"Apa itu legal?" tanya Jupiter makin tertarik.
"Kita bisa samarkan dengan perjanjian pra nikah. Tidak masalah, asal perjanjian yang sebenarnya adalah antara Rei dan gadis itu dipegang oleh Rei. Siapa namanya?" tanya Aldrich mengarahkan pandangannya pada Rei.
"Aku tidak tahu!" sahutnya sarkas. Aldrich mengedikkan bahunya tanda tak bisa membantu lagi.
"Wow, sangat membantu!" sindir Aldrich kemudian. Rei makin meremas rambutnya.
"Aku butuh Ares untuk mencari gadis itu lebih cepat!" ujar Rei lagi.
"Tapi masalahnya kita tidak tahu gadis itu berasal dari negara bagian mana. Kamu tidak mungkin mencarinya di seluruh US, kamu tidak akan pernah menemukannya," sahut Jupiter lagi dengan nada sedikit tinggi. Ia sampai melipat kedua lengan di dadanya menyamping pada Rei.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tukas Rei mulai kesal.
"Untuk sementara, lakukan pengalihan isu sementara kita melepaskan satu persatu gosip soal Christina," jawab Aldrich lagi. Rei memandang Aldrich begitu pula dengan Jupiter.
"Itu bukan ide jelek, kita bisa membangun pelindung. Mungkin untuk sementara label gay akan tetap melekat padamu tapi orang tidak akan terlalu fokus lagi karena sudah ada hal lain yang lebih menarik," jelas Jupiter menimpali Aldrich. Rei mengangguk perlahan dan ia mulai tenang memikirkan.
"Aku tahu Tritone punya masalah keuangan, mereka punya utang yang harus ditutupi. Aku yakin sebentar lagi mereka akan menjual saham dan aku bisa membeli ... dengan nama lain." Jupiter dan Aldrich tersenyum dan mengangguk.
"Tapi Ald, aku tetap butuh bantuanmu untuk membuat surat perjanjian pranikah antara aku dan gadis itu. Sebarkan ke media seolah surat itu bocor, semua orang akan tahu jika aku sudah menikah dan rumor gay itu bisa perlahan pudar, bukan begitu?" Rei mendekat memberikan usulannya. Aldrich menarik napasnya dan menoleh pada kedua temannya.
"Kamu memintaku membuat surat palsu?" Rei menaikkan kedua alisnya tanpa menjawab.
"Dengan satu syarat, temukan gadis itu secepatnya. Publik tidak bisa terus menerus percaya bahwa kamu menikah tapi kamu tidak pernah menunjukkan pasanganmu." Rei mengangguk setuju.
"Apa lisensi pengacaramu tak apa?" tanya Jupiter kemudian. Aldrich mengedikkan bahunya.
"Aku bisa mengatasinya asal NYU tidak tahu, masalahnya proses pengukuhan gelar profesor ku sedang berlangsung," jelas Aldrich menjelaskan situasinya.
"Aku rasa itu cukup riskan. Pit, kamu saja yang melakukannya kalau begitu!" tunjuk Rei pada Jupiter. Aldrich melirik pada Jupiter dan mengangguk.
"Aku akan memberikan semua yang kamu butuhkan, kamu hanya tinggal membuat dan menyebarkannya," ucap Aldrich itu lagi.
"Aku akan tetap membantumu, Rei. Kami berdua yang akan melakukannya. Tugasmu adalah menemukan gadis itu secepatnya," sambung Aldrich lagi dan Rei pun mengangguk setuju.
"Jika aku membuat surat perjanjian pranikah aku butuh nama seseorang, sekalipun itu palsu aku tidak mungkin hanya memberi inisial kan?" sahut Aldrich masih santai dengan wine-nya. Jupiter mengangguk lalu menoleh pada Rei yang tengah menatap lemari minuman dengan serius.
"Hei, kita butuh nama!" tukas Jupiter menepuk lengan Rei lagi. Rei mengangguk dan menoleh pada dua temannya itu.
"Jewel Belgenza!" jawab Rei cepat. Aldrich langsung tersedak dan nyaris menyemburkan wine yang sedang ia minum. Sedangkan, Jupiter terperangah dan membuka mulutnya. Tapi Rei malah tersenyum dengan yakin.
"Tulis nama Jewel Belgenza sebagai pasanganku di perjanjian pranikah itu!"
"Apa kamu masih waras? Kamu mau aku membubuhkan nama Jewel di surat itu?" sembur Aldrich dengan wajah tercengang. Rei mengangguk tanpa keraguan sama sekali.
"Pikirkan Ald, Jewel sudah hilang bertahun-tahun. Aku bahkan tidak tahu apa dia masih hidup atau tidak," tukas Rei memberikan alasannya.
"Jadi menurutmu kamu bisa melakukan itu karena dia sudah mati?" sahut Jupiter sinis.
"Bukan ..."
"Lalu apa? Jangan bilang kamu masih punya perasaan jatuh cinta itu padanya!" tunjuk Aldrich dan Jupiter ikut memandang Rei dengan pandangan tak percaya. Rei sedikit memutar bola matanya dan menggeleng cepat. Ia harus berbohong demi sebuah bantuan, mengapa tidak?
"Bagaimana jika Jewel kembali dan menemukan kamu menukar identitasnya dengan orang lain? Gadis yang kamu tiduri itu kan bukan Jewel!" tukas Aldrich dan diiyakan oleh Jupiter.
"Aku tahu, tapi kemungkinan dia akan kembali sangat kecil. Saat ini aku tak punya pilihan lain. Aku tidak mungkin asal memberi nama karena bisa saja itu orang lain. Hanya Jewel yang kita kenal!" bantah Rei masih sengit. Jupiter dan Aldrich saling menghembuskan napas kesal dan berpandangan.
"Aku hanya takut arwah Uncle James akan memburu kita bertiga!" celetuk Jupiter mengambil minuman dan meminumnya perlahan.
"Jangan menakutiku!" tambah Aldrich dan Rei hanya menyengir saja.
"Aku yang akan menanggung semuanya. Jika hantu Uncle James datang, katakan aku yang bertanggung jawab," kelakar Rei lalu ia terkekeh kecil.
"Kamu memang gila!" sahut Aldrich lalu menghabiskan wine-nya. Rei hanya tersenyum dan mendekat pada Aldrich dan Aldrich ikut menoleh memandang Rei.
"Kadang aku menyesal cepat memulai kehidupan dewasa seperti ini, Ald. Aku senang kamu berbeda dariku dan Ares atau Jupiter!" ujar Rei lagi lalu dengan cepat tangan Jupiter menepuk lengan Rei. Rei tergelak dan mengangguk. Aldrich tak terkecoh sama sekali. Meski ia tahu apa yang dimaksudkan oleh Rei, tapi selama belasan tahun tak ada yang mengetahui rahasia kelam Aldrich. Ia masih dan selalu dianggap anak polos, lugu dan masih perjaka.
"Jangan mengajari Aldrich untuk jadi bad boy seperti kita. Sekali memulai, sulit untuk berhenti," tambah Jupiter ikut menimpali. Aldrich masih diam menatap gelasnya.
Sesungguhnya tak ada yang mengetahui rahasia kelam Aldrich Caesar sama sekali. Bahkan Ares yang menganggap Aldrich masih perjaka serta dosen kaku yang lugu, sebenarnya adalah pria yang sudah menyimpan hampir sepuluh orang wanita yang ia pakai bergantian sebagai 'boneka' nya. Aldrich hanya diam dan mendengarkan saja.
Tak berapa lama kemudian, Aldrich pun keluar dari Golden Dragon. Ia tak merasa mabuk, tapi ia cukup banyak minum dan untungnya tidak menyetir. Connor yang melihat Aldrich sedikit terhuyung lantas membantu dengan sedikit memapah Aldrich masuk ke dalam helikopternya.
"Doktor, aku baru memperoleh kabar jika pengukuhanmu dipercepat menjadi tiga hari lagi," lapor Connor pada Aldrich yang sudah mengurut keningnya lalu mengangguk.
"Lantas bagaimana dengan Nona Harristian? Apa yang harus kita lakukan dengannya?" tanya Connor kemudian. Aldrich lalu menarik napas panjang dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak menerima tulisan yang dibuat di atas sebuah kebohongan!" ujar Aldrich dengan menggelengkan kepalanya. Ia sepertinya menolak untuk menerima makalah milik Chloe.
"Tapi makalahnya ..."
"Aku tidak menerimanya. Kembalikan saja!" potong Aldrich dengan cepat. Connor menarik napas sejenak agar bisa lebih tenang menjelaskan.
"Doktor, sebaiknya dia mendapatkan penjelasan langsung darimu." Aldrich masih menatap Connor dengan pandangan dingin dan akhirnya mengangguk.
"Baik, suruh dia menemui aku besok di ruanganku!"