Seminggu kemudian setelah kejadian waktu Ayudia dan Kenzo dihukum, mereka berdua tidak saling bicara. Membuat Ayudia merasa rindu kepada Kenzo. Padahal dia tidak tahu bagaimana Kenzo yang tidak memikirkan dirinya sama sekali sehingga dia selalu bersama dengan Jennifer selama seminggu tersebut. Namun semua itu tanpa sepengetahuan Ayudia tentunya karena dia tidak pernah keluar selain kerja sehingga dia tidak tahu apa saja yang dilakukan oleh Kenzo selain di sekolah. Bahkan di dalam kelas pun Ayudia tidak berani menyapa Kenzo duluan karena dia merasa malu berpacaran dengan Kenzo yang sangat tajir.
Hari ini adalah hari libur di cafe, Ayudia bersiap-siap untuk keluar malam bersama Elang. Waktu itu saat Elang mengajaknya ke pasar malam tidak jadi karena Ayudia tidak bisa libur di café karena dia ingin lembur pada malam itu karena ada tawaran lembur sehingga dia meminta pada Elang untuk mengajaknya lain waktu sehingga baru malam ini mereka akan perhi.
Malam ini Ayudia sudah terlihat sangat rapi menurut versinya, sederhana. Namun terkesan sangat anggun bagi siapa saja yang melihatnya karena wajahnya yang sangat cantik karena kulitnya yang putih berseri. Ayudia menggunakan kemeja lengan pendek dengan bawahan rok bunga-bunga dengan model payung dengan panjang di atas lutut sehingga dia tampak sangat imt sekali. Rambutnya diurai memanjang dengan hiasan bando dan wajahnya hanya menggunakan bedak dengan ligloss saja. Tak lupa tas kecil yang selalu dia bawa kemanapun saat keluar rumah untuk tempat ponselnya yang sudah usang. Namun begitu ponselnya masih bisa digunakan sehingga Ayudia tidak malu untuk membawanya kemana-mana.
Ayudia masuk ke dalam kamar ibunya, dia ingin berpamitan kepada ibunya yang berada di atas ranjang.
"Ibu, udah tidur?" tanya Ayudia pelan, dia melihat ibunya memejamkan matanya. Biasanya meskipun ibunya belum tidur pun matanya selalu terpejam karena tidak ingin membuka matanya. Seperti tidak ingin melihat indahnya dunia yang menurutnya sangat menyedihkan mungkin, Ayudia sendiri tidak paham. Tugasnya hanya merawat ibunya saja dengan ikhlas agar ibunya merasa senang karena ada dirinya yang selalu menemaninya. Ayudia terkadang sempat mengeluh pada dirinya sendiri karena tidak pernah merasakan indahnya masa remaja seperti yang dirasakan pada semua temannya yang kaya raya. Tetapi dia hanya bisa pasrah saja karena semua sudah menjadi takdirnya.
"Rani? Kamu ngapain nak?" tanya ibunya lemah sambil membuka matanya untuk melihat putrinya yang tidak pernah dia bahagiakan. Membuatnya merasa sedih.
Rani duduk di samping ibunya. "Ibu. Ayudia pamit mau keluar dulu ya? Kak Elang mau ajak Rani ke pasar malam katanya malam ini? Boleh Bu?" tanya Ayudia meminta izin pada ibunya untuk keluar bersama Elang.
"Boleh Nak, tapi ibu harap jangan sampai malam ya pulangnya? Soalnya besok kamu capek," tutur ibunya saat memberi izin. Dia tidak ingin membatasi pergaulan Ayudia namun tidak juga membebaskannya. Dia tahu jika anaknya Ayudia tidak nakal dan liar sehingga dia percaya.
"Iya Bu, nanti Rani akan bilang sama kak Elang kalau pulangnya jangan malam-malam," sahut Ayudia yang tampak senang sekali karena dia bisa keluar malam untuk mencari hiburan sesekali. Hal yang tidak pernah dia lakukan selama dia remaja dan tidak ada ayahnya.
"Hati-hati ya sayang kamu nanti," ucap ibunya pada Ayudia sebelum berangkat. Ibu Ayudia kenal dengan Elang karena Elang pernah menemui ibunya Ayudia saat mengantarkan Ayudia pulang beberapa kali dan Elang selalu menyempatkan diri untuk menjenguk ibunya Ayudia.
"Ya udah Bu, Rani keluar dulu ya? Itu udah datang kayaknya kak Elang," ucap Ayudia seraya meraih tangan ibunya dan menciumnya karena berpamitan. Ayudia mendengar suara motor Elang yang sudah berhenti tepat di depan rumahnya. Sehingga dia buru-buru keluar agar Elang tidak lama menunggunya di dalam.
Lalu setelah berpamitan pada ibunya, kini Ayudia sudah berada di depan rumahnya untuk menemui Elang.
"Kak, maaf ya lama nunggunya. Abisnya baru nemuin ibu dulu pamitan," ucap Ayudia begitu menemui Elang yang kini sedang membuka helm full facenya. Elang menggunakan motor sport berwarna merah dan helm satu lagi untuk digunakan Ayudia.
"Oh ya ibu belum tidur Yu?" tanya Elang tentang ibunya Ayudia.
"Belum Kak, makanya aku pamit dulu tadi dan nyiapin apa aja yang diperlukan untuk ibu biar nggak susah aku tinggal nanti," sahut Ayudia sambil tersenyum manis. Elang merasa terpesona dengan kecantikan Ayudia malam ini yang sangat memukau.
"Kalau begitu aku minta izin dulu ya sama ibu karena akan ngajak kamu keluar malam?" pinta Elang yang ingin minta izin pada ibunya Ayudia agar terkesan sopan tidak sembarangan membawa anak gadis orang.
"Nggak usah Kak, aku tadi udah bilang kok sama ibu kalau Kak Elang yang ngajak aku keluar malam ini. Jadi Kak Elang nggak perlu minta izin lagi," sahut Ayudia. Karena ibunya akan tidur jadi dia tidak ingin jika ibunya merasa terganggu.
"Bener nih nggak apa-apa?" tanya Elang memastikan.
"Iya Kak, ayo entar keburu malam!" ajak Ayudia yang sudah siap untuk naik ke atas motor Elang sambil memegang bahu Elang untuk pegangan setelah dia memakai helm.
"Ya udah ayoo, kamu pegangan ya? Takutnya nanti jatuh," ucap Elang saat Ayudia sudah duduk di atas motornya dan kini sudah siap untuk dilajukan menuju taman kota yang ada pasar malamnya. Elang membawa Ayudia ke pasar malam karena dia yakin jika Ayudia mau diajak dan ternyata dugaannya benar, karena Elang pernah mengajak Ayudia ke Mall waktu itu tetapi Ayudia selalu menolak dan tetap tidak mau sama sekali.
Lalu Ayudia pun langsung pegangan pada pucuk jaket Elang agar tidak jatuh. Saat di tengah perjalanan, Ayudia merasa sedih. Dia membayangkan andai saja yang saat ini sedang bersama dengannya adalah Kenzo pasti dia sangat senang sekali karena bisa kencan berdua di malam hari. Namun sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi karena dia sedang tidak saling menyapa dengan Kenzo.