"Su– subjek mulai bereaksi!"
Namun, darah keluar dari mulut pemuda itu. Salah satu alat sensor yang dipasang di tubuh monster itu berubah menjadi merah.
"Terdapat kerusakan pada limfanya!"
"Ventrikulus-nya membengkak!"
"Tunggu sebentar! Dia mendapat penyakit gastritis kronis– aakh!! Mereka menembakku!!!!"
Para ilmuwan itu bergegas mengambil tindakan dengan menekan salah satu tombol, lalu berlari menuju kabel-kabel yang tersambung pada lambung pemuda itu.
Salah satu ilmuwan hendak memotong kabel tersebut, akan tetapi Densuke menghambat gerakannya.
Ilmuwan itu terkejut. Dia menengadah menatap profesor terbaik di labor ini dengan mata melebar.
"Tidak. Biarkan seperti ini," pinta Densuke. "Jangan sampai eksperimen yang ke-52 kali ini gagal."
Lantas, ilmuwan itu menganggukkan kepala. Dia mundur dan menjauh dari tempat tersebut. Kakinya kembali melangkah ke tempat ia meneliti.
"Profesor!"
Shinku dengan nafasnya memburu dan peluh keringat yang membanjiri keningnya datang menghampiri Densuke.
Pria tua yang melihat raut wajah anak didiknya itu melebarkan senyum. Mata sipitnya menjadi hilang akibat senyum tersebut, hingga menampilkan gigi-giginya yang masih utuh.
"Ada apa, Asisten Kyoukutei?" tanya Densuke.
Masih dengan nafas memburu, Shinku menepis keringat yang ada di dahi. Dia mencoba mengatur nafasnya dan menormalkan debar jantung yang tidak karuan.
Hingga saat ia mulai merasa tenang, Shinku mengangkat wajahnya. Keningnya mengernyit.
"Para Strix datang menyerang laboratorium," jelasnya.
Sontak, senyum pun pudar dari bibir Densuke. Wajahnya menjadi masam, lalu ia pun berbalik.
"Ya, aku tahu. Biarkan saja mereka," kata Densuke.
"Tapi, prof– jika dibiarkan, seluruh ilmuwan di sini akan tertangkap!" sanggah Shinku.
"Mereka tidak akan bisa membobol ruangan ini dengan mudah. Kau sudah lupa pria yang ada di luar itu?" tanya Densuke.
Segera, Shinku pun mengunci mulutnya dengan rapat. Dia menggertakkan gigi dan kedua bahunya terangkat menahan emosi.
"Tapi, ruangan yang berhasil dibobol itu adalah ruangan ini, prof–"
"HENTIKAN! AAKHH!!! HENTI–"
NGUUNG!!!
Bersamaan teriakan pemuda yang menjadi subjek itu, berbunyilah sirine yang memenuhi laboratorium.
Dalam sekejap, lampu yang semula mengeluarkan cahaya putih itu kini berubah menjadi merah. Tanda bahaya pun datang bersamaan dengan darah.
"Profesor! Ini sirine peringatan yang kesekian kalinya. Jika kita tetap di sini, Para Strix bisa saja menangkap kita, prof!"
"Jadi kau ingin meninggalkan subjek yang akan berhasil ini, Asisten Kyoukutei!?"
Densuke menghardik Shinku. Wajahnya merah padam dan nafasnya menderu. Tatapannya sangat tajam pada asistennya tersebut.
Shinku yang dihardik oleh profesor itu menunduk. Tubuhnya menjadi gemetar.
Sirine kembali berbunyi. Kali ini bukan bersama dengan teriakan pemuda itu, melainkan bersamaan dengan suara dentuman dan jeritan histeris dari para ilmuwan yang ada di luar sana.
Mendengar kekacauan yang ada di luar, para ilmuwan yang bekerja dibawah pengawasan Densuke secara langsung itu menjadi tidak tenang. Satu persatu dari mereka telah menghancurkan konsentrasi, lalu menoleh ke sumber suara.
Shinku yang tidak terima akan sikap Densuke itu berbalik. Dia menarik nafas dengan dalam.
"Para Strix berhasil menerobos bagian dalam laboratorium! Dimohon untuk para ilmuwan tetap fokus sampai percobaan kali ini berhasil!"
Dengusan terdengar di setiap para ilmuwan. Bisa saja mereka sedang mendumel, tapi apa daya? Mereka terikat dan jika kabur pun, hanya kematian yang menyambut.
Densuke tidak peduli dengan perkataan Shinku. Matanya berbinar menatap subjek yang akan tercipta dengan ilmu-ilmu sainsnya.
Senyum kian melebar di wajah keriput Densuke.
"Jika percobaan ini berhasil, maka manusia abadi akan terlahir di dunia ini," ucap Densuke.
Shinku berjalan mendekati Densuke. Kali ini, dia berdiri di samping profesor itu dengan mata melebar dan mulut terperangah.
"Apa kita benar-benar membuat manusia abadi, professor?" tanya Shinku yang sekarang mulai ragu dengan penglihatannya.
Sedangkan Densuke yang mendengar perkataan Shinku itu mengernyit. Pertanyaan itu seperti sedang merendahkannya, membuat nada bicara Densuke menjadi tinggi.
"Apa maksudmu? Tentu saja kita telah berhasil menciptakan manusia abadi," kata Densuke pada asistennya.
"Ta– tapi, bagaimana dengan wujudnya yang sangat berbeda dengan manusia itu, prof?"
Shinku menengadah. Matanya melebar ketika menyaksikan kuku-kuku dari pemuda tersebut begitu panjang, bulu-bulu yang berwarna putih terlihat sangat panjang. Dia seperti menyerupai manusia serigala.
'Sangat jauh dari kata manusia abadi!' pikir Shinku.
Sejenak, Shinku berpikir bahwa mereka bukanlah membuat manusia abadi, melainkan monster yang mungkin saja dapat menghancurkan kehidupan manusia.
Namun, tidak selesai dia berpikir dan tidak peduli akan tanggapan Densuke yang sedang berdecak kesal itu, lantai tempat ia berpijak itu bergetar.
Spontanitas membawa penglihatannya mengedar. Bunyi dobrakan ada di sampingnya– tepatnya pada pintu putih tempat ia keluar masuk labor ini.
'Para Strix!' pikir Shinku. 'Semakin mendekat!'
"Eksperimen pembuatan manusia abadi telah berhasil dengan persentase 100 persen!"
Seseorang bersorak begitu bangga, tapi sepertinya dia tidak tahu bahaya apa yang mengancam.
Shinku mengalihkan pandangannya pada tempat seseorang memberi informasi. Ternyata benar, dia tidak melihat wujud yang diteliti, melainkan melihat data-data yang ada di layar komputer di depannya.
Tak ada yang menyadari perubahan dari tubuh pemuda itu, kecuali Shinku yang berada paling dekat dengannya.
"Profesor …," seru Shinku.
Tubuhnya tak bisa bergerak ketika dia menatap manik mata merah darah dari pemuda yang telah menjadi monster itu. Dia gemetar hebat dan bahkan pandangannya tidak bisa lepas.
Seperti alarm peringatan muncul di benaknya, Shinku seraya diminta untuk kabur dari tempat itu.
Sedangkan Densuke yang senang akan pencapaiannya, dia terkikik geli menatap Shinku.
"Oh, Kyoukutei– kau–"
"Lihatlah apa yang ada di sana, prof!"
Brak!
Disaat Shinku berteriak pada Densuke, monster tersebut melayangkan serangan ke samping Shinku. Beruntung, yang diserang adalah kabel dan rantai yang menahan monster itu.
Shinku seperti mati kutu. Bola matanya seperti akan keluar dari tempatnya. Peluh keringat seperti berhenti ketika dia hampir saja mati.
"Astaga!"
Seseorang berteriak dari kejauhan. Ternyata adalah pria tua– Densuke sedang menutup mulutnya dan dia terduduk.
Debar jantung Shinku menjadi tidak karuan setelah melihat reaksi dari profesor. Tidak pernah dilihatnya profesor menunjukkan raut wajah pucatnya.
"K– Kyouku–!" teriaknya. Mata yang melebar itu menuju pada wanita berambut coklat bergelombang. "Cepat pergi dari situ!"
Titahnya tidak bisa dilakukan oleh Shinku. Tubuhnya seakan mati rasa, untuk menggerakkan kaki terasa sangat berat.
Lantas, Shinku pun menggeleng. Bulir air mata perlahan keluar dan jatuh membasahi pipinya.
Jika memang saat ini takdirnya mengatakan bahwa ia akan mati, maka Shinku hanya bisa pasrah.
"Oi, kau! Kubilang pergi dari sana! Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terkandung di dalam Larutan Energy Parasyte itu!"
Meskipun Shinku tahu apa yang terkandung di dalamnya, kejadian seperti ini tidak bisa dihindarkan.
Getaran terjadi di tempat ia berpijak, terasa seperti monster itu mulai bergerak.
Shinku memejamkan matanya, dia menjadi culun dengan tubuh gemetar hebat. Dia tidak berani untuk menyaksikan apa yang terjadi hingga debar jantungnya seakan terhenti ketika monster itu berbicara.
"Kyou … Kyoukutei …."
Shinku membuka matanya ketika Densuke memanggil namanya dengan lirih. Alhasil, bola mata membelalak disaat bayangan besar menutupi tubuhnya.
Secara perlahan, Shinku menengadah– melihat apa yang sedang terjadi. Nyaris tidak bisa bernapas, dia menyaksikan tangan besar yang sangat mengerikan itu kali ini hendak menghantam tubuhnya.
BRAK!!!