Terduduk pada kursi kerja, kedua manik laki-laki yang rapi dengan setelan jasnya itu terarah pada lantai ruangannya. Bukan memperhatikan karena suatu, melainkan ada alasan lain yang membuatnya menatap dalam buyar—melamun. Bibir bawahnya sejak tadi digigit, tak melakukan apapun sejak dia meletakkan diri di sini. Hening, hanya ada suara dari luar ruangannya.
Pikiran Rayhan kacau, dia hanya membayangkan sang istri yang berada di keadaan yang sulit karenanya. Bahkan, mata sembab Nara juga sudah membuktikan rasa takutnya yang membuat wanita itu memilih untuk menangis dalam diam tanpa sepengetahuan Rayhan, suaminya sendiri. Dan hal itu justru membuat Rayhan seperti laki-laki yang tidak bisa menyelesaikan masalah, menjadikan Nara juga ikut dibuat pusing.