Komputer yang masih menyala itu dibiarkan begitu saja, Rayhan berjalan ke arah sang istri yang masih berdiri di belakang pintu yang sudah tertutup dengan wajah kebingungannya. Pun laki-laki itu merangkul tubuh sang istri dan membawa Nara untuk duduk di sofa seperti biasanya. Ya, dia tahu jika kedatangan istrinya ini membawakan bekal makan siang untuknya. Wajah Rayhan sudah tersenyum bahagia mendapatkan istrinya yang begitu perhatian, menyempatkan waktu untuk menemaninya melakukan makan siang. Rayhan juga membantu membawakan tas bekal itu agar Nara tidak perlu kerepotan membawakannya—kendati mereka sudah berada di ruangan Rayhan.
Keduanya sudah meletakkan bantalan duduk pada sofa berwarna abu-abu itu. Terlihat jelas jika Nara masih menghadap ke arah pintu dengan kedua bola mata yang terus mengedip, serta alis yang tertekuk. Jari telunjuknya juga terangkat, menunjuk ke arah pintu ruangan suaminya itu. "Kenapa dia terlihat formal sekali denganku?" tanya Nara.