Chereads / Spy's Unreachable Target / Chapter 2 - BAB 2: SEKOLAH MATA-MATA

Chapter 2 - BAB 2: SEKOLAH MATA-MATA

Aku dan Dova memisahkan diri begitu sampai di depan lift. Ia masuk ke lift kiri menuju asrama putra, sementara aku mengangkat dua koperku ke lift kanan menuju asrama putri.

"Suri! Selamat pagi," sapa seorang gadis berkemeja kuning di depanku. Ia Freya, sangat pintar. Jago lima bahasa sampai ke bahasa kasar, halus, dan aksen-aksennya juga. Sebelum masuk ke akademi ini, ia adalah pemandu wisata yang sering keliling dunia.

"Pagi, Freya! Kelihatannya aku terlambat," keluhku sambil berusaha menenteng koper.

"Iya, cepat simpan kopermu di kamar, beres-beresnya nanti saja. Kita harus tepat waktu," perintah Freya sambil buru-buru keluar dari lift menuju lapangan sekolah.

Saat pintu lift tertutup, aku segera menekan tombol ke lantai lima.

****

Lapangan sekolah kami mirip seperti stadion. Ada banyak bangku bertingkat mengelilinginya. Bagian atapnya tertutupi oleh semacam kanopi transparan yang tembus sinar matahari tapi tidak tembus air hujan.

Aku masuk ke barisan, lumayan dapat di baris kedua dari belakang. Di belakangku ada Manda dari kamar 506, dengar-dengar ia ahli membaca gerak bibir, bahkan dari jarak jauh sekalipun. Ia tersenyum ketika aku menoleh padanya. Sepertinya hampir seluruh murid sudah berdiri di tempatnya masing-masing. Kalau dilihat dari atas, mungkin kami tampak seperti semut yang mengerumuni podium kecil, tempat kepala sekolah berkacamata hitam menyampaikan sambutannya. Dari dulu sampai sekarang belum pernah aku melihat wajahnya tanpa kacamata hitam itu.

"Halo," sapa Pak Purnama mencoba mikrofon. "Semuanya sudah siap, ya? Mata-mata muda pantang terlambat!"

Tiba-tiba kami semua serentak merapikan barisan. Semua teman-temanku sudah mengenakan seragam lengkap, dan sepertinya pintu masuk stadion ini sudah ditutup.

"Libur sudah selesai. Sekarang kita fokus pada tujuan, yaitu keamanan dunia di sekeliling kita," lanjut Pak Purnama. "Saya akan mengumumkan perolehan nilai terbaik di semester kemarin. Terbaik dari kelas linguistik ada Mona dari kamar 501, kelas logika-matematika ada Suri dari kamar 503, kelas visual-spasial ada Mila dari kamar 506, Bodily-Kinesthetic ada Dova dari kamar 507, dan ....," 

Aku tidak menyimak seluruh ucapannya karena ada banyak sekali jenis kecerdasan khusus yang disebutkan. Tapi aku cukup menangkap beberapa hal yang penting, yaitu namaku dan juga Dova sempat disebutkan. Lumayan juga ternyata hasil belajar semester kemarin.

"Tapi kecerdasan tersebut tidak penting! Peringkat itu tidak penting!" Pak Purnama menaikkan intonasi bicaranya, terdengar tegas. Lalu ia bersin cukup keras depan mikrofon, sehingga mendadak kami semua kaget mendengarnya. "Yang terpenting adalah keberhasilan misi dan kerja sama." 

"Hari ini, lakukan yang terbaik!!!" lanjut Pak Purnama, mengisyaratkan kami semua untuk bubar dengan tertib.

****

Siang ini rupanya aku dapat misi baru. Televisi yang terpasang di ruang kelasku tiba-tiba berganti layar dari tampilan peta dunia, menjadi ruang pusat divisi. Pak Ferdy sebagai ketua umum divisi pelaksanaan misi, tiba-tiba memanggilku dan beberapa orang siswi dari kelas lain untuk datang menemuinya.

Begitu aku sampai di sana, ternyata sudah ada beberapa siswi yang datang. Aku kenal mereka, ada Freya dan Manda

"Oke, sudah lengkap!" kata Pak Ferdy begitu melihatku. "Kalian bertiga akan saya kirim dalam sebuah misi rahasia." Lalu ia membolak-balik sebuah kertas merah. "Ini misi merah."

Aku, Freya serta Manda saling melirik. Misi merah merupakan misi nomor dua tertinggi setelah misi hitam. Misi merah mengharuskan  mata-mata junior untuk melakukannya tanpa didampingi pembimbing, alias dilepas sepenuhnya. Benar-benar hanya ada kami bertiga saja nanti. Ini pertama kalinya aku mendapatkan misi merah. Sebelumnya aku hanya melakukan misi kuning saja, yang berarti masih dalam pengawasan mata-mata senior dalam misi tersebut.

"Kalian bertiga akan bekerja sama dalam memata-matai seseorang bernama Mr. Lion, bukan nama sebenarnya. Ia seorang bandar narkoba jaringan internasional." 

Aku menelan ludahku dengan gugup. Ini sepertinya agak sulit.

"Kami mendapat informasi penting mengenai keberadaannya," ujar Pak Ferdy fokus mengetik di laptopnya. Layar monitor besar di atas jendela kemudian menampilkan gambar brosur konser heavy metal. "Ini konser band Broadersonic, diadakan pada malam hari di tanggal delapan. Datanglah dan cari informasi sebanyak-banyaknya."

Freya menginterupsi, "Maaf, Pak. Apakah kami hanya mencari informasi saja?"

Pak Ferdy berhenti mengetik dan mengangkat wajahnya. "Jika kalian berhasil mendapat barang bukti, itu sudah masuk ke misi kelas hitam. Itu masuk ke kapasitas kakak kelas kalian," ucapnya. "Aku tidak melarang kalian mendapat barang bukti, kok. Tapi kalian pasti tahu resikonya," katanya sambil tertawa horor.

"Baik, Pak!" kata kami bertiga serentak.

****

Setiap kali misi diberikan kepada semua mata-mata junior secara serentak, entah itu misi kuning, merah, atau hitam sekalipun, biasanya akan diikuti dengan rotasi kamar juga. Satu misi diberi batas maksimal selesai satu bulan, itu berarti di bulan itu tiap-tiap anggota tim harus segera berada di kamar yang sama. Awalnya aku juga merasa direpotkan, tapi memang begitulah hidup seorang mata-mata yang selalu berpindah-pindah. Tidak akan ada waktu untuk berlama-lama di suatu tempat, karena akan memperbesar kemungkinan bocornya identitas asli.

"Jadi, sepakat menggunakan kamar ini?" tanyaku sebelum memutar kunci.

"Sepakat, aku suka kamar yang jauh dari toilet," jawab Manda.

"Benar, kamar dekat toilet adalah ide yang buruk. Bisa-bisa misi kita ketahuan," timpal Freya menarik kopernya. "Tembok toilet seolah jadi setipis tisu kalau kita ceroboh."

Aku juga tidak mau ada yang menguping pembicaraan tim kami, karena tiap misi adalah rahasia. Jika aku berhasil mengetahui apa misi tim lain, maka timku akan dapat poin, dan tim lawan dapat pengurangan poin. Jadi, jangan sampai ada yang tahu misi rahasia ini, sampai misi ini benar-benar selesai. Aku lalu memutar kunci kamar 454 dengan hati-hati.

Kami bertiga segera masuk dan menata tempat tidur kami dengan cepat.

****