Suasana tak terkendali. Pandangan gelap dan tertutup kabut energi yang dilepaskan ketua Gonan. Namun, hal itu tak berarti bagi mata Gayatri. Dia melihat dengan jelas dari sumber energi yang menyala dari internal seseorang.
Meski memejamkan matanya, Gayatri dapat melihat pergerakan dari orang lain karena energi itu dapat dirasakannya. Begitupun saat ada para pendekar yang baru saja masuk melalui pintu-pintu di dinding Colosium.
Energi berbenturan, artinya sudah ada orang-orang yang ditugaskan melumpuhkan. Terjadi serangan dan benturan. Beberapa energi dari tubuh seseorang nampak terjatuh di lantai, segera ada tim khusus yang masuk kembali dan mengangkat tubuh yang jatuh, untuk dibawa masuk ke pintu dinding Colusium di dekatnya.
Inilah makna ujian kali ini, bertahan. Dan, ini adalah ujian pertarungan sungguhan, sparing. Tak tanggung-tanggung, ini pertarungan nyata untuk saling melumpuhkan.
"Teman-teman, hati-hati dan perhatikan di sekeliling kalian. Mereka datang dari segala penjuru dan melakukan penyerangan mendadak," Gayatri mengingatkan yang lain.
Aji paham karena dia juga merasakan energi yang berseliweran, "Ambil posisi saling membelakangi, lindungi rekan di sebelahnya."
Meski baru pertama mereka bertarung bersama, namun kata-kata Aji ada benarnya. Mereka pun segera mengambil posisi saling membelakangi dan saling menghadap masing-masing sisi. Aji, Lao, Gayatri dan Barsha. Empat penjuru sisi dan mereka siap saling membantu.
Semuanya bersiap siaga, para penyerang mengetahui dengan baik karena mereka dilengkapi dengan sebuah kacamata yang dilengkapi dengan artefak untuk melihat dalam kabut energi yang diciptakan Gonan.
Sebuah energi datang, itu adalah serangan jarak jauh dari atas. Para penyerang datang dan akan menghempas ke arah Aji dan teman-temannya.
Gayatri menyadarinya, "Dari atas, sebelah kiri. Dua orang menyerang!" ucapan Gayatri ini menunjukkan kalau dua orang dari sisi kiri atas, artinya mereka mengincar wanita terlebih dahulu karena ada Gayatri dan Barsha yang berada disana.
Berkat informasi yang diucapkan Gayatri, Barsha lebih mudah mendeteksi arah serangan. Barsha juga adalah seorang asasin tingkat 7. Setidaknya, para penyerang mungkin juga setara dengan dirinya.
Serangan datang, itu bilah pedang? Kilatannya seperti penuh energi, Barsha menangkis salah satu. Karena dekatnya maka dia mengetahui bahwa sosok penyerang itu memakai hodie hitam dan pedang kayu nampak terlihat mengarah padanya.
Itu assasin? Khas, bagi mereka yang ingin menyembunyikan diri. Artinya, kita diserang oleh para pengujikah? Pikir Barsha.
Itu yang menjadi pertanyaan bagi Barsha, sedangkan di sebelahnya. Gayatri menghadang serangan pedang kayu dengan pisau energi. Serangan asasin yang satu itu terhadang oleh energi pisau dan berjarak satu meter. Mereka tak bisa meneruskan serangannya pada Gayatri.
Gayatri hanya menggunakan tangannya untuk mengendalikan senjata energi tersebut.
"Gayatri, kamu hati-hati!" Lao memperingatkan Gayatri.
"Tenang saja Kak!" Gayatri mengibaskan tangan kanannya sehingga hal itu mementalkan penyerang tersebut dan penyerang itu kembali ke kegelapan kabut. Mereka bersiap-siap lagi jika ada serangan dadakan.
Di sisi lain, Barsha masih beradu pedang dengan asasin bertutup kepala dan menutupi mulutnya dengan masker. Karena jarak yang dekat, Barsha mampu menangkis semua serangan asasin tersebut. Serangan Asasin itu bahkan tak bisa melukai Barsha sama sekali, bahkan saat celahnya terbuka, Barsha menendang perut penyerang itu dan membuat penyerang itu terpental ke belakang.
Para penyerang Hilang kembali karena kabut yang menutupi sangat pekat. Empat orang yang membentuk formasi kembali yaitu; Aji dan rekan-rekannya saling membelakangi kembali.
"Sudah banyak yang tumbang!" Gayatri memberitahu pada rekan-rekannya tersebut. Gayatri melihat bahwa energi seseorang seperti redup, mungkin pingsan atau terluka dan sesegera mungkin ada tim yang masuk ke lantai Colusium dan mengangkat tubuh itu masuk ke pintu-pintu di dinding Colosium.
Tentu saja, ini adalah pelatihan untuk memperkuat indera dan mental. Siapapun pendekar yang tak pernah berlatih untuk menguasai indera mereka saat gelap, maka pastilah mereka akan jatuh. Tak peduli seberapa kuat orang itu. Saat berhadapan dengan musuh dalam kabut, dalam gelap, ataupun dalam gangguan sihir, maka mereka akan kalah dan terjebak dalam formasi sihir tersebut.
Para penyerang yang begitu banyak berseliweran dengan cepat, energi mereka terlihat sangat cepat bergerak. Mereka hanya melumpuhkan dan membuat luka ringan pada peserta tes.
"Sudah hampir separuh lebih hilang dari lantai Colosium, artinya mereka sudah gugur dalam ujian kedua ini. Mereka sudah dibawa pergi ke ruangan lain."
Penjelasan dari Gayatri itu sangat disadari oleh Aji, dia paham bahkan tanpa memiliki kemampuan kuat seperti mata Gayatri. Namun, dia merasakan energi setiap orang di dalam Colosium tersebut mulai berkurang jumlahnya.
Dengan merasakan sumber energi dari seseorang, Aji melihat bahwa para pendekar yang ditugaskan untuk melumpuhkan memang bekerja dengan baik dan tidak salah orang. Selain itu, energi dari para Asasin dikenali Aji, ada juga dari energi di antara peserta yang menyerang peserta lainnya.
Mereka adalah penyusup yang ditugaskan untuk menjatuhkan para pendekar dari tes kedua tersebut. Hal itulah yang dijelaskan Gonan soal ada penyusup diantara peserta dan mereka dengan mudah menjatuhkan peserta lain, mereka memukul punggung seseorang hingga pingsan atau memberi aroma serbuk bius.
Tanpa melawanpun, orang yang terkena serbuk bius akan langsung lemas dan tak sadarkan diri. Kini, Aji mengerti bahwa ujian kali ini adalah soal kewaspadaan, dan hal ini masih lebih ringan dibandingkan dengan pertarungan sebenarnya melawan penjahat, melawan perompak, melawan bandit hutan dan tentu saja Pasukan Kegelapan.
Mereka semua para penjahat sangat ahli di tempat gelap, kali ini hanya kabut energi saja yang dikerahkan Gonan sehingga jarak pandang masih bisa dilihat dari dekat. Artinya, pergerakan musuh masih akan bisa dihindari dengan insting cepat seorang pendekar.
Jika ada orang yang tak bisa menghindari dan tak bisa bertahan di tes kedua ini, maka tentu saja mereka tak pantas menjadi Pasukan Langit yang akan menghadapi pasukan kegelapan.
Duag!
Seorang penyerang hendak menyerang dari kegelapan dengan cepat ke arah Aji. Namun, Aji langsung maju dan memukul dengan telapak tangannya ke dada penyerang yang memakai pakaian serba tertutup itu.
Aji sampai maju tiga langkah dan keluar dari formasi. Orang yang terkena pukulannya bangun dan dia merasakan agak nyeri di dadanya. Dia pun segera melompat kearah pintu dinding Colusium dan menghilang.
Pertempuran seru terjadi disana-sini, Aji mampu merasakan bahwa para peserta tes ada yang kelelahan dan habis-habisan menahan serangan orang yang menutup kepalanya dan hanya terlihat mata mereka seperti ninja.
Lebih rumit lagi, karena serangan mendadak datang dari peserta yang lain yang memang sudah disusupkan untuk menjatuhkan para peserta. Mereka yang tak memiliki energi besar dan ketajaman indera hanya akan terjatuh.
Aji merasakan kelebatan demi kelebatan orang datang dan pergi. Mereka merangsek dan melihat ada korban yang jatuh pingsan atau terluka, dan mereka segera mengangkat tubuh itu meninggalkan areal pengujian. Satu persatu, terus begitu dan dan gemuruh adu tanding terus terjadi.
Adu kekuatan, adu energi, adu senjata, semuanya terjadi dan detik demi detik orang dilarikan masuk ke celah pintu dinding Colosium.
Tes kedua kali ini, Aji yakin jika hanya sedikit yang tersisa. Aji merasakan hawa kehadiran orang di lantai Colusium sudah mengilang lebih dari tiga perempat orang. Artinya, mereka sudah jatuh dan tak bisa bertahan.