Chereads / I NEED YOU TO SHINE IN THE LIGHT / Chapter 33 - 33. KEHIDUPAN PERTAMA DI DESA

Chapter 33 - 33. KEHIDUPAN PERTAMA DI DESA

Pagi ku sangat dingin. Ingin rasanya aku tetap berada di bawah selimut yang hangat dan kembali bermimpi berjalan jalan dengan Jihan. Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul sembilan pagi. Suasana kota ini begitu dingin dan sepertinya salju telah datang. Aku mencoba untuk bangkit dari tidurku. Menapaki lantai yang bersih dengan tanpa alas. Lantai marmer yang bercorak sangat unik dengan bunga bunga yang rumit.

Tanganku membuka gorden warna putih bersih. Kulihat awan begitu muram sementara di udara salju turun kecil kecil dan lambat. Bisa kulihat sedikit air di kacaku. Dengan berembun yang agak buram. Kutuliskan nama Jihan dan aku berucap jika aku rindu kepada Jihan.

Mungkin sekarang dia sedang menikmati pemandangan yang ada di desa. Pasti itu sangat indah sekali. Suara ponselku berbunyi dan aku langsung saja melihat ponselku. Ternyata ibuku mengirim chat kepadaku. Bahwa ibu merindukan aku dan dia juga mengingatkan aku agar aku tidak lupa untuk pulang hari ini juga.

Aku menarik nafas pelan. Oke baiklah. Aku akan pergi sekarang juga untuk pulang ke rumah. Lagi pula jika aku terus berada disini. Aku pasti akan sangat merindukan Jihan terus dan aku tidak mau berlari larut dengan kesendirian ku.

Aku langsung pergi ke kamar mandi. Wangi yang begitu membuatku nyaman. Lavender. Aku sangat menyukai wangi itu. Selain warna bunganya yang begitu indah. Ungu adalah warna yang bagus menurutku. Sangat elegan dan aku menyukai warna itu sejak kecil.

Wangi bunga lavender bisa membuat nyaman pikiran. Meredakan stress dan kecemasan. Aku menaruh parfum lavender ini di kamar mandiku agar aku juga bisa merasakan ketenangan. Aku memakai air hangat karena yang sudah kubilang tadi bahwa cuaca disini cukup dingin.

Setelah ritual mandiku selesai. Aku memakai setelan jas dan kupasang dasi dengan rapi. Setelan jas berwarna abu abu. Aku menyukai warna ini karena ini terlihat tampan untuk aku gunakan. Kulihat diriku di cermin dan aku merapikan rambut bergaya undercut milikku. Aku mengubah gaya rambutku agar terlihat lebih seger. Karena aku tidak ingin terpuruk.dengan kepergian Jihan .jadi aku berusaha membuat diriku lebih bersemangat menjalani hidup.

Waktu terasa sangat cepat. Tiba tiba saja aku sudah berada di depan rumahku sendiri..sungguh seolah berjalan begitu saja. Aku tidak ingat tadi menaiki mobilku sendiri dan melaju di jalanan..pikiranku hanya tertuju pada Jihan. Ya Tuhan. Aku sungguh merindukan.jihan..aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri.

Kubuka pintu rumahku dan terlihatlah wajah ibuku.

"Bu, apa kabar?" tanyaku dengan tersenyum.

"Ya, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Kau sehat kan?" tanya ibuku dengan memegang lengan atasku.

Aku embagngkat bahu dan mengatakan dengan santai bahwa aku sangat sehat..meski mungkin hatiku butuh untuk di isi dengan kehadiran Jihan.

"Oh, ya sayang. Kau sarapan dulu.ya. ibu yakin kau pasti belum sarapan kan?" seru ibu sambil membawaku masuk ke dalam rumah dan menuju dapur.

Kulihat masakan yang ada di atas meja begitu banyak. Aku mungkin tidak bisa menghabiskan semuanya. Tapi aku menyukai semuanya. Ada pancake, salad, ada juga daging kalkun yang di panggang dengan bumbu khusus. Ibu sangat pintar memasak semua itu.

"Oh aku tidak sabar menyantap ini semua!" seruku dengan bersemangat.

"pastinya sayang. Kau pasti menyukai semua yang ada di meja ini," kata ibuku dengan wajah bahagia.

Aku langsung saja duduk dan ku santai salad buah terlebih dahulu. Buah buahan yang ada di dalam mulut ku ini begitu lezat. Ini seperti ada di surga saja. Namun pasti lebih enak dari surga sepertinya.

"Setelah kau habiskan ini semua. Nanti ibu akan mengajakmu untuk ke mall dan disana ibu akan mengenalkan kau dengan seorang wanita. Kau tidak lupa kan percakapan kita semalam?" tanya ibu membuatku tersentak.

"Oh iya iya Bu," jawabku dengan asal. Meski sebenarnya aku malas sekali. Tapi aku.menvoba menghfagai ibuku.

***

Aku adalah Jihan. Aku tidak boleh menyerah seperti ini. Aku harus bisa mengambil semua yang ada di kebun ini. Kebun kentang ini begitu luas dan tuanku memintaku untuk memanen semua kentang ini. Oh, itu pasti akan sangat susah sekali.

Hari ini mungkin aku harus bersyukur karena mendapatkan pekerjaan ini. Karena dengan itu aku bisa mengisi perutku dengan sehat. Aku tidak mau kelaparan. Oke, aku berusaha melangkahkan kakiku ke tanah itu. Kini sepatu besar yang aku pinjam dari tuanku menginjakkan diri di tanah yang basah dan agak kering.

Tanah yang banyak menggumpal. Terlihat jijik sekali melihat warna itu. Tapi aku berusaha terus untuk melangkah. Rasanya masih sulit beradaptasi dengan kehidupan di desa ini. Tetapi aku berusaha semaksimal mungkin. Karena ini adalah pilihanku. Aku tidak mau hidup di kota. Itu adalah trauma bagiku. Meski ayah dan kelompoknya sudah di penjara tetapi aku masih takut untuk tinggal di kota. Seseorang pasti akan mengenaliku. Banyak pria berkeliaran yang mungkin saja saat itu pernah dilayani olehku sewaktu aku di club' dan aku tidak mau bertemu dengan pria pria itu lagi. Ya Tuhan, membayangkannya saja aku sudah sangat takut.

Kini tanganku mulai menggaruk garuk tanah agar aku bisa melihat kentang. Aku sudah di ajarkan memanen kentang disini. Sehingga aku sudah paham. Meskipun ini adalah pertama kali aku melakukannya. Aku berusaha untuk mengangkat wadah besar yang tadinya sudah terisi dengan kentang kentang yang telah aku panen. Aku bawa wadah besar ini dengan cara menariknya. Karena ini sangat besar aku tidak mungkin bisa membopong wadah besar yang berisi kentang ini sendirian.

"Sepertinya kau sangat kelelahan sekali," suara pria tiba tiba terdengar di belakangku. Dia sedikit meninggikan suaranya. Aku menengoknya. Terlihat pria dengan kulit kuning Langsat dan rambut pirang halus.

Dia tersenyum kepadaku sesaat. Lalu mendekat kepadaku dengan cepat.

"Aku akan membantumu, Jihan," kata pria itu yang menurutku seumuran denganku. Oke, dari mana dia tahu namaku adalah Jihan.

"Oh, aku senang sekali jika kau mau membantuku," ucapku dengan ramah melihatnya.

Kini pria yang tak ku kenal namanya itu langsungembawa wadah itu ke punggungnya kemudian di tali. Kini ia menggendong wadah itu dengan sigap dan seperti sudah sangat mahir sekali. Dia berjalan begitu saja tanpa mengatakan apapun kepadaku.

Kakiku langsung saja bergerak untuk berada di belakang pria itu. Pria yang ada di depanku ini sangat baik sekali. Bahkan dia berbeda dengan pria yang kutemui di desa ini. Apa mungkin dia sedang hibernasi dulunya. Lalu tiba tiba muncul. Hahaha, ya lumayan juga aku bisa di bantu oleh pria ini. Aku bisa beristirahat dengan cepat jika begini.