Kini Felix hanya perlu menunggu hasil dari interviewnya untuk mengetahui apakah ia diterima atau tidak di restauran itu.
Ia tidak pernah berhenti berharap, namun ia juga mengalihkan perhatiannya dengan melakukan aktifitas sehari-hari di rumah sehingga ia tidak perlu terbebani dengan hasil dari interviewnya.
---
Pagi itu, Felix tengah berbaring tidak tentu arah di tempat tidurnya yang nyaman. Untuk beberapa saat suasana kamarnya begitu hening sampai akhirnya ia mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya yang membuat kamarnya kini sedikit berisik. Ternyata itu Ayahnya Felix. Ia terlihat seperti ingin menyampaikan sesuatu pada Felix.
"Nak, Ayah lihat kau sangat sibuk akhir-akhir ini tapi Ayah tidak sempat menanyakan apa-apa padamu. Jika ada yang ingin kau sampaikan, Ayah bisa mendengarkannya sekarang. Ayah juga ingin menyampaikan sesuatu padamu." Kata ayah Felix siap untuk mendengarkan cerita anaknya saat itu, sampai-sampai ia datang sendiri menghampiri anaknya ke dalam kamarnya.
"Ah itu, sebenarnya Felix ingin memberitahu Ayah tapi Felix tidak yakin apakah Ayah akan setuju dengan ini semua. Jadi-- beberapa hari yang lalu Felix melamar pekerjaan dan Felix juga sudah melakukan interview. Felix yakin Ayah mungkin akan marah, jadi Felix belum berani untuk menceritakannya. Tapi Ayah, Felix juga kan perlu membiayai uang kuliah Felix nanti.
Selain itu, Ayah kan pernah bilang tidak akan membiayai uang kuliah untuk Felix. Maka dari itu, Felix mengusahakannya sendiri dan dibantu beberapa orang juga." Kata Felix memberanikan diri untuk menceritakan semuanya pada sang Ayahnya.
Ayah Felix terdiam untuk sesaat setelah mendengar apa yang disampaikan anaknya. Ia tidak tahu berekspresi seperti apa di depan anaknya. Sebagai orang tua, seharusnya ia lah yang mengusahakan semua untuk anaknya. Tapi, saat ia mendengar malah anaknya yang mengusahakan itu semua membuatnya merasa sedikit bersalah.
Ia merasa sedikit bersalah pada Felix karena membiarkan anaknya menderita sendirian. Di sisi lain ia tidak mungkin mengubah keputusan yang telah ia buat, ia harus melakukan itu agar Felix bisa bertanggung jawab pada pilihannya. Ini semua adalah pilihan yang sulit bagi mereka berdua.
Ayah Felix cukup bangga pada anaknya itu sampai dimana ia mengeluarkan suaranya Seraya tersenyum ke arah Felix yang membuat anaknya itu bingung atas reaksi sang ayah.
"Ternyata kau sudah dewasa, Felix. Kau sudah bisa mencari cara sendiri untuk mencapai tujuanmu. Ayah mengapresiasi usahamu itu. Silahkan lanjutkan apa yang kau lakukan sekarang, Ayah tidak akan melarangnya karena Ayah sudah melarangmu memilih Jurusan. Untuk kali ini Ayah akan membebaskanmu dengan pilihan yang akan kau hadapi dikemudian hari." Ucap Ayah Felix.
Maksud dari ucapannya adalah ia masih tidak akan memberikan biaya kuliah untuk Felix, tapi ia tidak akan melarang Felix untuk mengusahakan sendiri untuk mendapatkan uang. Selama dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain serta diri Felix sendiri.
Ya, itu semua bukan merupakan berita buruk bagi Felix, tapi juga bukan berita yang terlalu baik. Hanya sesuatu yang biasa saja namun sedikit membuatnya heran.
Ayah Felix pun melanjutkan kalimatnya dengan menyampaikan sesuatu yang sebelumnya ingin ia sampaikan pada Felix.
"Felix, apa kau ingin ikut dengan Ayah? Nanti sore Ayah ada dinas ke luar kota selama 5 hari. Jika kau ingin ikut, kita bisa menginap di resort yang ada di pinggir pantai. Tempatnya juga tidak terlalu jauh dari tempat dinas Ayah. Kau juga bisa sambil berlibur sebelum kuliahmu dimulai." Tanya Ayahnya pada Felix pagi itu.
"Hm... Bukan ide yang buruk. Baik Ayah, Felix akan ikut dengan Ayah. Kita berangkatnya nanti sore bukan? Felix ingin membeli beberapa makanan dulu sebelum berangkat nanti." Sahut Felix dengan raut wajah senang karena ia bisa berlibur ke pantai bersama-- ah mungkin dia akan ke pantai seorang diri.
"Baiklah kalau begitu, nanti sore kita berangkat. Ayah jemput sekitar jam empat sore ya. Sekarang Ayah perlu mengambil beberapa berkas dan laporan untuk dinas Ayah ke kantor. Ayah berangkat dulu, Nak." Katanya berpamitan yang setelahnya ia berangkat menuju kantornya untuk mengambil beberapa berkas yang ia perlukan nanti.
Felix juga perlu menyiapkan beberapa barang dan makanan untuk ia bawa berlibur dengan Ayahnya. Walaupun pada kenyataannya hanya Felix seorang yang liburan, sementara Ayahnya akan melakukan beberapa pekerjaan di sana.
---
Tiga puluh menit berlalu setelah ia selesai mandi dan bersiap-siap dengan pakaiannya. Ia pun berjalan keluar rumah lalu menuju mini market yang berada di seberang rumahnya. Cukup dengan menempuh jarak sepuluh menit saja dengan berjalan kaki dari kediamannya hingga akhirnya ia sampai di mini market itu.
Setelah ia sampai di sana, ia pun langsung menuju ke arah snack dan roti yang sudah berjejer rapi di rak masing-masing. Ia bahkan mengeluarkan ponselnya dan ternyata ia sudah menuliskan apa saja yang akan ia beli. Sungguh, ia benar-benar merupakan orang yang sangat tertata.
Ia mengambil beberapa roti dengan rasa coklat, strawberry dan vanilla kesukaannya. Ada juga beberapa snack jagung dan kentang aneka rasa pun tidak lupa ia ambil dari tempatnya.
Tentu saja hal yang wajib saat ke mini market adalah memilih minuman diantara banyaknya pilihan minuman yang ada. Mungkin bagi sebagian orang akan terdiam beberapa lama saat sudah berada di bagian minuman, tapi tidak dengan Felix. Karena ia sudah mencatat semua yang akan ia beli saat itu, ia pun mengambilnya dalam waktu yang bisa dibilang cukup cepat.
Ia mengambil beberapa minuman soda, beberapa kotak teh kemasan dan tentu saja air mineral yang cukup untuk lima hari ke depan, begitu pikirnya.
Setelah semua yang ia butuhkan sudah terbeli, ia pun menuju kasir untuk membayar semuanya. Di sana, ia melihat beberapa potong coklat kemasan yang berada tepat di depan meja kasir. Saat itu coklat kemasan tidak termasuk ke dalam list yang ingin ia beli. Tapi, saat melihatnya ia tergiur sesaat yang kemudian membuatnya ingin membeli itu juga dimana pada akhirnya ia pun membeli tiga coklat kemasan yang akan ia nikmati saat liburan nanti.
Setelah semuanya selesai, ia melangkahkan kakinya menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya yang kemudian berjalan kembali menuju rumahnya saat semua urusannya telah selesai.
Tidak lama setelah ia berjalan, tiba lah ia di rumahnya. Ia membawa semua belanjaan itu ke dalam kamarnya dan meletakkannya di atas meja. Ia lalu mengemas semua pakaian yang sekiranya ia perlukan selama liburan lima hari nanti.
Ia juga membawa beberapa alas kaki dan sepasang sepatu. Tidak hanya itu, ia juga membawa kamera kecil bersamanya. Saat itu ia benar-benar menyiapkan semuanya dengan baik.
---
Tidak terasa jam empat sore pun telah tiba, waktu untuk Ayah Felix menjemput Felix pun sudah di depan mata. Felix yang sudah selesai dengan segala persiapannya itu kemudian menunggu Ayahnya di depan pintu rumahnya agar segera setelah Ayahnya sampai mereka bisa langsung berangkat.
Beberapa saat setelah Felix menunggu, Ayahnya pun tiba dan mereka pun berangkat bersama menuju resort yang sudah Ayah Felix pilih sebelumnya. Mereka pun pergi dengan suasana hati yang bahagia saat itu.