Chereads / (Not) Fake Marriage / Chapter 21 - Aku Ayah Dari Bayinya

Chapter 21 - Aku Ayah Dari Bayinya

"Hmm ... Om? Rafli mau bicara serius sama Om dan Tante," ucap Rafli.

"Boleh, kenapa?" tanya Faisal.

Rafli menelan salivanya, dia memejamkan mata sebentar lalu menatap Faisal lagi. "Diandra hamil," ucap Rafli.

Diandra sontak langsung melihat ke arah Rafli yang duduk di sampingnya. "Raf? Kamu apaan sih?" tanya Diandra dengan nada suara pelan.

"APA?" tanya Amira dan Faisal bersamaan, mereka menatap Diandra dan juga Rafli.

"Diandra hamil anak saya," ucap Rafli lagi, jantungnya semakin berdegup kencang saat setelah mengatakan itu.

Diandra sontak langsung melihat ke arah Rafli dengan tatapan kaget, bingung kenapa Rafli mengatakan kalau bayi ini bayinya padahal bayi di dalam kandungannya adalah bayi Andra. "Raaaf?" panggil Diandra masih dengan nada pelan, dia masih kaget dan tak percaya. "Kok kamu ...?"

Rafli menoleh melihat ke arah Diandra. "Aku udah bilang kan sama kamu kalau aku bakalan tanggung jawab, dan ini aku sedang membuktikan sama kamu kalau apa yang aku katakan itu benar! Aku menepati janji aku sama kamu, aku akan bertanggung jawab atas bayi yang sedang kamu kandung sekarang karena aku ayahnya! Aku gak akan pernah bohong sama kata-kata yang aku ucapin sama kamu, Dii. Dia anak aku jadi aku akan bertanggung jawab." ucap Rafli serius, tak perduli bayi itu milik siapa yang jelas sekarang bayi itu miliknya karena dia sangat mencintai Diandra.

Dia tak ingin nantinya Diandra akan jatuh ke tangan Andra dan malah Andra yang menikahi Diandra.

"Raaaf?" Diandra menatap Rafli dengan mata yang berkaca-kaca, terharu dan bingung dengan perasaannya.

Rafli menggenggam erat tangan Diandra.

Amira dan Faisal yang dengan tidak sengaja mendengar ucapan Rafli itu terlihat menahan marah, Amira bangun dari duduknya dan mendekati Diandra, dia lalu langsung mendaratkan beberapa pukulan di tubuh Diandra.

Plak plak plak

"Aa-aauuww ... sakit, Maa ...." rintih Diandra saat ibunya itu mendaratkan pukulan di lengan dan punggungnya hingga membuat Diandra menggeser tubuhnya merapat dengan tubuh Rafli.

"Bikin malu! Kamu tuh gak punya harga diri atau gimana sih, Dii? Kenapa kamu lakuin ini sama Mama hah? Kenapa kamu bikin malu Mama?" tanya Amira.

Sedangkan Faisal, dia duduk bersandar pada sofa yang sedang dia duduki, memejamkan mata dan memegang kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sangat berat.

"Perasaan Mama udah didik kamu jadi perempuan baik-baik! Tapi kenapa kamu kayak begini? Kenapa kamu bersikap murahan hah?" tanya Amira dengan nada sarkas dan terus memukuli Diandra.

"Jangan Tante, pukul aku aja, aku yang salah! Diandra sama sekali gak salah, aku yang salah," ucap Rafli bangun dari duduknya dan menghalangi Amira untuk kembali memukuli Diandra.

Amira berbalik pergi, dia mencari sapu dan kembali mendekati Diandra lagi. "Awas kamu!" ucap Amira menarik tubuh Rafli, dia hendak mengarahkan sapu itu ke tubuh Diandra benar-benar kesal dan kecewa pada putrinya itu.

"Maa ... ampun," ucap Diandra seraya terisak.

Rafli segera menutup tubuh Diandra dengan tubuhnya, dia memeluk Diandra yang tengah terduduk itu, hingga yang Amira pukul dengan sapu itu bukan tubuh Diandra tetapi punggung Rafli.

Rafli memejamkan mata saat gagang sapu itu mengenai punggungnya.

"Lepas, Raf ... jangan mengorbankan diri untuk aku, aku bakalan jujur sama mereka," bisik Diandra, dia benar-benar berbicara dengan nada yang sangat pelan seraya terisak.

"Jangan katakan ... apa-pun! Aku sudah berkorban untukmu, jadi jangan ... sia-siakan usaha ... aku ...." ucap Jeffrey dengan nada terbata karena ibu dari wanita yang dicintainya itu terus memukulinya dengan sapu.

Hiks hiks hiks

Diandra terisak terus menangis.

"Kurang ajar! Kalian gak tau malu!" ucap Amira lagi.

Faisal yang sejak tadi terduduk itu lalu bangun dari duduknya, dia mendekati Rafli yang masih melindungi Diandra. "Sini kamu!" ucap Faisal menarik lengan Rafli.

Rafli sontak langsung bangun dari posisinya, dia berdiri menunduk di depan Faisal dengan kondisi yang sudah terlihat mengkhawatirkan, kemeja dan jas yang dikenakannya sudah jauh terlihat dari kata rapi.

Faisal lalu mendaratkan sebuah pukulan di wajah Rafli hingga Rafli jatuh tersungkur di atas lantai. Diandra yang melihat sontak langsung bangun dari duduknya. "Raaaf ...."panggil Diandra dengan nada pelan terus terisak.

Diandra hendak mendekati Rafli, namun sang ibu sudah lebih dulu memegang pergelangan tangannya dengan sangat erat. "Mau apa kamu hah?" tanya Amira.

"Maa? Tolong ... maafin aku, Rafli gak salah ... bukan salah dia, aku yang salah jadi jangan sakitin dia, sakitin aku aja gak pa-pa, pukul aku sepuas kalian tapi jangan Rafli, aku yang salah," ucap Diandra, wajahnya sudah sangat basah dengan air mata. Dia lalu melihat ke arah Rafli lagi yang tengah di pukuli ayahnya.

"Papa? Jangan, Paa ... jangan pukul lagi, bukan salah Rafli," ucap Diandra.

Faisal sama sekali tak menanggapi ucapan Diandra. "Bangun kamu!" ucap Faisal pada Rafli.

Uhuk uhuk uhuk

Rafli sama sekali tidak melawan, dia masih terduduk di atas lantai sembari memegang sudut bibirnya yang mulai mengeluarkan darah segar dan dia juga terbatuk.

Diandra melepas tangan sang Ibu yang memegang lengannya, dia lalu mendekati Rafli yang sedang dipukuli itu. "Udah, Paaa ... jangan ... Rafli gak salah, aku yang salah!" ucap Diandra seraya memeluk tubuh Rafli. "Udah ... jangan, jangan pukul Rafli lagi. Hiks ... hiks ... hiks ...."

"Kalian berdua ...." Faisal mendekati Amira dan mengambil sapu di tangan istrinya itu, dia lalu mengangkatnya hendak mendaratkannya di atas tubuh Diandra dan juga Rafli.

"Jangaaaan!" teriak Diandra lagi, dia menatap sang ayah dengan wajah yang sudah tak karuan, wajahnya sudah sangat basah dengan air mata. "Jangan, Paa ... udah, Rafli gak salah, aku yang salah," ucap Diandra. "Bukan Rafli...," ucap Diandra seraya terisak. "Ayah dari–"

"Aku, aku ayah dari bayi yang sedang Diandra kandung," sela Rafli memotong.

"Raf?" Diandra menatap Rafli.

"Aku mohon, jangan buat usaha aku gagal, aku sudah melangkah sejauh ini," ucap Rafli menatap Diandra.

"Tapi kamu ...." Diandra memegang pipi Rafli yang mulai terlihat memar.

"Gak pa-pa, aku sayang sama kamu," ucap Rafli.

Diandra langsung melingkarkan tangannya memeluk Rafli.

"Ck! Kalian bener-bener ya!" Faisal kembali mengangkat sapu itu lagi.

"Paaa?" panggil seseorang dari arah tangga.

Faisal sontak langsung menghentikan aksinya dan melihat anak keduanya yang sedang berjalan menuruni anak tangga.

"Dennis?" gumam Diandra saat melihat sang adik yang tengah menuruni anak tangga. "Mudah-mudahan dia bisa bantu aku sama Rafli," batin Diandra berucap.

"Apaan sih?" tanya Dennis berjalan mendekati ruang tamu, dia melihat sang kakak dengan seorang pria yang tengah terduduk di atas lantai dengan wajah yang sudah terlihat tak karuan bahkan terlihat sangat menyedihkan.

"Kakak kamu ... perempuan murahan! Masa dia hamil!" ucap Amira masih dengan nada kesal.

Pria berusia 23 tahun bernama Dennis itu sontak langsung melihat ke arah sang Kakak.

Diandra yang ditatap memasang wajah menyedihkan, dia menatap Dennis dengan tatapan iba, berharap adiknya itu bisa membantunya. "Aku mohon, Nis ... jangan hakimi aku dan bantu aku, cuma kamu satu-satunya harapan aku," batin Diandra berucap.

Bersambung