Namun, di dalam telepon Vero tidak menjelaskan apapun. Dia memang sengaja menyembunyikan semuanya, agar pacarnya itu tidak ragu terhadap hubungan yang sebentar lagi akan melangkah dalam tahap keseriusan.
"Aku gak boleh jujur, kalau mama yang menyuruh Aurel untuk memperlihatkan kekayaannya. Aku takut, dia akan tersinggung dan enggan menikah denganku," gumam Vero setelah beberapa saat menutup panggilan telepon.
Vero hanya sekedar mengatakan, kalau Aurel besuk harus berpenampilan sempurna tanpa ada cacat sedikit pun.
Tidak adil memang, akibat ketidakjujurannya itu, Aurel jadi berpikiran liar. Ada tanda tanya besar di dalam otaknya.
"Mas? Mas Vero? Yah, kok dimatiin sih? Belum juga jelasin apa-apa udah kabur aja!" ucap Aurel masih menunggu penuturan dari Vero, padahal saluran telepon sudah terputus.
Aurel sangat bingung dengan perintah Vero yang terdengar aneh dan riskan.
"Aku gak ngerti sama omongan Mas Vero. Kenapa dia memintaku berpenampilan begitu? Apakah menurutnya, harta dan kemewahan itu nomor satu?" gumam Aurel sembari meletakkan ponselnya kembali.
Tidak ingin terlalu pusing, Aurel memutuskan untuk tidur. Malam sudah semakin larut, dan begadang bukanlah cara Aurel untuk melampiaskan kebingungannya.
Aurel diamanati oleh kedua orangtuanya untuk mengurus salah satu perusahaan besar.
Bukan sebuah beban untuk Aurel, karena dia gadis itu sangat pintar dalam berbisnis. Pantas jika semua laki-laki akan berbondong-bondong mendekati.
Takdir berhasil mempersatukan Vero dengan Aurel dan ternyata Vero sangat posesif. Dia sama sekali tidak suka jika ada pria lain di dalam kehidupan Aurel. Bahkan, karyawan Aurel sekalipun.
***
Paginya, Aurel bangun dengan tubuh yang segar. Sebelum sarapan, ia akan menjalankan ritual setiap pagi terlebih dahulu, yakni mandi, gosok gigi, seperti orang-orang pada umumnya.
Orang kaya mah bebas! Mau dia bagun pagi, atau kesiangan, tidak akan merasakan yang namanya mengantri toilet. Ya, karena kamar mandi di rumah mereka lebih banyak jumlahnya dari pada penghuninya.
Berbeda dengan keluarga yang lahir dalam kesederhanaan seperti di desa. Setiap pagi, pasti ada saja kepanikan yang disertai dengan teriak-teriak.
Mereka berebut menempati kamar mandi, untuk menjalankan ritual panggilan alam.
"Aku harus cepat mandi, lalu berangkat ke kantor dan setelah itu mempersiapkan acara makan malam bersama keluarga Mas Vero," tekad Aurel sembari tangannya meraih handuk.
Di tempat yang berbeda, tepatnya ruang makan, mama dan papa Aurel sudah duduk manis sambil menyantap hidangan di depan mereka.
"Mah, kok tumben jam segini anak kita belum turun dari kamarnya?" tanya Putra Sanjaya.
"Mungkin dia lagi mandi, Pa ... Aurel sekarang sudah dewasa, pasti dia juga butuh dandan agar terlihat cantik. Lagipula, seorang pengusaha di perusahaan besar harus berpenampilan rapi dan memikat, bukan?" jawab Nurma Yunita, Mama Aurel.
Beberapa saat kemudian, Aurel menghampiri Putra dan Nurma.
"Masya Allah, cantik sekali kamu, Sayang? Persis kayak Mama waktu muda dulu," ucap Nurma saat melihat anaknya sudah sempurna dengan baju dinas dan sebuah tas mahal keluaran terbaru.
Putra yang mendengar celoteh sang istri lalu tertawa sampai air matanya keluar. Namun, tidak mengelak karena Nurma memang tidak kalah cantik sama Aurel.
"Pagi, Ma ... Pa," sapa Aurel sambil mengecup kening papa dan mamanya. Dia lalu duduk untuk sarapan bersama.
Di sela-sela, menikmati santapan pagi, Aurel berniat menceritakan permasalahanya saat ini.
"Aduh, dari mana aku ngomongnya?" batin Aurel sembari melirik ke arah Nurma dan Putra.
"Em ... Aurel, mau cerita sesuatu sama Mama dan Papa," celetuknya kemudian.
Putra dan Nurma yang asyik mengunyah nasi beserta lauk pauknya lantas buru-buru menelan.
"Mau cerita soal apa, Sayang? Mama dan Papa akan selalu mendengarkan kok," sahut Nurma.
"Sebenarnya, Aurel punya pacar namanya Vero. Nah, kebetulan nanti malam Aurel diajak makan malam di rumahnya—"
"Alhamdulillah, Mama seneng dengernya. Akhirnya ada juga laki-laki yang bisa membuatmu jatuh cinta. Lalu masalahnya di mana? Bukankah jika seorang kekasih mengajak makan malam dan bertemu dengan keluarganya, tandanya serius?"
Aurel nampak lesu, dengan wajah yang tertunduk.
"Aurel? Kamu kenapa kok malah sedih? Apa kamu tidak suka sama Vero?" sambung Putra.
"Bukan itu ... kalau soal sayang dan serius, Aurel sudah mantap sama dia, tapi ... yang menjadi beban pikiran adalah, di saat Vero menyuruh Aurel mengenakan barang-barang mewah saat makan malam nanti," jelas Aurel sendu.
"Loh, kok bisa? Apa pacar kamu itu orang yang kaya raya?"
Aurel mengangguk dan mulai mengangkat wajahnya kembali dengan bola mata yang sudah berbinar.
Mereka bertiga pun lalu terdiam sesaat untuk berpikir apa maksud dari keluarga Vero.
"Bagaimana, Pa? Mama masih belum menemukan titik terang!"
"Papa juga tidak tahu pastinya. Namun, apapun itu semoga baik untuk kedepannya."
Putra memang sosok yang sangat ramah dan dewasa. Selalu bijaksana dalam menghadapi suatu masalah.
Berbagai tanggapan mulai dituturkan Putra demi membuat anaknya itu semangat dan berpikir positif. Bahkan, Putra memberikan sejumlah uang untuk Aurel agar bisa membeli baju dan barang-barang lainnya untuk menunjang kemewahan.
Bukan karena Putra pamer dan merasa terhina dengan permintaan Vero. Namun, karena Putra ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
***
Malam pun tiba dan Aurel sudah siap dengan baju berwarna gold yang harganya fantastis. Yakni 10 juta. Tidak hanya itu saja, tas yang akan dikenakan Aurel juga bernilai tinggi. Tas keluaran terbaru dengan harga 8 juta 500.
Tentunya masih ada sepatu, jam, anting, gelang, cincin serta kalung yang jika ditotal semuanya, bernilai 1 MILIYAR!
Fantastis bukan? Aurel berharap semuanya akan berjalan lancar dan baik-baik saja.
"Aurel pergi dulu, ya," ucapnya sembari meraih tangan kedua orangtuanya lalu mengecup pada punggung tangan tersebut.
Aurel berdiri di depan rumah menunggu sang pujaan hati menjemput.
Benar saja, sepuluh menit kemudian, mobil mewah milik Vero berhenti tepat di depan gerbang.
Dari dalam mobil, Vero melihat tampilan Aurel yang sangat memukau.
"Apakah itu Aurel?"
Saking tidak percayanya Vero, dia sampai menggosok kedua matanya lalu menatap ke sosok wanita yang saat ini kecantikannya 99 persen sempurna.
Aurel yang sadar akan kedatangan Vero, lalu berjalan dengan anggunnya. Sebuah dress selutut membuat kemolekan tubuhnya terlihat jelas.
"Halo, Sayang," sapa Aurel saat masuk mobil.
Vero tersenyum puas, merasa bangga telah mendapatkan wanita paling limited di dunia ini.
"Malam ini kamu begitu mempesona, Beby!" puji Vero langsung mendekatkan wajah ke arah Aurel.
"Bolehkah aku melakukannya sekarang?"
Kening Aurel mengerut, tidak paham apa yang baru saja dikatakan lelakinya itu.
"Melakukan apa?" sergah Aurel panik.
Bibir Vero lantas mendekati bibir Aurel membuat gadis seksi itu panas dingin.
CUP!
Vero berhasil mendaratkan bibirnya pada kelopak mawar milik Aurel. Saat bibir Vero hendak berbuat lebih, Aurel menghindar.
"Maaf, Mas ... ini bukan saatnya. Sabarlah sebentar lagi agar kita berdua mendapatkan kenikmatan yang hakiki."
Kalau saja Aurel bukan gadis yang mahal, pasti Vero sudah berulang kali mencicipinya.
***
Bersambung.