Kami menghampirinya dan bertanya bagaimana keadaannya, tapi dia tidak merespons sama sekali. Lalu aku melihat sekeliling kamar Melisa dan pandanganku terhenti di tembok yang ada bekas semacam cakaran, Haris mengirim pesan kalau dia ada di depan rumah Melisa, aku menyuruhnya untuk masuk saja. Karena Melisa tidak merespons kami, kami memutuskan untuk keluar saja.
"Melisa sikapnya aneh," ucapku.
"Lebih tepatnya seram," ucap Ana.
"Memangnya kenapa?" tanya Haris.
"Dia tidak mau bicara, coba kamu yang ke sana siapa tahu dia mau bicara," ucapnya.
"Haruskah aku melakukannya?" tanya Haris.
"Tidak ada salahnya untuk mencoba," ucap Ana.
"Baiklah," dia pergi ke kamar Melisa.