Chereads / MINE : JENSON AND CHRISTABELLA / Chapter 22 - BERI AKU STATUS YANG JELAS

Chapter 22 - BERI AKU STATUS YANG JELAS

"Karena kamu telah menolakku, jadi aku mencoba menggantikan Jaz untuk anak yang dikandungnya."

Christabella menghela nafas tanpa daya dan kepalanya kembali sangat sakit sekarang.

"Dan kamu akan tetap menjadi Jaz untuk Liora dan anaknya setelah aku menyatakan perasaanku padamu?"

Jenson terdiam, ia hanya menatap Christabella yang rapuh sedang menanti jawabannya.

"Aku hanya ingin memenuhi permintaan terakhir Jaz."

Christabella menutup matanya dan air matanya langsung berebut keluar membasahi pipinya detik itu juga. Hatinya sangat sakit seolah ribuan belati bergantian menusuknya tanpa henti.

"Kalau begitu lepaskan aku Jens." Lirihnya.

"Tidak!" tegas Jenson.

"Kenapa?"

"Karena aku juga mencintaimu Christabella, aku bahkan mencintaimu sebelum Jaz mengenalmu, tapi karena suatu alasan aku harus pergi ke luar negeri, aku harus rela melepas identitas Jenson dan membiarkan perjodohan antara dirimu dengan Jaz."

Christabella tercengang. Kenyataan apa lagi ini? Jenson mencintainya sejak dulu?

Christabella yang lemah karena masih sakit dan dihadapkan pada kenyataan-kenyataan yang mengejutkan membuat kepalanya terasa semakin sangat sakit, pada kondisi itu dia tiba-tiba tak sadarkan diri.

Jenson terkejut, seketika ia langsung menggendong Christabella keluar villa dan kembali ke rumah sakit.

Begitu Christabella mendapat perawatan intensif kembali dari dokter, Jenson menitipkannya pada Antonie dan dia kembali ke villa Chrysoberyl saat matahari belum terbit.

Tak menyangka, begitu tiba di Chrysoberyl Jenson langsung disambut dengan wajah cemberut Liora.

"Kamu darimana Jens? Perutku sakit dan aku membutuhkanmu, tapi kamu..."

Liora berpura-pura sedih dan ia terlihat menyeka air matanya.

Jenson menghampirinya dan ia duduk di samping Liora, mengelus lembut perutnya dan meminta maaf.

"Aku minta maaf Liora, Christabella masuk rumah sakit, jadi aku..."

"Kamu bilang tidak peduli padanya?" sela Liora sambil menepis pelan tangan Jenson yang mengelus perutnya.

Jenson mengatupkan bibirnya dan ia menghela nafas tanpa daya sebelum berkata dengan lirih, "Tapi bagaimanapun dia masih istriku."

Liora memejamkan matanya dan ia merasakan sakit yang begitu luar biasa di hatinya, dia sudah kehilangan Jaz, tapi dia juga belum sepenuhnya mendapatkan hati Jenson.

"Kalau begitu pergilah! Aku bisa mengurus diriku sendiri dan anak ini Jens, soal janjimu pada Jaz... kamu bisa melupakannya."

Jenson tertegun dengan perkataan Liora. Apa itu artinya Liora ingin memilikinya seutuhnya sebagai pengganti Jaz? Jenson linglung sebentar dalam pemikiran itu.

Sementara Liora, ia semakin merajuk dan menyempurnakan aktingnya dengan tangisannya yang menyedihkan.

"Liora, aku tidak mungkin menghianati Jaz. Jadi tolong jangan berkata seperti itu."

"Tapi kenyataannya?"

"Percayalah kalau aku akan tetap menjagamu."

"Tapi bagaimana kalau aku menginginkan status yang lebih pasti Jens? aku public figure dan aku tidak mau orang-orang memiliki statement yang buruk tentangku."

Jenson dengan serius menjawab, "Aku akan melakukannya demi Jaz."

Liora diam-diam merasa senang, setidaknya ia memiliki kesempatan untuk bisa merebut hati Jenson seutuhnya, tapi di permukaan ia berpura-pura masih ragu dengan perkataan Jenson.

"Jadi kamu akan benar-benar menikahiku?"

Jenson mengangguk tanpa ragu sedikitpun.

"Lalu bagaimana dengan Tante Shirley?"

Jenson mengatur nafasnya dan dia dengan tenang berkata, "Kita akan menemuinya nanti siang."

Liora menghapus air matanya dan ia tersenyum senang, setelahnya ia memeluk Jenson begitu erat.

"Terimakasih Jens, aku tahu kamu laki-laki yang baik."

Jenson tersenyum tipis dalam pelukan Liora dan ia merasa seolah ada beban yang begitu berat di pundaknya.

Setelah berpelukan begitu lama, Jenson melepas pelukannya karena ia merasa ponselnya bergetar di sakunya.

Ia mengeluarkan ponselnya dan nama Antonie tertera di layar ponsel sedang memanggilnya, dia melirik ke arah Liora sebentar sebelum akhirnya menjauh darinya dan menerima panggilan itu.

"Bagaimana keadaan Christabella?"

"Nona Bella sudah siuman Tuan."

"Dia mencariku?"

"Sepertinya begitu, tapi Nona Bella tidak mengatakan apapun."

"Kamu awasi saja dia, kabari aku kalau terjadi sesuatu karena aku belum bisa menemuinya."

"Baik Tuan."

Jenson menutup teleponnya dan menyimpan kembali ponselnya. Pada saat itu matahari sudah terbit dan ia justru merasa sangat mengantuk. Ia menguap beberapa kali dan menghampiri Liora dengan tubuh yang lelah.

"Boleh aku istirahat di sini? Aku tidak tidur sepanjang malam."

Liora hanya mengangguk dan menuntun Jenson ke tempat tidur. Pada saat itu Liora merasa Jenson seperti Jaz, jadi dia tidak sungkan membantu melepas jas milik Jenson dan kemudian membukakan kancing bajunya.

Jenson justru tertegun dengan tindakan Liora dan ia merasa gugup.

Sementara Liora yang masih menganggap Jenson adalah Jaz, sama sekali tidak canggung melepas baju Jenson dan kemudian mengendus lalu memeluk Jenson dalam kondisi dada telanjang.

Jenson sangat gugup dan reaksi tak biasa terjadi di dalam celananya, jadi ia ingin melepas pelukan Liora yang semakin intim, tapi Liora menolaknya.

"Biarkan aku tetap seperti ini karena aku sangat merindukannya, sudah lama sekali aku tidak melakukannya dengan Jaz dan itu membuatku sangat tersiksa." Liora bermonolog sendiri dengan air mata yang tiba-tiba berderai pelan membasahi pipinya.

Jenson merasa kasihan, tapi ia sendiri tidak nyaman. Ia tidak terbiasa seintim ini dengan Liora meski hanya berpelukan dalam keadaan dia tidak memakai baju.

"Liora, tapi ini belum saatnya."

"Jens, aku mohon! Aku sudah sangat tersiksa." Suara Liora yang penuh permohonan membuat hati Jenson goyah.

"Tapi..."

Hmmmph...

Liora sudah lebih dulu menyerangnya dengan ciumannya, membuat Jenson tidak berkutik. Awalnya dia hanya diam, tapi lama-lama ia menerima ciuman Liora yang semakin dalam dan menuntut, jadi Jenson akhirnya membalas ciuman itu juga.

Liora tertawa penuh kemenangan di dalam hatinya, dan dia semakin agresif memperlakukan Jenson dengan membuka celananya dan mengeluarkan sesuatu yang sudah lama mengeras.

Liora tanpa sungkan memainkan milik Jenson dengan gayanya yang begitu profesional seperti dia memainkan milik Jaz dan itu membuat Jenson mengerang penuh kenikmatan hingga kehilangan akal sehatnya.

Ya, Jenson akhirnya melucuti semua pakaian Liora dan mencumbu Liora dengan ganas, menyatukan tubuh mereka dan melenguh kenikmatan bersama setelahnya.

Jenson yang kelelahan akhirnya tertidur begitu lelap.

Liora tersenyum penuh kemenangan dan dia memeluk Jenson sekali lagi sebelum ikut terlelap dengannya.

Siang harinya, Jenson terbangun karena dering ponselnya, dia yang masih enggan membuka matanya hanya mengulurkan tangannya untuk meraba sekitar mencari ponselnya, tapi bukannya menemukan ponsel, dia justru menemukan Liora tidur di sampingnya dalam keadaan tanpa busana apapun.

Jenson membelalak kaget dan dia baru sadar kalau dirinya juga terlihat sama seperti Liora, dia mengumpulkan ingatannya dan menghela nafas tanpa daya saat mengingat semuanya.

Pada saat itu Liora bangun dan dia melihat Jenson yang seolah menyesali perbuatannya, jadi dia kembali melancarkan aksinya.

"Maafkan aku Jens, aku pikir kamu Jaz," ucapnya sedih sambil menyeka air matanya.