Pukulan tangan kanan Aji nampak membentur perisai Array dari kotak baja tersebut.
Swiiingggg!
Seperti desingan angin yang keras, benturan energi itu memekakkan telinga.
Pukulan Aji tertahan cukup lama, semua orang yang awalnya meremehkan Aji kini mendadak menyaksikan pertunjukan itu dengan dada berdebar – debar. Seperti dua kekuatan saling bertolak, dan Aji masih tertahan tanpa ekspresi. Pukulan dengan energi tipisnya masih tertahan oleh Array yang juga terlihat energinya.
Sama-sama menolak.
Angin terus saling bertubrukan. Namun, kepalan dengan energi tipis Aji maju sedikit demi sedikit. Satu centimeter, dua centimeter, tiga centimeter. Semua melihatnya, perlahan dan Aji terus mendorong kotak baja itu meskipun selimut energi Array masih menahan pukulannya.
Yarko pun sempat terpana. Dia merasa bahwa pemuda itu teramat gigih. Bagaimana tidak, menurut Yarko tenaga tipis dengan energi seperti itu terus memaksakan diri untuk membuat goresan pada kotak baja.
Lihat saja, meski tergeser kotak itu sedikit, itu artinya kekuatan tenaga orang itu besar diluar kemampuan energi internalnya. Pemuda itu pun tampak gigih mempertahankan kekuatannya guna menggores baja tersebut.
Sayangnya, sekuat apapun pemuda itu berusaha dia akan kehabisan tenaga dan tak bisa menembus Array tingkat 8 yang dibuat oleh Gonan.
Semua orang yang menyaksikan pun demikian, mereka merasa kasihan pada pemuda itu. Apalagi Barsha, dia merasa bahwa pemuda itu hanya punya semangat dan kekuatan fisik yang luar biasa hingga mampu menggeser kotak baja tanpa bisa menembus pertahanan Array tersebut.
Satu detik, dua detik, hingga sepuluh detik berlalu. Saat ketua Yarko hendak berjalan mendekati Aji dan memperingatinya agar berhenti karena tenaganya bisa terkuras habis. Yarko ingin memberinya pemahaman bahwa usahanya itu sia – sia dengan menggeser sedikit demi sedikit kotak baja tersebut.
Baru akan menjejak langkah pertama, Yarko kaget bukan main dan segera memundurkan langkah kakinya itu kembali dan mundur untuk memperkuat pertahanannya.
Bukan apa-apa, tiba-tiba dari kepalan tangan Aji yang sedang bertabrakan energi dengan Array pelindung kotak, ada energi yang seolah hendak meledak.
Duuuaaakk!
Benar saja, ledakan energi besar terjadi bersamaan dengan Aji yang dengan sekuat tenaga menghempaskan Array dan kotak baja itu dengan sengat keras dan mendorong kuat dengan tinjunya.
Daak! Daak! Daak!
Semua mata seolah melotot kearah kotak baja, semua kaget bukan main dan langsung terpusat pandangannya. Kotak baja itu terpental hingga bermeter – meter ke depan dengan hempasan energi yang kuat.
Kotak sebesar itu menggelinding beberapa kali dan seolah terseret oleh hempasan pukulan Aji. Bahkan, lantai panggung itu pun tergores dan rusak akibat gesekan kuat karena kotak itu terpelanting sekitar 10 meter.
Lantai panggung itu rusak searah dengan menggelindingnya kotak baja setinggi dua meter tersebut.
Ketua Yarko pun masih terpana tak percaya. Bagaimana mungkin, dengan tenaga yang tipis dan energi internal yang hanya memiliki sedikit energi itu bisa menghempaskan kotak baja yang diselimuti oleh Array tingkat 8?
Yarko segera tersadar dan berjalan agak cepat dengan meringankan tubuhnya dan melompat hingga mendekat kearah kotak baja itu berhenti. Yarko menyibak dengan tangan kanannya dan kotak baja itu menggelinding ke depan sehingga tidak berada di ujung panggung.
Tenaga Yarko cukup kuat untuk mendorong kotak baja, dia mampu menghilangkan Array karena dia sudah memiliki alat pengendali Array tersebut sehingga Array itu tidak berpengaruh padanya.
Yarko memeriksa dinding kotak baja itu, dan dia terpana karena melihat bekas pukulan Aji benar-benar membentuk goresan mirip pukulan tangan. Bagaimana bisa pemuda itu menjebol Array dan bahkan melempar kotak baja sangat jauh?
Energi tipis itu? Apakah itu kepadatan energi?
Yarko sendiri paham bahwa ada pengendali energi yang mampu membuat energi meluap hanya dengan mengentalkan energi dan menyelimuti senjata atau tangan atau kaki seorang pendekar.
Energi tipis itu adalah pemekatan energi yang artinya, energi itu sudah menjadi bagian dari diri seseorang dan dia bisa memanipulasi energi tersebut.
Tapi..., orang yang bisa melakukan hal pemadatan energi hanyalah orang yang sudah berlatih puluhan tahun dan mencapai tingkat yang tinggi karena dia sudah menyatu dengan energi yang dimilikinya.
Yarko pun menggelengkan kepalanya, mana mungkin seorang pemuda itu bisa melakukan pemadatan energi? Yarko pun menepis anggapannya itu melihat wajah polos dari Aji, meskipun sorot matanya itu tajam.
Yarko mendekati Aji, "Peserta Aji Bagaskara..., Lulus!"
Semua orang seolah tak percaya, energi yang tipis itu mampu merusak kotak baja bahkan menembus Array dengan mendorong begitu saja, bahkan tanpa senjata? Apa – apaan itu? Banyak pendekar yang bertanya-tanya dan tak percaya.
Aji pun turun dari panggung dan giliran lainnya maju setelah dirinya. Saat turun itu, dia merasakan bahwa dia sudah menunjukkan sedikit kemampuannya. Orang yang melihat pertunjukkannya harusnya mengerti bahwa dirinya mampu memadatkan energi.
Energi tipis yang muncul hanyalah tipuan, karena energi bisa dikendalikan sesuka hati. Mirip dengan saint mage atau penyihir yang jika mencapai tingkat tertinggi dia mampu mengeluarkan tanpa rapalan dan hanya mengayunkan tongkat atau tangannya saja.
Itu karena mereka mampu memanipulasi energi atau mana yang ada dalam tubuhnya.
"Boleh juga kemampuanmu pria berotot?" salah seorang lelaki kekar dengan pedangnya yang besar tersenyum pada Aji. Lelaki ini juga lulus dengan kekuatan penuhnya.
"Cih! Begitu saja sudah sombong!"
Kali ini, suara tegas Barsha seperti meledek saat Aji sudah berdiri kembali di barisan peserta. Tapi, Aji tak peduli dan malah menatap Barsha dengan senyuman kecilnya.
"Kenapa kau tersenyum begitu?" Barsha tak terima.
Aji pun tak melihat kearah Barsha namun melihat kearah panggung dimana lelaki pendekar setelah dirinya gagal dan terpental setelah mencoba menyerang kotak baja dengan segenap kekuatannya.
"Aku kenal dengan Kakekmu, dia adalah Assasin yang hebat, Ganada."
Barsha sedikit terkaget mendengar nama kakeknya disebut oleh Aji, "Hmmm... tentu saja kamu mengenalnya, siapa di dunia ini yang tidak mengenal kakekku, sang Legenda dengan kecepatan melumpuhkan tertinggi. Bahkan, halilintar pun bisa dikejar dengan kecepatannya."
Barsha menyombongkan dirinya melalui kakeknya.
Aji kembali tersenyum kecil, "Kita lihat saja, apakah kamu bisa menjadi orang yang setara dengan Ganada kakekmu itu, atau kau hanya suka membual saja."
"Kau!" Barsha terlihat kesal, namun Aji tak peduli, "Oke, kita lihat saja nanti!"
Aji pun tak peduli dan melihat pendekar yang melakukan tes selanjutnya. Dia melihat langit sejenak dan teringat pada rekannya, Ganada. Jika dia tahu bahwa cucunya mirip dengannya, pasti dia akan tersenyum dengan bangganya juga. Hhh... kakek dan cucu, sama saja. Namun, Aji merasakan rindu kepada dua rekannya.
Kerinduan saat bertarung bersama – sama dengan mereka.