Akhirnya Elang dan Ayudia kini sudah tiba di pasar malam yang dijanjikan oleh Elang waktu itu. Baru malam ini akhirnya Elang bisa mengajak ke tempat itu. Sebenarnya Elang ingin sekali mengajak Ayudia ke tempat yang lebih mewah, namun Ayudia melarangnya.
"Yu, kamu yakin kita ke tempat ini? Pasalnya aku tuh mau ngajak kamu ke tempat yang indah dan mewah." Elang bertanya pada Ayudia yang kini ada di sampingnya, dia menatap lamat-lamat wajah cantik Ayudia yang membuat dirinya selalu merasakan jatuh cinta. Namun malam ini dirinya harus berani mengatakan cinta pada Ayudia.
"Nggak apa-apa Kak, bahkan aku lebih suka tempat ini. Kayak flashback ke masa kecil dulu, lagian kalau Kak Elang ngajak aku ke tempat mewah malah sayang nanti uangnya. Simpan aja buat bayar kuliah Kak Elang," sahut Ayudia sambil menatap para muda mudi yang juga mengunjungi pasar malam tersebut. Elang yang mendengar penuturan Ayudia barusan merasa sangat kagum dengan pemikiran Ayudia kali ini. Sungguh dewasa dan sederhana sekali.
"Bahkan aku sanggup Yu bayarnya, nggak sampai nguras tabungan kuliah aku kok," lanjut Elang sambil tersenyum, dia bahagia sekali malam ini bisa sedekat itu dengan Ayudia.
"Walaupun nggak nguras tabungan tapi tetep aja nggak usah yang mewah-mewah kalau ngajak aku Kak, di pinggir jalan atau bahkan di empang pun aku mau. Asalkan tempat itu bersih dan nyaman," ucap Ayudia sekali lagi sambil tersenyum yang sangat terlihat manis. Melihat senyuman Ayudia seperti malah semakin membuat Elang merasa jantungnya berdebar tak karuan. Ayudia selalu membuatnya menjadi tidak waras.
"Oke, kalau gitu kita nikmati malam ini dengan bersenang-senang di sini. Kita main apa aja yang ada di sini yuk!" ajak Elang sambil menarik tangan Ayudia dan membuat Ayudia bangkit dari duduknya seketika itu. Elang mengajaknya ke tempat bermain lempar kaleng dimana yang bisa melempar kaleng yang ditata rapi itu hingga jatuh semua bisa mendapatkan boneka besar. Ayudia tentu saja senang sekali karena dia sangat suka bermain seperti itu jika sedang berada di pasar malam.
"Wow. Kak Elang pokoknya harus dapetin boneka itu. Atau kita lomba siapa yang bisa dapetin boneka jumbo itu," pekik Ayudia dengan kegirangan seperti anak kecil yang sangat senang saat menemukan mainannya. Bahkan Elang tak lepas memandang wajah Ayudia yang terlihat sangat imut dan manis.
"Kamu senang Yu? Ayo kalau gitu kita beli bola itu dulu terus kita adu," tantang Elang yang menyetujui permintaan Ayudia. Kini mereka berdua larut dalam permainan yang membuat mereka tertawa bahagia.
Hingga tanpa terasa sudah beberapa permainan mereka coba dan Elang tadi berhasil mendapatkan boneka jumbo. Boneka itu langsung diberikan kepada Ayudia. Ayudia yang sejak tadi menginginkan boneka itu tentu saja merasa sangat senang.
"Kamu udah puas belum Yu? Kalau belum kita kemana lagi nih?" tanya Elang saat mereka sudah merasa lelah sejak tadi bermain. Ayudia sepertinya sudah tidak ingin lagi bermain karena melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Nggak usah Kak, bagaimana kalau kita pulang aja?" ucap Ayudia karena dia ingin pulang saat itu juga, Ayudia takut jika kemalaman. Meski besok hari minggu tetapi Ayudia tetap bekerja di café.
"Yu, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. Apa kamu bisa mendengarkan malam ini?" tanya Elang meminta persetujuan kepada Ayudia. Malam ini dia akan menyatakan perasaannya dengan Ayudia. Sudah dua tahun lamanya dia memendam rasa cinta itu kepada Ayudia. Dan malam ini Ayudia berhak tahu dengan apa yang dia rasakan selama ini.
"Mau bicara apa Kak? Kayaknya serius banget?" tanya Ayudia yang tidak tahu dengan maksud dan tujuan Elang. Bisa dikatakan Ayudia adalah gadis polos yang tidak peka dengan love language yang dilakukan oleh Elang. Hingga Elang harus menjelaskan secara detail perasaannya malam ini pada Ayudia secara gamblang.
Elang berdeham, dia berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak tak beraturan saat berhadapan secara langsung dengan Ayudia. Apalagi saat ini Ayudia tersenyum sambil menatap wajah Elang.
"Ya udah kita sambil cari makan dulu ngobrolnya," sahut Elang, namun saat mereka berdua ingin melanjutkan langkahnya tiba-tiba ada yang memanggil Ayudia. Seketika itu juga Ayudia dan Elang berhenti, membuat Ayudia terkejut bukan main melihat siapa yang memanggilnya saat ini. Dadanya terasa sesak dan tidak menyangka dengan apa yang dia lihat malam ini. Kenzo, berduaan dengan Jennifer di pasar malam dengan tangan Jennifer yang tak lepas bergelayut manja di lengan Kenzo.
"Dengan siapa kamu ke sini?" tanya Kenzo dengan tatapan datar tanpa senyuman sehingga membuat Ayudia menelan salivanya kasar. Dia seperti kepergok sedang selingkuh saat ini. Karena statusnya masih menjadi kekasih Kenzo meski selama seminggu terakhir ini dirinya dan Kenzo tidak saling bertegur sapa setelah malam dimana dirinya bekerja di rumah Kenzo sebagai pelayan café yang membawakan orderan milik mamanya.
"Ken, ini aku sama Kak Elang. Kenalin Kak ini Kenzo temen aku," ucap Ayudia yang tidak mengatakan jika Kenzo adalah kekasihnya. Membuat tangan Kenzo mengepal kuat karena kesal dengan ucapan Ayudia barusan yang mengatakan jika dirinya adalah teman. Padahal Ayudia mengatakan demikian karena dia takut jika Kenzo malu atau kecewa. Ayudia masih ingin menjaga perasaan Kenzo.
Namun Elang sepertinya melihat jika tatapan Kenzo fokus pada Ayudia dan dia yakin tatapan itu bukan sebagai teman. Sedangkan Jennifer menatap tak suka kepada Ayudia yang malam ini sedang bersama seorang lelaki.
"Bisa kita bicara sebentar? Gue mau ngomong sama Lo,"celetuk Kenzo pada Ayudia. Sehingga Ayudia langsung menoleh pada Elang untuk meminta persetujuan dan diangguki oleh Elang. Setelah itu Kenzo langsung berjalan duluan dan Ayudia mengekor di belakangnya sambil membawa boneka yang diberi oleh Elang tadi.
Kenzo mengajak Ayudia di tempat yang jauh dari Elang dan Jennifer. Bisa dibilang jika tempat itu sangat sepi yang jauh dari pengunjung pasar malam. Elang menatap sendu pada Ayudia yang sudah menghilang bersama Kenzo. Elang sebenarnya penasaran siapa Kenzo itu, terlihat sekali seperti sedang cemburu.
Suasana terasa hening sekali, Ayudia hanya bisa menunduk tak berani menatap Kenzo.
"Jadi gue temen Lo?" tanya Kenzo tiba-tiba, bahkan dirinya maju terus mendekat pada Ayudia yang terus berjalan mundur karena takut dengan Kenzo yang terlihat sangat marah.
"Bukan gitu Ken, Gue cuma nggak mau buat Lo malu kalau gue ngaku kekasih Gue. Gue cuma mau jaga privasi Lo," terang Ayudia sejujurnya. Memang itu yang dia pikirkan sejak tadi.
"Terus siapa lelaki itu, sepertinya dia lelaki dewasa. Ternyata Lo diemin gue selama seminggu cuma mau main sama pria dewasa ya? Gue kira Lo polos," sarkas Kenzo tepat di wajah Ayudia sehingga napas Kenzo bisa tercium jelas di indera penciuman Ayudia.