Bab 24
Saat itu juga Seto menghubungi daftar lima penyanyi yang telah dipilih sendiri oleh Tuan Jack Wilson.
"Hallo Nirmala," Sapa Seto. Dia telah berjanji pada Nirmala tidak akan memberi tahukan identitasnya pada siapapun di sana. Seto menyembunyikannya dari Jack.
"Hallo juga Mas Seto," jawab Nirmala dari ponsel pintarnya.
"Nirmala kamu terpilih untuk bernyanyi di King Club. Kamu bisa datang besok malam. Sekalian menandatanagni perjanjian kontrak kerja kamu disini. Dan malamnya kamu langsung bisa bernyanyi," jelas Seto Nugraha.
"Oh Alhamdulillah. Terimakasih Mas Seto," Ucap Nirmala. Nirmala kali ini ya bahagia ya bersedih. Bahagia telah diterima, tapi sedihnya dia harus berbicara bagaimana pada Bibi Asih kalau dia akan berangkat bernyanyi. Pulang jam 11.00 larut malam.
Seto membolak-balik kan kertas yang dipakai Tuannya menilai penampilan peserta audisi. Dia menemukan lukisan wanita bertopeng sangat mirip dengan Nirmala, lukisan yang diambil dari angel samping pada satu lembar terakhir.
"Wah, bagus sekali lukisan tangan yang dibuat Tuan Wilson. Nampaknya ada perasaan yang berbeda dengan pria itu pada Nirmala," gumam Seto Nugraha dalam hati.
Seto Nugraha menyobek satu lembar lukisan itu dan menyimpannya.
****
Seperti biasanya Sony bersantai di atas balkon rumahnya dengan Bryan. Mereka sering menghabiskan malam hanya sekedar duduk diatas sana. Karena pemandangan dari atas sana terlihat indah.
Dengan ditemani chocolate panas, mereka mulai berbicara masalah pekerjaan di perusahaan besar yang mereka pimpin.
"Pencarian top model tahun ini apa sudah kamu dapatkan Bryan?" Tanya Sony mulai percakapan.
"Belum Pa, Brian masih memakai model tahun lalu untuk cover majalah remaja. Renata Queen, dia pemilihan model tahun 2021 kemarin belum saya pose fotonya di ruang meeteng. Menurut Brian dia model dengan gaya paling bagus dari beberapa model lain," jelas Brian mengajukan Renata Queen dalam pemilihan foto sampul majalah remaja bulan ini.
"Apa dia benar-benar multi talenta. Papa belum melihat aktingnya di dunia hiburan," lanjut papa.
"Ya Pa, dia adalah model pendatang baru, Brian. Brian melihat kepiawaiannya juga baru akhir tahun lalu. Jika dalam satu adegan dia bisa menyelesaikan dengan baik. Itu sudah Brian anggap lihai." Jawab Brian dengan menyeruput Chocolate panasnya.
"Sekarang ini sudah tidak zaman lagi Pa ada pemilihan model lewat audisi. Brian sudah membuat akun dari media sosial untuk memudahkan mereka yang ikut mendaftar. Brian tinggal melihat keunggulan mereka dari sana. Dan beberapa model terbaik akan di panggil ke studio untuk pemotretan." Lanjut Brian lagi.
"Papa serahkan semuanya padamu Brian. Papa anggap kamu paling pandai dalam hal itu, oh ya bagaimana dengan kabar kakakmu Nirmala?" Tanya Sony tiba-tiba teringat Nirmala, Brian belum bilang sesuatu terhadapnya.
"Ya Pa, Minggu kemarin Brian mendatangi Desa Sumber Rame. Dan menjumpai Kakak Nirmala disana. Dikeluarga Bapak Jhony. Kakak meminta satu minggu untuk berfikir Pa. Jadi Brian beri waktu satu minggu itu pada Kakak. Setelah satu Minggu Brian bilang Papa dan Brian akan menyusulnya," Jelas Brian pada Papanya.
"Kenapa Kakak mu harus meminta waktu segala. Apa dia tidak ingin cepat pulang kerumah ini?" Tanya Sony sedikit kecewa pada Nirmala.
"Brian tidak tahu Pa, mungkin dia butuh waktu untuk bersama dengan Bibi yang tinggal bersamanya," terka Brian Asal.
"Papa sudah rindu pada kakakmu Brian," ucap Sony tiba-tiba. Benar saja mereka sudah tidak bertemu lagi setelah empat tahun lamanya.
"Tidak apa-apa Pa, Brian yakin Kak Nirmala pasti mau pulang." Bujuk Brian agar Papa Sony tidak terlalu kepikiran Kakaknya.
"Brian masih belum lega Pa, tentang siapa yang menjebak Kakak Nirmala dikamar itu. Dari pengakuan orang itu ada satu orang wanita dan satu pria lagi yang ikut merencanakan penjebakan Kakak Nirmala, semua sudah disetting sedemian rupa hingga kita semua percaya tentang apa yang dilihat difoto itu." Lagi Kata Brian.
"Sekarang dimana pria yang yang kau temukan itu Brian. Papa ingin menghajarnya habis-habisan. Di telah membuat Papa mengusir Kakak mu Nirmala."
"Dia melarikan diri Pa, setelah orang suruhan Brian menangkapnya dia berhasil meloloskan diri. Padahal Brian belum menerima banyak informasi darinya. Siapa yang menyuruhnya dan satu temannya belum dia ungkapkan," kata Brian menyayangkan semua itu.
"Sudahlah biarkan saja, yang terpenting Kakakmu Nirmala tidak bersalah. Papa akan membawanya pulang kembali lagi kerumah ini. Biar suka ataupun tidak suka Mama dan adikmu, Papa tetap akan membawanya pulang." Jelas Sony memantapkan keinginginannya.
"Pa, waktu Brian kesana Kak Nirmala sedang sakit tubuhnya demam tinggi. Brian bawa ke klinik. Dari ruang laboratorium, suster memberikan hasil lab. pada Kak Nirmala entah dia tidak menceritakan hasilnya pada kami. Brian jadi tidak tahu sebenarnya dia sakit apa,"
"Papa jadi khawatir Brian, apa kamu tidak minta nomer teleponnya?"
"Aku lupa Pa,"
****
Malam itu Nirmala memberanikan diri menceritakan pada Paman Jhony dia pasti bisa merahasiakan semua khususnya pada Bibi Asih.
Nirmala butuh bantuan paman Jhony, untuk bisa mencari alasan keluar malam untuk bekerja. Nirmala menjelaskan bahwa dia diterima bernyanyi di King Club
Awalnya paman Jhony tidak menyetujuinya dia menganggap tempat itu tidak baik untuknya. Keselamatan nya tidak akan terjamin jika sudah masuk ke tempat malam itu. Tapi dengan alasan Nirmala untuk menggunakan uang itu untuk kemoterapi, akhirnya paman Jhony menyetujuinya.
Jhony merasa iba terhadap kehidupan Nirmala yang pahit. Dia tidak bisa membantu apapun untuk pengobatan Nirmala.
"Nirmala, apa kamu tidak mau memberitahu Papamu. Paman yakin papa Nirmala pasti bisa membiayai segala pengobatan Nirmala!" Ucap Paman mengusulkan
"Nirmala tidak ingin merepotkan siapapun Paman, termasuk paman dan Papa. Nirmala bisa mengatasi semua ini Paman percayalah pada Nirmala," jawab Nirmala meyakinkan Paman Jhony.
Mereka saling berpelukan seperti ayah dan anaknya sendiri. Tanpa sadar paman Jhony menitihkan air mata. Air itu jatuh diatas tangan Nirmala.
Nirmala melepaskan pelukan hangat itu, dan menoleh ke wajah paman, segera paman Jhony mengusapkan linangan air mata yang masih tersisa di kedua bola matanya.
"Paman menangis?" Tanya Nirmala, menatap tajam linangan bola mata paman Jhony. Dia membantu menghapus air yang terlanjur jatuh ke pipi.
Paman Jhony merasa iba dengan keadaan Nirmala, gadis ini sangat baik, tapi tidak satu keberuntungan pun yang berpihak padanya.
"Allah sangat menyayangi mu Nak," Ucap Paman Jhony.
"Terimakasih paman Jhony, kalau dulu tidak bertemu kalian. Entah Nirmala akan menjadi seperti apa. Mungkin gelandangan yang tiada tempat tinggal." Nirmala memberi seulas senyum yang dipaksakan.
"Kamu bicara apa sih. Ya beruntunglah kamu Nak memperkerjakan Bi Ijah dia perempuan yang baik juga,"
"Nirmala beruntung paman, dikelilingi orang-irang yang baik," Ucap Nirmala.