!"
Carissa yang sejak tadi melihat adegan panas Vero dan Aurel menggenggam jari-jemarinya dengan erat. Wanita itu sedang marah!
"CARISSA! Kamu gak denger?! Cepat pergi!!!" perintah Vero dengan mengeraskan suaranya.
"Baik, Pak." Carissa menunduk dan bergegas pergi.
Ada dendam membara dalam jiwa Carissa. Dia tidak menyangka jika laki-laki yang selama ini dia puja dan incar sudah memiliki dambaan hati.
Setelah keluar dari ruangan Vero, Carissa tidak langsung pergi begitu saja. Dia menyempatkan diri mengintip Vero. Lagi-lagi Carissa melihat kembali, saat Vero mengecup Aurel di sela-sela pintu yang belum sepenuhnya tertutup.
Dilihatnya Vero dengan asyik dan antusias mengecup bagian wajah Aurel dengan nafsu.
Begitulah sifat asli Vero. Laki-laki yang sangat haus akan hasrat, gairah, kecantikan dan kenikmatan.
Vero memang mencintai Aurel, tapi cintanya itu karena Aurel cantik. Jadi, bisa dikatakan bahwa cinta Vero tidak tulus.
"Gue gak terima diperlakukan seperti ini! Enak saja mereka bahagia di atas penderitaan gue! Gak! Gue gak terima!" Carissa yang muak, lalu pergi dengan hati yang memburu dan penuh benci.
Di kala Carissa sedang berseteru dengan gejolak rasa di dalam dirinya, Vero dan Aurel masih asyik. Mereka sepasang kekasih yang seumuran dan sama-sama sudah dewasa.
"Sayang, udah ah ... gak enak kalau ada yang melihat. Lagipula ini di kantor, bukan tempat buat melepas hasrat.
"Ah, tapi aku masih ingin! Aku kangen banget sama kamu, Sayang."
Vero masih terus mengecup sana-sini, sampai tidak tersisa. Padahal, Aurel sudah risih dengan sikap Vero yang selalu memperlakukannya dengan bar-bar dan murah.
Oleh sebab itu pula, Aurel menuntut segera dinikahi. Bukan apa-apa, tapi tujuannya baik. Dia hanya ingin menghentikan semua dosa yang akhir-akhir ini selalu dilakukan.
Karena Vero tidak mau berhenti, akhirnya Aurel sedikit mendorong tubuh Vero.
"Sayang! Kenapa sih?! Kamu udah gak asyik lagi kayak kemarin-kemarin!" keluh Vero kesal.
"Maaf, tapi aku lama-lama merasa risih. Kalau kamu sudah tidak tahan memiliki aku sepenuhnya, ayo lamar aku ... nikahin aku ...."
Aurel menantang Vero.
"Oke! Siapa takut! Tiga hari lagi aku akan datang bersama orangtuaku untuk melamar!"
Manik mata kecoklatan milik Aurel pun membesar dengan bibir yang mengulas senyum.
"Benarkah? Apa kamu berkata sungguh-sungguh?" tanya Aurel memastikan kebenaran.
"Iya bener! Asalkan, sekarang kamu jangan menolak!"
Akal bulus seorang laki-laki memang selalu terkesan licik. Dia dengan gampangnya menjanjikan suatu hal untuk mendapatkan keinginannya. Bukankah itu sama saja dengan menyelam sambil minum air?
"Em, kalau nanti aja gimana? Aku lapar, pengen makan."
Jangan salah, bahwa wanita pun bisa memanipulasi keadaan. Agar tidak terlihat seperti menolak, Aurel mengalihkan pembicaraan dengan pembahasan lain.
"Tapi aku pengennya sekarang!" rayu Vero sambil bibirnya terus mendekat ke bibir Aurel.
"Tahan! Tahan dulu!" tolak Aurel langsung meraih tangan Vero, mengajaknya makan.
"Sial! Lagi-lagi aku harus menahan rasa haus yang kian menyerbu otakku! Awas saja, setelah makan nanti, aku akan segera minta jatah! Baru kali ini aku dipermainkan seorang wanita!" batin Vero.
Memang benar apa kata Vero, selama dia menjalin hubungan dengan seorang wanita, baru kali ini dia sama sekali tidak diijinkan menyentuh tubuh dan mencicipinya.
Ya, Aurel hanya mengijinkan Vero memeluk dan mengecup. Tidak lebih! Membuat Vero semakin haus dan penasaran dengan kecantikan dan kemolekan yang dimiliki kekasihnya itu.
Aurel tidak ingin dijadikan bahan kenikmatan oleh kekasihnya. Baginya, harga diri dan tubuh yang ia miliki sangatlah mahal dan hanya bisa dibeli dengan sebuah ikatan janji suci yang disebut PERNIKAHAN.
Saat Aurel berjalan menyusuri kantor, semua karyawan takjub, sampai-sampai mata mereka tidak mengijinkan untuk berkedip sedikit pun.
"Aurel ini memang harus segera aku miliki! Jangan sampai ada satu laki-laki pun yang mencoba merebutnya dariku!" batin Vero saat menyadari bahwa kekasihnya itu memang banyak sekali yang mengagumi.
Vero melepas jasnya lalu memberikan pada Aurel.
"Pakai ini, aku gak mau tubuh indah yang kamu miliki, dilihat dan dinikmati orang lain!"
Rupa-rupanya Vero cemburu dan tidak terima, saat Aurel dipandang oleh banyak orang.
***
Bersambung.