Tiga hari sudah Felix menghilang. Ia di kurung oleh empat orang lelaki yang entah siapa yang menitah mereka. Selama tiga hari ini, Felix menunggu. Ia masih penasaran dengan sosok yang mereka bilang bos itu. Kemudian, tibalah hari di mana Felix akhirnya bertemu dengan dia, si dalang dari semua kejadian ini.
KREK~~~
Terlihat kaki beralaskan sepatu boats hitam melangkah masuk. Felix menilik mulai dari bawah, tengah hingga atas. Lalu, ia terperangah ketika melihat siapa lelaki yang berani menculiknya itu.
DEG~~~
"Hai ... Nak!"
"A---Ayah!" Felix terkejut hingga terbata-bata saat melihat ayah Joseph berdiri tepat di depannya setelah hampir 4 tahun tidak bertemu. Ada apa Joseph menculik anaknya sendiri?
"Felix, maaf. Ayah harus melakukan ini padamu.
Satu alasan kenapa ia melakukan penculikan ini. Ia hanya ingin membawa Felix pulang ke Bangkok. Selama ini, Joseph tetap memantau gerak-gerik anaknya tersebut. Joseph tahu semua tentang Martha, Renata, Kinan, bahkan Sarah. Joseph takut, jika Felix salah dalam mengambil jalan.
"Tidak! Aku tetap pada pendirianku. Aku tetap akan tinggal di sini dan hidup tanpamu, Ayah!"
"Felix ... jika kamu mau pulang bersama Ayah, Ayah akan mengizinkan kamu membawa istrimu. Bahkan Ayah akan membawa Kinan, anak kandung Ayah," ujar Joseph.
"Lebih baik Kinan tinggal bersamaku. Daripada harus tinggal bersamamu atau dengan selingkuhan Ayah itu."
"Felix! Jaga sikap kamu! Wanita yang kamu sebut wanita murahan itu adalah ibu mertua kamu!"
Seketika amarah Felix meluap-luap. Ingin rasanya Ia pergi dari sekapan itu.
*Nada pesan masuk berbunyi
(Tolong kasih tahu saya di mana Felix berada. Karena saya tahu tentang siapa itu Joseph.)
Tok ... Tok ... Tok
Suara ketukan pintu terdengar dan Joseph persilahkan ajudannya masuk. Ajudan itu membawakan ponsel milik Felix. Ia memperlihatkan pada Joseph tentang isi pesannya itu. Kemudian Joseph pun membacanya dengan saksama. "Sarah!"
Felix langsung melirik tajam ayahnya ketika beliau mengatakan nama Sarah di depan Felix. Berjalan memutari kursi yang di duduki sang anak, Joseph berbicara tentang Sarah.
"Apa kamu yakin, Sarah adalah orang yang kamu cintai?" tanya Joseph.
"Jangan sentuh Sarah sedikit pun! Aku tidak mau dia terseret ke dalam masalah ini." Felix merengek memohon pada Joseph agar Sarah tetap aman.
"Apa kamu tidak menyadari, bahwa kamu sudah menyeret perlahan wanita yang kamu cintai ke dalam masalah kamu?"
felix berontak. Lalu ia pertanyakan apa mau Joseph darinya. Joseph berkata, "Ayah kan sudah bilang, Ayah hanya ingin kamu sudahi semuanya. Tinggalkan Jakarta dan pulang bersama Ayah ke Bangkok. Ibumu sakit Felix!"
Felix terperangah saat Joseph bilang bahwa ibu yang sangat dicintainya sedang sakit. Tapi, Felix tidak mudah percaya pada ayahnya.
"Kamu harus percaya, Felix! " jelas sang ayah. Felix pun meminta kesepakatan pada Joseph. "Aku akan pulang! Tapi hanya sebentar. Setelah itu, aku akan kembali ke Jakarta."
Joseph menyetujui apa yang di katakan Felix. Tanpa menunggu lama, Joseph memanggil ajudannya. "Tolong, kamu pesan tiga tiket untuk ke Bangkok."
"Kenapa tiga? Kita kan hanya berdua?" tanya Felix. Joseph menjawab bahwa tiket yang satu lagi untuk ajudannya.
~~~
Berdua di dalam kamarnya, Kinan dan Martha saling berpeluk hangat. Mereka menanti kedatangan Felix yang selalu mereka tunggu-tunggu. "Mba, kamu harus kuat, ya! Mas Felix pasti pulang," rayu Kinan. Kinan pun menunjukkan rasa empatinya dengan menyeka pipi sang kakak ipar yang basah karena deraian air mata.
Setelah beberapa menit mereka duduk bersama di atas kasur, Kinan pamit untuk pergi ke Supermarket terdekat. Ia ingin memasak untuk Martha yang sejak pagi tadi hanya meminum susu hamil. Ia tidak mau makan karena nafsu makan yang hilang sejak menghilangnya Felix tiga hari yang lalu.
Memakai baju yang santai tapi rapi, Kinan melanjutkan rencananya untuk pergi ke Supermarket. Bunyi klakson taksi online yang telah ia pesan, telah parkir di depan rumahnya. Ia ke luar, lalu melambaikan tangannya pada sang kakak ipar, Martha.
Sesaat sedang dalam perjalanan, Martha di bawa ke suatu tempat oleh Sopir taksi onlain itu. Martha pun bertanya, "Pak, ini bukan arah ke Supermarket," tegur Kinan. Akan tetapi, Pak Sopir itu hanya diam tanpa kata. Kinan pun mulai cemas karena ia mobil yang ia naiki melaju sangat cepat.
Kinan teriak dan menggedor-gedor kaca mobil. "Diam kamu!" tegas Pak Sopir seraya menengok ke arah Kinan yang duduk di belakang. Ternyata Sopir yang seharusnya menjemput Kinan sudah di sekap oleh orang suruhan Joseph sesaat sedang dalam perjalanan menuju rumah Kinan. Kini yang membawa Kinan adalah orang suruhan Joseph.
Mau di bawa ke mana Kinan sebenarnya?
Bandara Soekarno Hatta ...
Felix dan Joseph berjalan pelan, lalu mereka duduk di kursi untuk menunggu pesawat yang akan membawa mereka terbang ke Bangkok. Di tengah suasana Bandara yang ramai, Joseph menerima panggilan masuk dari ajudannya,
"Halo, Bos! Saya sudah membawa gadis ini ke Bandara. Sekarang Posisi Bos di mana?" tanya ajudan. Joseph melihat ke sekitarnya, saat ia membalikkan badan, ia melihat ajudannya bersama Kinan. "Oke, saya sudah lihat kamu. Cepat bawa gadis itu ke hadapan saya!" sang ajudan pun telah melihat Joseph yang memberi kode agar cepat membawa Kinan ke hadapannya.
Kinan berjalan mengikuti arahan sang ajudan andalan Joseph. "Felix ...?" Kinan terkejut saat melihat Arian bersama lelaki tua yang duduk bersamanya. "Kinan ...?" Seketika Felix menatap tajam ayahnya yang merasa kesal karena telah membawa Kinan pergi bersama mereka.
"Ayo, berangkat!" ajak Joseph pada anak-anaknya. "Mas, kita mau ke mana?" rengek Kinan yang terlihat ketakutan. "Kita ikuti saja apa maunya." Kemudian, Felix bertanya, "Bagaimana keadaan Martha? Apa dia baik-baik saja?" Kinan menjawab pertanyaan Felix dengan sangat rinci bahwa keadaan Martha sangat buruk. Sedang Felix dan Kinan mengobrol, Joseph memerhatikan perbincangan antara adik dan kakak itu.
Sementara itu, keadaan Kinan di rumah semakin kacau. Ia menunggu kedatangan Kinan dari Supermarket. Kekhawatirannya terhadap Kinan sangat lah besar. Mengingat, selama ini Kinan sudah bersikap baik pada Martha. Kinan pun telah sabar menjaga Martha sejak Felix tidak ada.
Sudah pukul 10 malam, Kinan belum juga pulang. Gundah gulana yang di rasakan oleh Martha, membuatnya menghubungi Renata sang ibunda untuk datang ke rumahnya. Martha sangat takut jika sewaktu-waktu ada orang yang membawanya juga. "Aneh! Kenapa suami dan adik iparku menghilang secara tiba-tiba? Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka?" lirih Martha seraya duduk di atas sofa dengan mengusap lembut perut buncitnya.
Martha bingung harus mencari Kinan ke mana lagi. Karena ia baru mengenal sosok Kinan. Dan tidak tahu di mana dulu Kinan tinggal, atau siapa saja temannya.