Chereads / LIKENZO / Chapter 19 - Special Chapter 19

Chapter 19 - Special Chapter 19

Chapter 19 : Special Chapter19

_Likenzo_

Lidia. Gadis itu tengah berjalan pulang ke rumahnya menelusuri trotoar jalan raya, sendirian dan hanya sendiri tanpa teman. Kesehariannya hanya dihabiskan untuk sekolah, kadang membolos, belajar, kadang malas malasan, rebahan dan hanya berkhayal bermimpi mendapat jodoh seorang CEO muda dan tampan.

Miris sekali hidupnya kini, tinggal bersama orang tua yang tak pernah menyayanginya. Dia hidup sebagai anak pungut, harus membiayai biaya sekolahnya setelah lulus SMP. Itu lah alasan kenapa dia bisa bekerja di kedai restoran kecil milik keluarga Kenzo.

'Ting'

Suara notifikasi telpon berdering di layar handphonenya, siapa lagi kalau bukan satu temannya yang selalu mengganggu.

Hani..

'Ya.. Nanti besok kau bisa mengantarku ke Pvj tidak? Pleaseeee..'

Begitulah isi pesannya, jangan lupakan emot kiyowo yang selalu ia pakai. Dasar prik, kenapa tidak pergi sendiri saja coba? Lagi puka Lidia pasti akan jadi kambinh conge disana.

Me..

'Tidak bisa, aku besok sekolah dan pulangnya bekerja.'

Balasku, sudah dari malam kemarin sebenarnya gadis itu memberi pesan, tapi Lidia abaikan. Bukan apa apa, ia sangat yakin pasti gadis itu hendak mengajaknya ke salah satu tempat mewah di Bandung lagi.

Heol.. Lidia bukan tidak mau memfoya foya uang, hanya saja dirinya tidak punya cukup banyak uang untuk terus menghabiskan uang akhir bulan ini. Ia butuh banyak uang untuk biaya sekolahnya, dia perlu membeli kebutuhan sehari hari juga. Apalagi dia saat ini dia juga sedang mencari pekerjaan tambahan.

Uang gaji dari Kenzo sebenarnya sudah cukup, hanya saja Lidia hanya ingin mencari uang tambahan untuk jalan jalan dan shoping. Karena uang gaji dari Kenzo ia gunakan untuk kebutuhan hidup dan biaya sekolahnya, tidak ada waktu untuk sekedar berbelanja pakaian branded atau mahal.

Sebenarnya Lidia bisa membeli apapun yang dia mau jika dia inginkan, hanya saja gadis itu terlalu hemat. Dia lebih memilih menyimpan uang untuk tabungan, hanya berjaga jaga jika kebutuhan tiba tiba datang tanpa melihat musim.

Sesampainya di rumahnya, Lidia langsung menaiki tangga dan masuk ke loteng rumah. Ya, rumah keluarganya memiliki loteng rumah yang cukup luas sehingga bisa di jadikan kamar, Lidia lebih nyaman tinggal disana. Ia selalu membersihkan kamarnya sebulan sekali, walaupun jorok tapi setidaknya dirinya nyaman.

Bukan jorok, hanya saja ia terlalu capek bekerja paruh waktu, belum lagi belajar dan mengerjalan tugas tugas sekolah yang selalu menumpuk. Itu semua gara gara satu satu temannya yang bernama Lyodra, gadis itu satu temannya yang selalu meracuni Lidia untuk membolos dan meninggalkan mata pelajaran. Kini nilai sekolahnya berakhir jelek, ditambah lagi kehadiran temannya yang satu bernama Hani.

Hani, gadis itu anak yang rajin. Tapi kadang kalau ada maunya jalan jalan, langsung cus otw keluar kota. Bergaul dengan mereka berdua tentu menguras tenaga dan dompet, apalagi emosi. Yang satu bawel dan yang satu galaknya audzubillah.

'Ting'

Pesan notifikasi kembali berdenting, Lidia sudah tahu dari siapa pesan itu. Ya, pasti dari teman bawelnya, Hani. Tanpa basa basi Lidia memanggil celuler nomor tersebut, kebetulan sekali gadis itu langsung mengangkatnya.

"Hallo Ya-"

"Malas, kau ajak saja Lyodra. Dia ada di parkiran sekolah sampai maghrib, entah apa yang dia lakukan disana aku tak perduli. Intinya jangan ganggu aku, aku malas plus tidak punya uang."

"Yahh.. Ayolah Ya.. Aku tidak sendirian kesana, Lyodra orangnya galak dan aku takut. Kau saja yang menemaniku, soal ongkos aku saja yang bayar, bagaimana?" Tawar Hani disambungan telepon.

"Tawaran yang menarik, tapi sayangnya aku tetap tidak mau. Aku tidak punya uang,"

"Atau gini aja, kita naik motor dari rumahku. Nanti aku jemput kau di rumahmu, habis itu kita naik kereta umum bayarnya masing masing. Sehabis itu kita pakai Goride atau Gocar, dari situ aku yang bayar. Nanti kau tinggal bayar keretamu dan tiket bioskop saja bagaimana?" Tawar Hani lagi.

"Tidak, kau memaksaku sekali. Memangnya mau apa ke PVJ? Apa ada sesuatu yang ingin kau beli?" Kesal Lidia.

"Aku.. Hendak dating dengan teman lelakiku. Kami baru saja pacaran hari ini, dan besok kami ingin berkencan. Tapi aku tidak berani kesana sendirian, aku juga ingin mengajakmu supaya aku tidak canggung sendirian disana." Jelas Hani.

Lidia memutar bola malas mendengar nada sendu di pembicaraan gadis itu di seberang telepon, menyebalkan.

"Ok. Aku ikut," Ujar Lidia.

Hani diseberang telepon sana sudah tersenyum, karena mengira dirinya akan lancar dipertemukan dengan pujaan hatinya yang bernama fadil.

"Ngomong ngomong pacar barumu siapa?" Tanya Lidia.

"Namanya Fadil, dia kuliah di Universitas Muhammadiyah Bandung. Kampusnya tidak terlalu jauh dari sekolah kita," Hani.

"Dia sudah kuliah?" Lidia.

"Iya, kenapa?"

"Kalau gitu, aku akan ikut denganmu. Dengan syarat, kau harus mentraktirku makanan disana, aku tidak mau tahu aku minta pajak jadiannya darimu." Finall Lidia.

"Baiklah, setuju and deal!" Hani.

Malamnya, Lidia baru saja pulang bekerja dari kedai Restoran pangsit milik Kenzo. Dia membersihkan diri dan mengganti baju, tak lupa membersihkan wajah dari sisa make up dan debu kotoran dengan Skincare.

Setelah semua itu, Lidia keluarkan semua baju baju yang ada di lemarinya. Dia memilah milah baju mana yang akan dipakai esok hari. Esok hari? Ya, Lidia akan bolos sekolah lagi demi mengantar temannya untuk bertemu dengan pujaan hatinya.

"Sepertinya ini bagus, tapi.. kebawahannya yang mana ya? Kerudungnya pasmina atau segi empat?" Monolog Lidia.

Malam itu Lidia gunakan untuk mempersiapkan keberangkatan besok dan istirahat yang cukup, sepertinya dia juga akan menginap di tempat temannya. Sehingga harus membuat dia membuat surat ijin pada guru dan ijin cuti kerja dari pekerjaannya untuk sehari saja.

"Hahh.. Malas sekali, tapi kalau aku tak mengantar anak itu pasti dia akan ngambek padaku." Gumam Lidia.

Gadis itu membaca bismillah dan do'a sebelum tidur dengan benar, tak lama matanya memejam dengan tubuh yang tengkurap lemah ingin diistirahatkan. Lidiapun tidur.

Di rumah Kenzo, dia baru saja mendapat notofikasi pesan dari karyawan satu satunya, yaitu Lidia. Isi pesan tersebut berisi kalau dia tidak akan masuk kerja esok hari, karena ada problem keluarga.

Kenzo tak menanggapi, dia sudah tahu watak gadis itu. Dia yakin tidak ada problem keluarga, karena masalah Lidia banyak dan tidak bisa dihitung jari. Kenzo yakin sekali jika Lidia hendak membolos sekolah juga untuk bermain diluar sana, Kenzo tak mengambil pusing dan hanya membalas 'OK' pada Lidia.

'Ting'

Pesan notifikasi berdenting dilayar handphone milik Lidia, gadis itu terbangun tak sengaja. Tanpa membuka mata sempurna, dia memicingkan mata melihat isi pesan yang entah dari siapa. Lidia menyerongkan tubuhnya melihat layar handphone.

'Sialan, ku kira pesan dari gebetan, ternyata dari Bos galak, menyedihkan.' Batin Lidia mendengus lalu menidurkan dirinya lagi.