Aurel dan Marni mulai melakukan tugas pertama yakni memasak. Melisa memerintahkan mereka untuk menyiapkan makan siang.
"Non Aurel duduk di sana saja. Biar Bibi yang memasak."
"Eh, mana boleh begitu. Bibi harusnya menganggap Aurel sebagai teman Bibi, bukan sebagai majikan. Em, sebaiknya Bibi jangan panggil Aurel NON, tapi MBAK saja. Bukan apa-apa sih, hanya saja Aurel lebih nyaman saja."
"Baik, Mbak Aurel."
Meskipun kenyataannya Aurel memang majikan Marni. Namun, Aurel tetap rendah hati dan tidak ingin diperlakukan spesial. Baginya semua orang itu punya kedudukan yang sama. Tidak perlu ada kasta apalagi saling meninggikan ataupun merendahkan.
"Nyaman sekali bajunya, Bi ... adem," ucap Aurel sembari mengiris bawang merah.
"Ah, Mbak Aurel bisa saja. Baju Bibi mah kalau dibandingkan sama baju-bajunya Mbak Aurel kalah jauh. Baju mahal tentu lebih nyaman dan adem."