Chapter 18 : Rundungan.
_Likenzo_
'Plak!'
Kenzo meringis saat mulutnya ditampar gadis itu, tak segan segan Febee menyakiti Kenzo jika omongannya sudah melantur.
"Kenapa memukulku?" Kenzo tak terima.
"Habisnya kau berbicara seperti itu.. Apa aku serendah itu bagimu?" Lirih Febee sendu memainkan telunjuknya gugup.
Kenzo memutar bola mata malas, gadis ini benar benar berbahaya. "Turunlah! Aku harus ke kelas, pasti Aryo mencariku dari tadi." Suruh Kenzo.
"Aryo aryo aryo aryo terus! Bisakah kau hanya memikirkanku? Aku selalu menangis, semua itu gara gara kau yang tak mau berlama lama denganku. Apa aku benar benar benalu bagimu!" Kesal Febee.
"Hey.. Kenapa kau jadi marah? Kau juga harus turun karena sebentar lagi pasti akan ada banyak murid melihat kita, memangnya kau tak malu dilihat teman temanmu sedang bermesraan denganku?" Ucap Kenzo pelan berusaha lembut pada gadis didepannya.
Febee mengeluh. "Waktumu bagiku sedikit sekali, aku jadi iri pada teman temanmu." Jujur Febee.
Kenzo mengelus rambut gadis itu, mengecupi leher jenjang dan putih milik Febee. "Nanti pulang sekolah tunggu aku di kelas, jangan kemana mana sampai aku menjemputmu sendiri." Bisik Kenzo.
Febee mengangguk, dia turun dari pangkuan Kenzo dan duduk dikursinya. Dengan ekspresi cemberut Febee membiarkan Kenzo mengecup keningnya lalu dia pergi.
Febee merebahkan kepalanya diatas meja, hatinya sudah tidak bisa dikontrol. Kenzo sudah keluar kelas, tak lama murid murid yang tak sengaja berpapasan dengan Kenzo dikelas langsung menghambur pada Febee.
"Woahh.. Ada yang baru aja pacaran dikelas nih.." Goda salah satu murid, siapa lagi kalau bukan Olive.
"Wik wiww.." Siul Rohea.
"Bersyukur, setidaknya ada perubahan atas perjuanganmu untuk Kenzo." Sahut Claire.
"Iya benar, kau-WEHH LIHAT LEHERNYA!" Olive berteriak heboh.
Claire dan Rohea ikut gempar, saat melihat bekas bercak keunguan dil eher sahabat mereka.
"FEBEE BARU SAJA DICUPANG KENZO GUYS!"
"AJIG! SI KENZO GANAS JUGA CUY!"
Febee memejam mata, dia seolah tak mendengar kata kata sahabat sahabatnya, "Kenapa akhir akhir ini aku lelah sekali ..." Lirih Febee.
Di lorong kelas, tak sengaja Kenzo bertabrakan dengan siswi pindahan baru. Dia Tiara. Gadis cantik nan imut, siapa yang tidak tertarik terhadapnya? Bahkan Kenzo saja sampai mematung saat bertatapan dengan gadis itu dari jarak sedekat ini.
"Kau tidak papa?" Tanya Kenzo.
"Tidak, maaf karena menabrakmu barusan." Geleng Tiara.
"Kau mau kemana jam segini? Sebentar lagi kelas dimulai," Ujar Kenzo. Pasalnya arah laju gadis itu bukan mengarah ke ruangan kelas mereka.
"Aku harus ke ruangan kepala sekolah, ada waliku disana. Aku lupa membawa sesuatu yang harus kubawa sebelumnya," Jawab Tiara.
"Ouh.." Tiara tersenyum lalu pergi.
"Eh tapi-"
Percuma saja, gadis itu sudah lebih dulu pergi. Kenzo jadi penasaran siapa wali gadis tersebut, dia juga merasa heran karena wajah murid pindahan itu sangat familiar di ingatannya.
"Kenapa wajah itu mirip sekali dengan.."
"K-Kenzo.."
Ucapan Kenzo terhenti saat seorang siswi menghampirinya, dia adik kelas Kenzo dari kelas 10. Siapa lagi kalau bukan Lidia, ada apa dia memanggil Kenzo?
"Ada apa?"
"A-Aku ingin mengatakan se-sesuatu, kalau teman teman Febee ta-tadi merundungku ..." Jawab Lidia dengan suara gemetaran.
Mata Kenzo membola sempurna, apa katanya tadi? Teman teman Febee membuli Lidia? Tak mungkin. "Kau serius?" Tanya Kenzo merasa ragu.
Lidia mengangguk dengan isakan yang masih tersisa. "Aku mohon Ken bantu aku, mereka terus saja menyakitiku. Aku takut, mereka semakin hari semakin ganas padaku.." Lidia menangis memeluk dirinya sendiri.
Kenzo memegang rahang gadis itu, melihat semua bekas luka diwajahnya yang membiru. Tangan serta kakinya juga terlihat banyak lebam, apalagi ditambah sudut bibirnya mengeluarkan darah dan pelipis mata yang lecet.
"Kurang ajar!" Geram Kenzo.
"Hiks.. Maaf, tapi aku bukan bermaksud mengadukan teman teman kekasihmu. Ta-Tapi.. Aku takut Ken hiks.." Isak Lidia memeluk dirinya sendiri.
Kenzo mengelus bahu gadis itu, mencoba menenangkan perasaan gemetar dari Lidia. "Kau tak perlu takut Li. Aku akan temui mereka nanti, kau pergilah ke kelasmu sekarang!" Sahut Kenzo diangguki Lidia.
"Iya Ken, terimakasih." Sahut Lidia lalu berjalan pergi.
Dari belalang, Kenzo menatap punggung Lidia yang masih bergetar ketakutan. Dia cukup kecewa dengan fakta barusan, ini sudah berlebihan dan Kenzo tak bisa membiarkannya.
"Olive.. Rohea.. Claire.. Apa ini cara kalian melindungi Febee?" Gumam Kenzo.
**
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua siswa siswi berhamburan keluar kelas. Ada yang masih menunggu guru dan ada juga yang sudah keluar kelas tanpa menunggu yang lainnya, semua itu tergantung dari kesopanan setiap murid.
Kenzo keluar paling akhir diikuti Aryo. Sebuah tangan menepuk pelan bahunya, yang tak lain adalah Aryo sendiri.
"Kau langsung pulang.. Atau mengantar kekasihmu pulang dulu?" Tanya Aryo sambil mereka berjalan di lorong kelas.
"Aku sudah menyuruh Febee menungguku, sepertinya aku akan mengantar dia dulu baru pulang menemui Juna." Jawab Kenzo.
"Soal adikmu, sebentar lagi harusnya dia masuk TK kan?" Aryo.
"Ya,"
"Kau sudah punya biaya menyekolahkannya?" Tanya Aryo.
"Aku punya tabungan peninggalan orang tuaku, jadi sepertinya juga akan ku pakai untuk itu. Dan soal rencana kedepan, sepertinya juga aku akan pindah keluar kota." Jelas Kenzo.
Aryo berhenti berjalan dan spontan Kenzo pun ikut berhenti. "What!"
"Ada apa?" Kenzo.
"So but why? Kau serius akan pindah sekolah?"
"Ya, aku tidak bisa terus berada dikota kecil ini. Aku harus merantau keluar kota," Ungkap Kenzo.
"Ta-Tapi adik dan kekasihmu bagaimana? Bagaimana dengan aku dan Jeya?" Aryo tak terima.
"Aku akan membawa adikku juga, disana nanti aku akan mencari pekerjaan dan masuk ke Universitas."
"Febee, Jeya dan aku?" Tanya Aryo.
"Soal Febee, aku akan urus nanti setelah Ujian National usai. Jeya dan kau, entah. Menurutmu bagaimana?" Kenzo balik bertanya.
"Aku juga akan ikut! Nanti aku akan rundingkan dengan Jeya, siapa tahu dia juga akan ikut dengan kita. Soal Univ, nanti kami berdua bisa mencarinya sesuai jurusan diluar sana." Ungkap Aryo.
"Bagus jika kau punya jawaban sendiri." Sahut Kenzo lalu berlau mendahului Aryo.
Aryo sendiri merasa kikuk, kok bisa otaknya tiba tiba encer? Tapi ikut merantai keluar kota itu bukan perkara gampang, apalagi mereka harus punya biaya double untuk keseharian nanti diluar sana.
'Apa Jeya akan ikut Ken, jika aku beritahu ini? Tapi jika tidak bagaimana? Aku belum siap jauh dari Jeya.' Batin Aryo.
Sedangkan di tempat Febee. Gadis itu menunggu disamping pintu kelasnya, menunggu Kenzo yang belum datang juga. Sudah lebih dari 5 menit dia menunggu, ditambah lorong kelas yang mulai sepi.
Di tempat lain juga, terlihat Kenzo menemui tiga sekawan yang tak lain adalah orang orang yang telah membulli Lidia saat jam istirahat. Mereka Olive, Rohea dan Claire tengah bercermin di toilet siswi.
"Lho Kenzo? Mau apa kau kesini?" Itu Claire yang bertanya.
Dengan tatapan tajam yang Kenzo berikan, tiga gadis itu sudah tahu maksud kedatangan Kenzo pada mereka saat ini.
"Kalian pasti sudah membuli Lidia kan? Apa alasannya dan jelaskan!" Tuntut Kenzo dengan rahang yang mengeras.