"Ma-ma—" Lidah Melati seolah kaku hingga dia tak bisa meneruskan kalimatnya. Sebenarnya Melati tak berani menjelaskan semuanya pada Bara. Keberaniannya menciut karena Melati sadar betul apa yang telah dilakukannya memang sebuah kesalahan.
"Kenapa Mama diam saja?! Apa yang Lina katakan memang benar?!!" tanya Bara kembali menyelidik bersamaan dengan langkah kakinya yang mendekati Melati.
Rasa takut mulai memenuhi benak Melati, meskipun sebenarnya Bara sendiri juga sudah mendapatkan uang beberapa kali dari Lina.
"Maafin mama, Sayang—" ucap Melati dengan wajah menunduk. "Mama mengaku salah—" imbuhnya kemudian masih tak berani mengangkat wajahnya.
"Tatap mataku, Ma!" sentak Bara masih emosi. Bara tetaplah Bara yang memiliki kepribadian kasar, angkuh dan emosian.
Sakit memang saat mendengar bentakan dari anak kandung sendiri. Tapi, Melati tak boleh marah karena ini memang sudah menjadi konsekuensi yang harus ia terima atas kesalahan.