Aku, Jihan dan juga Sam sedang berada di sebuah restoran siang ini. Kami bertiga berada di paling atas. Ini sengaja untuk mencegah agar kawanan Jack tidak bisa menemukan kami meskipun Sam sudah mengantisipasi itu dengan keahliannya dalam bidang IT. Kami juga harus selalu berjaga-jaga.
Jihan dengan lahap memakan hidangan berupa Gulaschsuppe yaitu sup kental dengan bumbu yang khas lalu di dalamnya berupa daging cincang sapi. Gadis dengan mata biru itu makan dengan roti yang tebal. Melihat Jihan yang sangat menikmati makanan di mejanya. Aku sangat bahagia sekali. Bahagia melebihi apapun.
"Kau sangat menyukai makanan itu Jihan?" tanyaku dengan ragu sambil melihatnya yang mengunyah.
Dia tertawa kecil sebentar.
"Iya, ini benar benar enak sekali. Rasanya sangat beragam. Berbeda dengan yang biasa aku beli di restoran yang tidak mahal seperti ini," jelas Jihan dengan tersenyum kepadaku. Ia sedikit malu saat menyampaikan ini.
Sam mengangguk yang berada di samping Jihan.
"Yap! Apa yang di katakan oleh itu benar Jihan. Salad kentang yang aku makan ini juga rasanya sangat fresh sekali. potongan kentang rebus yang dicampur dengan tomat, cuka, mayonnaise, bawang bombay segar, dressing milk, telur, dan daging sapi benar benar terasa nikmat di dalam mulut. Hem, memang ya kalau orang kaya itu memang selalu makan makanan yang enak seperti ini," kata Sam dengan terus mengunyah di dalam mulutnya.
Aku tertawa kecil mendengar Sam.
"Tidak juga sebenarnya. Kadang aku juga lebih suka makanan yang ada di restoran restoran kecil di pinggir jalan. Mungkin rasanya jauh lebih nikmat dari pada yang sedang aku makan ini. Aku serius," seruku dengan meyakinkan mereka berdua.
"Itu karena kau sudah terlalu banyak makan makanan dari kelas yang mahal, Jihan," kata Jihan melihatku.
"Oke, oke baiklah. Mungkin juga," ucapku dengan tertawa kecil.
Setelah kami bertiga menikmati makanan ini. Kini meja yang ada di depan kami sudah bersih. Kerena aku menyuruh pelayan disini untuk membersihkannya terlebih dahulu.
"Nah, setelah perut di isi dengan sempurna. Kini saatnya kita berdiskusi lagi," seruku dengan tegas.
"kita mulai dari mana?" tanya Jihan dengan wajah serius.
Wajah Sam dengan garis rambut tengah dan dagu kotak itu berpikir keras. Kacamatanya sesekali di naikan.
"Hem, bagaimana kalau Josh walikota itu kita jebak saja?" kata Sam memberi pendapat.
Aku dan Jihan berkerut keningnya.
"Maksudmu kita jebak Josh lalu bagaimana? Apa itu akan sulit nantinya?" tanyaku dengan ragu.
Sam menarik nafas panjang dan menghembuskannya.
"Begini, kita tidak mungkin kan bekerjasama dengan polisi yang ada disini. Mereka kebanyakan polisi yang ada di kota ini sudah bersekongkol dengan Para pimpinan club' sandiego itu," jelas Sam dengan serius.
"Oke, jadi bagaimana?" tanya Jihan mulai paham. Dia menyibakkan rambutnya ke belakang.
"Jadi kita harus bekerja dengan baik secara team. Aku ingin ada seorang perempuan yang menjadi umpan dan nantinya di dalam kamar itu dengan Josh. Wanita mulai menaruh sesuatu di minuman Josh sehingga Josh bisa pingsan. Lalu kita beri polesan pada si wanita agar terlihat seperti di aniyaya oleh Josh. Bila perlu bukan hanya foto saja tetapi harus Vidio ataupun live Vidio di media sosial dan kita langsung membuat berita bahwa Josh adalah walikota yang buruk," kata Sam dengan jelas Sekali.
Aku tersenyum dengan pendapat Sam. Menurutku itu ide yang sangat bagus. Tetapi Jihan masih saja berkerut keningnya.
"Tapi? Apa kau yakin dengan itu? Itu sama saja kita berbohong," kata Jihan dengan wajah mengira-ngira.
"Benar sekali apa yang kau katakan Jihan. Kita berbohong. Tetapi aku yakin ini akan berhasil. Ini akan berhasil. Toh apa yang kita lakukan memang benar adanya kan? Benar kan Josh dan Jack pasti pernah melakukan penganiayaan pada perempuan perempuan yang ada di club' itu?" tanya Sam.
Jihan mengangguk.
"Ya, karena aku sendiri pernah mengalaminya dan juga teman temanku yang ada di sana juga mengalami itu," kata Jihan dengan wajah sedih.
"Aku akan menaruh cctv di sudut sudut yang serius di dalam club' itu. Tetapi tentu saja bukan di dalam kamar. Agar itu juga menjadi bukti. Lalu aku juga akan menyiapkan diri untuk pura pura menjadi pembeli barang haram narkotika dan aku akan merekam semua itu. Tetapi untuk bisa memiliki alat alat yang bagus mungkin kita perlu banyak biaya, Aslan," kata Sam dengan melihat kepadaku.
Aku langsung saja mengangguk angguk.
"Aku akan lakukan apapun itu agar kita ini menjadi bersih. Uang itu bisa aku cari lagi. Aku akan kerahkan seluruh kemampuanku untuk kasus ini," seruku dengan tersenyum.
Jihan pun melempar senyum kepadaku dengan wajah berbinar.
"Sungguh ini akan menjadi kasus besar. Karena ini adalah pertama kalinya untukku. Tetapi aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dalam hidupku. Aku juga sama sepertimu Aslan. Aku akan mengerahkan kemampuanku untuk kasus ini," kata Sam dengan yakin sekali.
"Tetapi siapa yang akan menjadi si wanita untuk menjebak Josh?" tanya Aslan dengan wajah berpikir.
"Aku, biar aku saja. Aku akan melakukan yang terbaik yang aku bisa," seru Jihan dengan tiba tiba.
"Hah? Itu tidak mungkin Jihan. Kau sudah terjaga dan aman sekarang. Aku tidak akan membiarkan kau terluka lagi," ucapku dengan cemas.
"lalu untuk apa aku berdiskusi kasus ini jika aku tidak andil.langsung dengan kasus ini. Aku tahu aku tidak pintar seperti Sam, dan aku juga tidak kaya seperti mu Aslan," seru Jihan dengan tegas melihat aku dan Sam.
"Jadi maka dari itu aku harus menjadi umpan untuk Josh. Aku sudah terbiasa. Bukankah aku sudah pernah kabur beberapa kali dari Josh dan juga dari ayahku sendiri Jack," seru Jihan seolah mencoba meyakinkan aku dan juga Sam.
Sam menatapku dengan ragu. Aku juga ragu sekali Jihan rela melakukan itu.
"Kalian tidak usah ragu seperti ini. Aku sudah sejak lama kenal club' itu. Aku akan tahu bagaimana cara yang tepat untuk melakukan tugasku," seru Jihan dengan percaya diri.
"Aku sangat mengharapkan yang terbaik bagimu, Jihan," ucapku sambil menepuk lengannya dengan keras.
"Ayolah! Aku ini sudah ahli," kata Jihan dengan wajah tersenyum.
Aku dan Sam tertawa kecil.
"Kau sungguh berani sekali Jihan. Aku salut denganmu," puji Sam melihat Jihan sambil mengangguk angguk.
"Jangan memujiku seperti itu. Itu aku lakukan karena memang hanya itu yang bisa aku perbuat," kata Jihan dengan wajah pasrah.
"Baiklah, sekarang kita sudah tahu akan bagaimana. Nanti besok aku akan segera membeli peralatan untuk kita bertempur," seruku dengan semangat.
"Aku akan melakukan yang terbaik !" seru Sam memegang pundakku.