Chereads / Terjebak Cinta Karena Harta / Chapter 28 - Kemewahan

Chapter 28 - Kemewahan

Mela Grande (Apartment), Sukhumvit 25

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kinan, Felix dan Joseph sang ayah tiba di Apartment Joseph. Kinan terperangah dengan segala kemewahan yang ada di hadapannya. Joseph membawa masuk Kinan dan Felix untuk bertemu dengan sang ibu.

"Di mana Ibu?" tanya Felix yang tidak sabar ingin melihat sang ibu yang dikatakan Joseph sedang terbaring sakit. "Ayo, masuk!" Joseph persilahkan Kinan dan Felix masuk ke dalam sebuah kamar.

KREK

Felix terperangah dengan pemandangan di depannya yang terlihat sang ibu sedang terbaring lemah di atas kasur yang mewah. "Ibu ..." Felix tersungkur di hadapan sang ibunda. Ia mencium tangan ibunya seraya berkata, "Maafkan aku, Bu!" Kinan hanya melihat Felix dan wanita paru baya itu saling berpelukan dan terlihat sangat saling menyayangi satu sama lain. Hal itu membuat Kinan semakin heran. "Jika Felix adalah anak dari keluarga kaya seperti ini, kenapa ia lebih memilih tinggal di Jakarta dan hidup seadanya? Kalau Joseph dan Ibu ini adalah orang tua Felix, apa mungkin mereka juga ayah dan Ibuku? " desis Kinan dalam hatinya sontak memancing perhatian Joseph yang memerhatikan gerak-gerik Kinan.

Dalam lubuk hatinya, Joseph ingin sekali memeluk Kinan. Ia merasa kasihan dengan gadis yang ia bawa bersamanya kini. Apalagi, saat Joseph mengetahui bahwa Kinan telah di buang oleh Renata.

"Siapa ini?" tanya Ibu Felix yang melihat ke arah Kinan. Lalu Joseph menjelaskan tentang siapa Kinan sebenarnya. "Dia, putri kita Bu!" sontak perkataan ayah Joseph menuai kesal pada Felix "Apa maksud Ayah bahwa Kinan adalah anaknya dental Ibu?"

Sang ibunda menggerakkan tangannya untuk duduk bersandar di kepala ranjang. Felix dengan sigap membantu sang ibu. Kinan yang terkejut dengan ucapan lelaki tua itu, hal itu membuatnya melirik ke arah Ibu dan ayah Joseph. Felix heran, kenapa Ibunya tidak marah sedikit pun saat suami yang ia cintai membawa anak dari hasil perselingkuhannya. Felix menggelengkan kepalanya seraya melihat ke arah Joseph.

Ayah Joseph mengajak Kinan ke luar. Felix pun berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan sang ibunda. "Bu ... kenapa Ibu bisa sakit begini? Apa yang terjadi selama aku tidak ada di sini?" Felix mengusap lembut ke dua pipi ibunya. Ia tak kuasa menahan air matanya yang sudah tak bisa ia bendung. "Ibu merindukanmu, Felix. Ibu sakit-sakitan karena memikirkanmu."

Menurut diagnosa Dokter dua minggu yang lalu, ternyata Bu Safira mengidap sakit jantung. Selama Felix pergi, ibunya sangat kesepian dan sering melamun. Lalu, Arian pun sampai di titik ia harus menanyakan sesuatu pada sang ibunda.

"Bu, kenapa Ibu tidak marah atau kesal dengan sikap Ayah yang semakin seenaknya terhadap Ibu? Gadis itu bukan anak Ibu! Dia anak Ayah bersama selingkuhannya!" Arian emosi dengan apa yang baru saja ia lihat.

"Nak ... Ibu sudah memaafkan Ayah. Anak gadis itu tidak bersalah. Apalagi, Ibu dengar dia di buang sengaja oleh Ibunya. Dia berhak bahagia, Felux. Ibu yakin, kamu juga punya pemikiran seperti itu kan?" walaupun dalam keadaan lemas, Bu Safira tetap mencoba memberi jawaban dan pengertian pada Felix.

Namun, entah kenapa hati dan perasaannya masih belum bisa memaafkan Ayahnya dan juga Renata, Ibu mertuanya.

Taman Apartemen ....

Joseph memegang pundak Kinan dengan kedua tangannya. Matanya sedikit berkaca-kaca ketika merasakan semua kepedihan yang Kinan rasakan selama ini. Kinan dan Joseph berjalan pelan menunggu tempat duduk yang ada di sekitar taman.

Saat sampai pada tujuan, mereka pun duduk bersama. Semilir angin menghembus meresap ke dalam pori-pori kulit Kinan dan Joseph. Kinan tampak kedinginan. "Kamu adalah anakku, Kinan!" Kinan menengok ke arah Joseph, seolah matanya melirik penuh tanya pada Joseph.

"Lalu, kenapa aku ada di Jakarta dan hidup di Panti Asuhan?" air mata yang jatuh perlahan namun pasti itu mengiringi pertanyaan Kinan terhadap Joseph. Kemudian, Joseph bingung harus menjawab apa. Seketika Joseph teringat Renata, ia menaruh rasa benci pada wanita yang telah melahirkan Kinan itu. 'Oh ... Kinan yang malang. Maafkan semua kesalahan Ayahmu ini, Nak' rengek Joseph dalam hatinya tak akan bisa mengubah kenyataan bahwa ia dan Renata lah yang salah besar.

"Kamu tidak di buang, Kinan! Kamu itu hilang di Jakarta akibat kami semua lalai dalam menjaga kamu."

Kinan tampaknya percaya dengan ucapan Joseph. Ia pun sudah mau jujur. Hari ini, adalah hari yang paling indah. Akhirnya semua yang ku impikan, terjadi." Senyum diiringi tangis bahagia pun terpancar dari raut wajah Kinan.

"Kamu boleh kok tinggal di sini." Seketika Kinan pun sangat antusias karena ia dapat menikmati semua fasilitas mewah itu.

"Tidak!" tegas Felix yang datang menghampiri Kinan dan Joseph. "Sisa waktu kita di sini tinggal dua hari lagi. Setelah itu, kita pulang ke Jakarta," ujar Felix.

Felix mengajak Kinan pergi menuju kamarnya dan meninggalkan Joseph sendiri duduk termenung menyaksikan anak lelakinya begitu berani menentang setiap perlakuannya. Meski begitu, Joseph mengertikannya.

Di saat sedang berjalan, Kinan melontarkan beberapa pertanyaan sederhana tapi menjebak bagi Felix. "Apa alasan Mas Felix untuk hidup sederhana di Jakarta? Lalu, kenapa dari awal, Mas menyembunyikan identitasku dari Martha?"

DEG~~~

Felix menghentikan langkahnya. Ia melihat wajah sang adik yang sudah bergenang air mata. "Kinan ... Nanti kamu akan tahu semuanya, tapi tidak sekarang. Sabar ya." Felix menepuk lembut pundak Kinan.

"Ini kamar kamu." Kinan terperangah kagum dengan kemewahan yang dimiliki keluarga Felix yang kini adalah keluarga barunya. Tapi kekagumannya itu seketika berubah haluan setelah Felix berkata, "Jangan tergiur dengan kemewahan! Anggap semua ini bias saja." Felix meninggalkan Kinan untuk beristirahat di dalam kamarnya.

Felix pergi ke kamarnya yang sudah ia tinggalkan selama kurang lebih empat tahun. Terasa mimpi ketika ia berada di dalam kamarnya lagi. Felix merasa lelah dengan semua yang ia lakukan. Tapi, ia tidak bisa menyangkal bahwa apa yang ia lakukan semata-mata hanya ingin keadilan bagi Ibu Safira dan juga Kinan adik tirinya.

Melentangkan tangan dan berbaring santai di atas kasur yang masih terasa hangat, Felix menatap atap langit-langit yang melukis wajah Sarah. Felix merindukan Sarah. Ia pun khawatir dengan keadaan Martha yang tengah mengandung anaknya.

KREK~~

Pintu terbuka dan membuat Felix terperanjat dibuatnya. Ternyata orang yang masuk ke dalam kamarnya itu adalah Joseph sang ayah. "Mau apa lagi ke sini?" kedua matanya melirik memutari pergerakan ayahnya yang berjalan mendekati Felix ..." Joseph menghela napas panjang.

Joseph hanya ingin Felix memberinya satu kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah dia buat bersama Renata. Lalu, Felix ingin Joseph mengatakan bagaimana kronologi sebelum Ibu mertuanya membuang Kinan.

"Ya ... Jadi, Kinan itu adalah Stefany ..."

Joseph menjelaskan secara rinci tentang pertemuannya bersama Renata di sebuah Hotel di Jakarta saat setelah Kinan lahir.

"Semoga Felix akan memberiku kesempatan setelah ku ceritakan semua yang aku tahu,' lirih dalam hati seorang ayah.