Semua orang terkejut dengan apa yang terjadi. Mereka bergegas menghampiri Park Sun-Hyung yang terkulai tak berdaya di lantai. Dia memang masih sadar, tapi sekujur tubuhnya terasa sangat sakit.
"Sial …." Suara Park Sun-Hyung terdengar lemah, tapi amarahnya saat ini tengah membara.
Reigan dengan sigap langsung merapal mantra penyembuh. Tubuh Park Sun-Hyung seketika pulih. Sungguh sihir penyembuh tingkat tinggi, bahkan yang lain pun sampai tak percaya. Memang berbeda dari yang di alami Park Sun-Hyung ketika di dalam dimensi hukuman. Senjata dari Hidden Boss Dewa Kematian memiliki efek kegelapan yang sangat dalam. Hal itu membuat sihir penyembuh para elf terhambat dan tak memberikan perubahan yang signifikan.
Tapi sekarang adalah hal yang berbeda. Kai dan Park Sun-Hyung bertarung dengan kekuatan fisik. Seperti yang sedang terjadi. Jika hanya luka dari serangan fisik, sihir para elf sangatlah manjur. Apalagi dari seorang tetua seperti Reigan. Kekuatan sihir penyembuhnya benar-benar gila.
Tiba-tiba Victor terkekeh ketika melihat Park Sun-Hyung mulai bangkit berdiri. Nara, Gael dan Nevar menatapnya sinis, tapi vampir barbar itu tetap melanjutkan tawa seramnya.
"Ini sangat menarik!"
"Aku akan melihat perkembanganmu, teman."
Ucapan Victor membuat mereka semakin kesal, tapi Park Sun-Hyung seperti menemukan sesuatu dari kata-kata vampir barbar itu. Dia tersenyum tipis dan mengarahkan kepalan tangan kanannya ke arah Victor.
"Paman vampir!" teriak Park Sun-Hyung penuh semangat, membuat yang lainnya sedikit heran. Mereka menatap Park Sun-Hyung dan Victor bergantian.
"Ayo kita makan kue!"
"Benar!" Victor terhasut. "Isi perutmu sampai penuh!"
"Siap! Paman Vampir! Kita adalah teman sejati!"
Lalu Park Sun-Hyung pergi begitu saja bersama Victor. Merasa diabaikan, Gael, Nevar dan Kai merasa kesal sendiri. Sedangkan Reigan hanya tersenyum. Nara juga tampak senang melihat Park Sun-Hyung yang telah kembali seperti biasanya.
Gadis elf itu menatap punggung Park Sun-Hyung. Mata biru lautnya sedikit bergetar, dia yakin bahwa suatu saat nanti Park Sun-Hyung pasti akan menjadi pria yang hebat.
"Cih! Seenaknya saja bertingkah," gumam Gael kesal sendiri.
"Gael, jangan diambil hati. Kita tak perlu terburu-buru. Pertandingan ini hanya untuk melihat kemampuan fisik Tuan Park. Setelah ini aku sendiri yang akan melatihnya."
Sontak semua orang terkejut mendengar penjelasan Reigan. Selama ini Reigan tak asal untuk menerima murid, seperti halnya saat dia menerima Gael. Dari begitu banyak anak, hanya Gael lah yang diterima oleh Reigan. Tapi itu sudah lama berlalu, masa dimana Alban memiliki prajurit yang memadai. Jika dibandingkan dengan saat ini, Alban terasa lebih lemah. Kejadian 18 tahun lalu adalah titik balik perubahan kehidupan di dunia ini.
"Saya mengerti, Tuan. Maaf atas kelancangan saya." Gael tertunduk.
"Tuan Gael …." Suara Nara terdengar sangat pelan. Dia kagum pada sosok prajurit seperti Gael.
"Nevar, tolong lakukan penjagaan di rumah Tuan Park seperti biasa. Aku percaya kamu bisa mengatur tim pengintai untuk hal kecil seperti ini."
Refleks Nevar langsung merendahkan diri memberikan hormat pada Reigan.
"Siap, Tuan."
"Nara, aku juga percaya Tuan Park padamu. Layani dia sepenuh hati."
"Si-siap, Tuan!" Seperti biasa, Nara tampak gugup dengan situasi seperti ini.
Mereka pun beranjak pergi dari tempat itu. Nevar dan Kai menuju area pasar untuk mencari Park Sun-Hyung dan Victor. Gael pergi berburu seorang diri dan Nara kembali ke rumah yang dihuni Park Sun-Hyung.
Reigan sendiri langsung kembali ke ruang pribadinya. Di memiliki banyak pekerjaan akhir-akhir ini, tapi tampaknya dia memikirkan sesuatu yang menyenangkan. Reigan berencana untuk menyerahkan semua tugasnya pada tiga tetua lainnya. Hanya itulah cara agar dia bisa fokus melatih Park Sun-Hyung.
—
Di ruang tamu, Park Sun-Hyung duduk santai sambil menikmati kue-kue yang telah dia dapatkan bersama Victor. Para pedagang di pasar begitu mengagumi sosok Park Sun-Hyung, bahkan mereka menyebut bahwa Park Sun-Hyung adalah manusia yang diberkati. Sungguh berlebihan, tapi disisi lain dia senang bisa mendapatkan berbagai macam makanan dengan cuma-cuma.
Victor sendiri sampai tak percaya, penampilan Park Sun-Hyung yang telah berubah semakin membuat para penduduk Alban terpesona. Terutama para gadis elf. Sepanjang jalan setapak di pasar, Park Sun-Hyung selalu dikerumuni oleh para gadis elf yang cukup menggoda. Bahkan beberapa dari mereka berani bertindak agresif demi menarik perhatian Park Sun-Hyung.
Tentu saja seperti biasa, Park Sun-Hyung yang sudah terpikat oleh berbagai macam makanan tak memperdulikan para gadis elf itu. Dia hanya sebatas memberikan senyuman dan lebih menikmati makanannya. Benar-benar polos dan entah kenapa Victor juga sedikit kagum dengan sifat Park Sun-Hyung. Selama ini dia tak pernah tertarik dengan kehidupan manusia atau ras lainnya. Dan kali ini dia telah menemukan hal yang menarik.
"Huwah … rasanya kenyang sekali hari ini," gumam Park Sun-Hyung sambil menyandarkan tubuhnya dengan santai.
Victor yang duduk di depannya tampak senang. Dia menyeringai lalu terkekeh.
"Hua-hahaha … kau ini sangat menarik."
"Paman Vampir juga, tapi aku penasaran. Selain meminum darah, Paman Vampir tak makan apapun ya?"
Pertanyaan iseng dari Park Sun-Hyung itu mendapat respon serius dari Victor. Vampir barbar itu tampak berpikir sesaat dengan mata yang meredup.
"Dulu aku suka menghabiskan waktuku dengan minum teh bersama sahabatku, Reigan. Dia selalu mencampurkan setetes darahnya pada tehku agar dapat kuminum. Tapi kau jangan khawatir, aku bukan vampir biasa. Aku tak memiliki ketergantungan pada darah. Asalkan aku tak menggunakan kekuatanku, aku bisa hidup tanpa tidur sekalipun."
Wajah pucat Victor terlihat begitu sedih ketika menjelaskannya. Dia tahu Park Sun-Hyung tak akan paham akan penderitaannya selama ini. Menjadi abadi adalah kutukan, dia tak tahu harus sampai kapan hidup di dunia ini. Setiap kali terpikir akan hal itu, Victor semakin tersiksa. Sejujurnya dia ingin terbebas, tapi entah kenapa masih banyak hal yang membuatnya bertahan. Salah satunya adalah Reigan. Setelah kejadian 18 tahun yang lalu, Reigan meminta Victor untuk tetap hidup sampai waktunya tiba. Saat itu Victor tak mengerti, tapi dia mencoba percaya. Dan saat ini dia sangat yakin bahwa waktu yang dibicarakan oleh Reigan akan segera tiba.
"Nara, tolong buatkan teh untuk Paman Vampir."
Nara yang sejak tadi berdiri di belakang tempat duduk Park Sun-Hyung langsung bergegas. Gadis elf itu kembali lagi dengan membawa segelas teh.
"Berikan padaku, Nara."
Victor tertegun dengan sosok Park Sun-Hyung di hadapannya. Dia yang masih larut dalam kesedihan, melihat sebuah sinar keyakinan di mata Park Sun-Hyung.
Tanpa basa basi Park Sun-Hyung menggigit ujung ibu jarinya, membuat sebuah goresan kecil dan darah segar mulai menetes.
"Hei-hei, kau …." Mata Victor terbelalak, dia tak percaya dengan apa yang Park Sun-Hyung lakukan.
"Tuan Park …." Nara juga tampak terkejut.
Setelah meneteskan darahnya pada teh itu, Park Sun-Hyung langsung memasukan ibu jarinya yang terluka ke dalam mulut. Dia tersenyum konyol dan memberikan teh itu pada Victor.
"Silahkan, Paman Vampir."
"Kau …?" Victor masih belum percaya. Tiba-tiba sosok Reigan di masa lalu seperti muncul menyelimuti tubuh Park Sun-Hyung.
"Minumlah, tapi pelan-pelan ya."
Entah apa yang dirasakan oleh Victor. Hatinya telah membeku beribu-ribu tahun, tapi dia tersenyum tulus pada Park Sun-Hyung.
"Terima kasih."
Victor meraih gelas tembikar itu dan menyesapnya perlahan. Seperti tersengat listrik. Sulit dipercaya, ini benar-benar seperti masa lalunya bersama Reigan. Lidahnya mampu merasakan teh itu. Darah Park Sun-Hyung juga terasa sangat kuat, membuat tubuhnya langsung memberikan respon alami. Victor merasa segar kembali, dia benar-benar merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari darah Park Sun-Hyung.
"Tuan, tolong tunjukan lukamu," ucap Nara.
"Kamu bisa sihir penyembuh?" Park Sun-Hyung antusias.
"Aku akan mencobanya."
Lantas Park Sun-Hyung mengulurkan tangannya. Terlihat luka goresan di ibu jarinya tadi sudah tak mengeluarkan darah, tapi lukanya masih belum tertutup. Perlahan Nara meraih tangan Park Sun-Hyung dan mulai terpejam.
Tiba-tiba muncul cahaya keemasan pada tangan Park Sun-Hyung dan Nara yang bersentuhan. Luka itu mulai tertutup dan hilang tanpa menimbulkan bekas sedikitpun.
Victor yang melihat itu sedikit tertegun. Dia merasakan sesuatu yang berbeda pada gadis elf itu.
***