Chereads / Big Man : The Greatest Mr. Tonny Ayres / Chapter 17 - 17. Kemarahan Bos Mafia

Chapter 17 - 17. Kemarahan Bos Mafia

"Siapa yang kau sebut bajingan?" Seseorang menyela diamnya. Rumi. Gadis itu menoleh, menatap siapa yang baru saja datang. Sialan, pria ini menerobos masuk ke dalam rumahnya lagi. Bahkan sekarang, berani masuk ke dalam kamar tidurnya.

Rumi mendesah ringan. Ingin rasanya dia mengeluarkan semuanya. Meluapkan isi hatinya sekarang. Namun, selepas melihat kedatangan Mr. Tonny dengan membawakan beberapa makanan untuk dirinya menyarap pagi ini, Rumi menghentikan niatnya. Ia diam. Bisu di tempatnya sekarang.

"Makanlah aku yakin kau belum sarapan pagi ini."

"Kenapa kau datang?" Rumi membuka suaranya. Nada bicaranya malas. Tentu saja, Rumi tak mengharapkan pria ini mengganggu dirinya sekarang. Selepas melihat perselingkuhan sang kekasih, Rumi tak kuasa melakukan apapun lagi. Rasa cinta dan semua harapannya pasal Gilang seakan jatuh begitu saja. Kebahagiaan dalam satu malam pupus dihancurkan oleh fakta yang ada.

"Memangnya tak boleh?" Mr. Tonny tertawa kecil. Dia meletakkan beberapa kotak makan pagi untuk Rumi di atas meja. "Karena aku tak tahu apa yang kau suka, jadi aku membelikan semua kemungkinan yang ada. Kau bebas memilihnya." Mr. Tonny memutar tubuhnya selepas menyelesaikan kalimatnya. Berniat meninggalkan Rumi.

"Mr. Tonny ...." Rumi memangilnya. Membuat pria itu menoleh. Tatapan sayu dia berikan untuk si pak tua. "Bagaimana jika aku tak mau? Sudah aku katakan aku tak sudi memakan apapun dari uangmu setelah tahu apa pekerjaanmu."

Mr. Tonny menyeringai. "Buang saja kalau begitu," pungkasnya menutup kalimat. Dia pergi begitu saja selepas menyelesaikan kalimatnya. Tubuhnya menghilang selepas tirai hijau ditutup kembali.

Rumi memandang kepergiannya dengan sayu. Menghela napasnya kemudian. Mengusap kasar wajahnya. Ia ingin banyak mengumpat, tetapi Rumi terlalu biasa untuk diam dan memendam semuanya sendiri di dalam hati.

••• Big Man Season 1 •••

Genta menatap layar ponselnya. Fokus untuk belajar hilang begitu saja selepas melihat siapa pelaku di dalam video panas itu. Seketika wajah Rumi ada di dalam kepalanya sekarang. Pikirannya dipenuhi dengan gadis itu. Postingannya sudah menyebar ke penjuru sekolah. Mungkin saja Rumi sudah melihatnya. Gadis itu pasti sedang terkejut bukan main sekarang.

"Lo pasti sedang melihat videonya bukan?" Suara gadis menyela diamnya Genta. Dani duduk selepas meletakkan tumpukan buku di sudut meja. Ia mengekori Gilang sampai di sini. Akhir pekan untuk anak-anak yang menempati peringkat atas di kelas mereka bukan waktu untuk bersantai, jalan-jalan atau menikmati masa muda dengan cara yang bebas. Mereka punya agenda dan acara yang lebih bermanfaat. Apalagi mendekati masa ujian seperti ini. Jika tidak perpustakaan sekolah, maka perpustakaan di pinggir kota adalah jalan ninjanya.

"Rumi pasti terkejut bukan main. Haruskah kita datang ke sana?" tanya Dani lagi. Menurunkan satu buku, meletakkan di depannya. Membuka halaman pertama. "Rumi mungkin butuh untuk dihibur."

Genta tak memberi jawaban. Dia hanya terus menatap apapun yang dilakukan oleh gadis di depannya itu sekarang.

"Bagaimana, mau mampir ke rumah Rumi selepas ini? Lo belum pernah main ke rumahnya bukan?"

Genta akhirnya mengangguk dengan ringan. Menutup pembicaraan mereka sejenak sekarang.

••• Big Man •••

Asap rokok mengepul di udara. Menyela pandangan Rumi menatap pria dewasa di depannya itu. Mr. Tonny sama sekali tak berucap apapun. Dia hanya diam, membisu. Tak ada pembicaraan di antara mereka saat ini. Sebelum akhirnya Rumi membuka suaranya. Menyela diamnya pria ini. "Kau tak ingin pulang ke rumah, Mr. Tonny?" tanya Rumi padanya. Pria yang ada di depannya tersenyum aneh. Menghentikan aktivitas merokoknya saat ini.

"Aku akan pergi mencari pekerjaan lagi setelah ini. Jadi kau juga harus pergi meninggalkan Rumah." Rumi memohon. Nada bicaranya lirih, seakan sedang putus asa. Dia sedang patah hati sekarang. Mr. Tonny mungkin tak paham dengan pola cerita dan konsep percintaan seperti itu. Hidupnya hanya pasal membunuh dan melakukan kejahatan.

"Kenapa harus melakukan itu? Sudah kukatakan kau hanya perlu menikah denganku."

"Aku tidak akan melakukannya." Rumi menyahut dengan ketus. "Aku tidak akan melakukan hal gila seperti itu," imbuhnya lagi menutup pembicaraan mereka. Rumi berjalan kembali masuk ke dalam ruang tengah, meninggalkan Mr. Tonny di sana.

"Kau yakin ingin kembali pada kekasihmu?" Ucapannya itu menghentikan langkah kaki Rumi. Ia menoleh, ditatapnya Mr. Tonny dalam diam. Rumi ingin mengumpatinya habis-habisan. Dia terus saja membuat Rumi jengkel bukan main. Namun, Rumi menelan kembali ludahnya. Ia mengulum salivanya dengan berat. "Aku bertanya padamu, Rumi."

"Apa urusanmu?" Rumi memutar tubuhnya lagi. "Mau aku kembali atau tidak padanya, itu bukan urusanmu."

"Dia sudah berselingkuh." Pria itu bangkit dari tempat duduknya. Berjalan mendekati Rumi. "Dia tidak suci lagi, Rumi. Dia bekas orang lain." Dia berdiri di depan Rumi. Tubuh kekarnya menghalangi cahaya yang ingin masuk ke dalam ruangan. Sangat tinggi dan kekar, membuat Rumi bak batu kerikil yang disandingkan dengan satu bongkahan batu besar di depannya.

Jari jemari Mr. Tonny mengusap helai demi helai rambut gadis muda di depannya. Memberikan sentuhan untuk Rumi secara lembut. "Priamu ... sudah pernah dijamah gadis lain," bisiknya pada Rumi. Menggoda gadis itu, membangkitkan gairahnya secara tiba-tiba. "Dia menyentuh gadis itu dan menjamahnya juga ...." Mr. Tonny mengimbuhkan. Terus membuat gadis di depannya diam tak berkutik. Sentuhan itu berbuah. Mr. Tonny menarik ujung rambut Rumi. Membuatnya mendongak dengan kasar. Gadis itu merintih pelan. Tiba-tiba saja dia merasakan rasa sakit di atas kepalanya.

"Jangan bodoh, Rumi." Ia mendesis di bagian akhir kalimatnya. Menatap gadis yang kini berkaca-kaca. "Jangan bodoh," ucapnya lagi. Mr. Tonny mendekatkan bibirnya di atas permukaan bibir pucat milik Rumi. Gadis itu berusaha menghindarinya. Memalingkan wajah, tetapi naasnya tarikan Mr. Tonny jauh lebih kuat darinya sekarang.

"Jangan hanya diam dan menerima keadaan. Jangan jadi gadis yang lemah! Aku benci itu," ucapnya berbisik. Helaan napas dan sapuan napas yang keluar dari celah bibir juga kedua lubang hidungnya mampu dirasakan oleh gadis di depannya itu. "Bagaimana jika aku juga menjamahmu sekarang? Kau mau?" tanya Pria itu dengan tatapan gila. Di bagian akhir kalimatnya, dia tersenyum seringai. Seakan ingin merayakan ketidakberdayaan Rumi sekarang. "Aku benci melihatmu lemah dan bodoh begini! Kenapa kau terus begitu?"

Rumi tersenyum tipis. "Memangnya apa urusanmu?" Dia mendorong tubuh Mr. Tonny sekuat tenaga. Membuat pria itu semakin marah, jika Rumi tak bisa melunak dengan perlakuan yang lembut, maka dia akan melakukan sesuatu yang jauh lebih keras dari sebelumnya.

Mr. Tonny membanting tubuh Rumi di atas sofa panjang. Menindihnya kemudian. Membuat gadis itu meronta-ronta. "Lepas!" Dia berteriak sekuat tenaga. Pria di atasnya sedang tak waras sekarang. "Lepaskan aku!"

"Lihat mataku Rumi!" Mr. Tonny ikut berteriak. Suaranya lantang menghentikan aksi Rumi. "Datangi kekasihmu sekarang dan tampar dia lalu ludahi wajahnya. Jangan diam dan memendam semuanya begini."

.... Bersambung ...