Sifat ayah dan ibunya itu bertolak belakang, yang mana Nara lebih menyukai sifat sang ayah yang tidak menggunakan emosi kala diberikan posisi yang menyulitkannya. Apalagi ketika sang ayah memberikan izin untuk Rayhan boleh menginap di sini, Nara benar-benar merasa terharu dengan ayahnya. Bahkan, setelah laki-laki yang telah menyayat hatinya saja masih bisa diterima kembali dengan sikap yang bijaksana.
Kini dia masih sangat gugup ketika harus menunggu suaminya kembali. Ada rasa khawatir yang sejak tadi tak kunjung surut. Memang, ayahnya itu pasti akan bersikap bijaksana, tapi bukan berarti Nara bisa tenang dengan perbincangan yang terjadi di antara suami dan ayahnya. Ini lebih mendebarkan daripada menunggu hasil ujian. Sejak tadi dia hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan tangan yang sudah terasa lebih dingin daripada pendingin ruangan. Maniknya terus menatap pintu kamar yang tak kunjung terbuka.
"Kenapa lama sekali? Apa yang mereka bicarakan?" tanya Nara.