Seseorang terlihat kembali menghampiri Gayatri, Lao dan Barsha. Mereka bersiap siaga, tapi begitu mendekat mereka tahu itu adalah Aji. Kini mereka bersiaga setiap ada gerakan yang datang ke arah mereka, mereka sudah mulai kekurangan pasokan energi dalam jiwa mereka.
Bertahan adalah syarat untuk bisa lulus dalam ujian kali ini.
"Darimana kamu ini?" Barsha agak keras bicaranya. Barsha merasa sedikit kesal karena tiba-tiba Aji melompat dan menghilang ke dalam kabut, dan tiba – tiba sudah kembali lagi. Aji mendekati rekan-rekannya.
"Aku hanya memastikan, aku sudah menyerang salah satu penyerang yang menyamar menjadi peserta. Aku sudah bisa mengkonfirmasinya."
"Apa maksudmu?" Barsha menjadi penasaran.
Denting suara senjata bertabrakan dan juga tabrakan energi terlihat disana sini, meskipun di antara kabut tapi suara gemuruh pertempuran masih terjadi.
Aji menatap Gayatri, "Aku sudah menjatuhkannya, apa yang kau bedakan dari energinya?"
Gayatri menatap ganti pada Aji. Dia juga merasakan energi cepat yang digunakan Aji, saat menyerang penyerang yang menyamar menjadi peserta tersebut. Satu pukulan dan penyerang yang menyamar itu jatuh. Dia juga bisa merasakan energi Aji sehingga dia paham betul apa yang terjadi.
"Energinya memang terkonfirmasi oleh mataku. Namun, semuanya berada di kabut yang gelap. Aku dapat merasakan dengan mataku, energi serupa yang memang merupakan peserta yang menyamar ataupun penguji dari kelompok assasin."
Aji mengerti, kabut energi tebal itu memang menganggu penglihatan secara nyata. Jika menyerang asal, bisa saja hal itu mengenai peserta lain. Itu sangat berbahaya.
Aji menemukan ide.
"Gambar di lantai. Beri titik yang jelas dimana pergerakan setiap orang yang kamu lihat dan juga energi para penyerang. Kita bisa bertahan dan melakukan serangan jarak jauh!"
Kalimat Aji itu membuat semua rekannya bingung. Namun, Gayatri percaya pada Aji begitu saja. Dia paham bahwa Aji memiliki kelebihan yang belum diketahui banyak orang, lelaki yang penuh misteri tersebut.
Gayatri pun menunduk, dia memunculkan pisau energi dan membuat lingkaran besar. Itu adalah gambar lingkaran seluruh lantai bundar di Colosium. Setelah itu, Gayatri membuat lubang kecil dan sebuah titik tanda dari pisau energinya.
Tanda – tanda itu berjumlah sesuai orang yang tersisa dalam tes kedua ini, selain yang sudah jatuh dan dimasukkan ke pintu-pintu Colosium.
Aji memperhatikan semua titik-titik yang dibuat dengan pisau energi oleh Gayatri. Dua orang yang berdiri, Barsha dan Lao, belum mengerti apa sebenarnya yang direncanakan oleh Aji.
Aji pun ikut duduk dan memperhatikan dengan seksama. Jumlah titik yang dibuat oleh Gayatri berjumlah 125 titik, dia juga membuat empat titik di tengahnya.
Gayatri menunjuk ke arah empat titik, "Ini adalah kita. Kita berada di sebelah kiri titik tengah, kita tidak persis di tengah."
Aji mulai mengerti apa yang digambar oleh Gayatri.
"Ada yang datang, tiga serangan dari arah samping kanan!" mata Gayatri bersinar, dia menyebutkan kalau mereka adalah energi yang sama warnanya dengan para assasin.
"Lao dan Barsha, tolong kami sebentar. Tahan mereka, aku dan Gayatri sedang konsentrasi membuat strategi!"
Lao mengangguk siap. Barsha yang sedikit kesal menjadi penasaran dengan apa yang direncanakan Aji. Keduanya lalu menghadang dan bersiap dengan serangan tiga orang yang datang dan menyerang dengan pedang kayu mereka.
Barsha menangkis dua serangan dan Lao menahan satu serangan mereka. Benturan kembali terjadi, dan serangan kanan dan kiri saling menangkis dan menyerang.
Tring! Klang!
Aji dan Gayatri masih fokus dan saling menunjuk titik-titik. Lao dan Barsha melindungi mereka berdua. Pergerakan dari tiap-tiap orang digambarkan dengan detail oleh Gayatri. Matanya benar-benar mampu membedakan warna setiap pendekar di dalam kabut energi itu.
Aji sangat terbantu dan mulai melihat hal itu.
"Tolong aku!" seorang peserta mendekati kelompok Aji, dari pipinya nampak pukulan dan terlihat ada memar, "Aku terpisah dari kelompokku dan berlari dalam kabut!"
"Cepatlah kemari! Kami akan melindungimu!" Lao maju dan menarik lelaki itu, dan melindunginya dari para penyerang yang mengejarnya dari belakang. Lao menghalau serangan dari penyerang. Penyerang itu terlihat kesal lalu melompat mundur di balik kabut, dia hilang lagi.
Lao meraih lengan peserta yang terluka tersebut. Lao membawanya ke dalam areal timnya dan mendekati Aji dan lainnya.
"Tidak apa-apa kan membawanya ke dekat kita? kita sesama pendekar harus saling membantu," Lao mengharapkan para rekannya juga berpikiran sama dengannya.
Lao membantu pendekar yang terluka tersebut, "Kamu terluka?"
"Tidak apa-apa, hanya terkena serangan mendadak tadi. Terima kasih sudah membantuku bergabung disini."
Aji berdiri dan mendekati Lao, tangan Aji pun mengarah pada lelaki itu seolah ingin melihat luka pendekar itu.
"Tidak apa-apa, hanya luka ringan saja. Terima kasih," Pendekar itu seolah merasa sungkan dengan tindakan Aji.
Bug!
Pendekar yang datang barusan itu bukan hendak ditolong Aji, melainkan dilumpuhkan dengan cepat. Aji memukul leher belakang pendekar tersebut. Tubuh pendekar itu langsung jatuh pingsan.
"Apa yang kamu lakukan Aji!" Lao protes tentang apa yang dilakukan Aji. Apakah Aji sedang curiga kepada pendekar tersebut, atau tidak mau tim terbebani dengan pendekar yang terluka?
"Lao. Tanyalah dengan adikmu sendiri."
Penjelasan dari Aji membuat Lao semakin bingung. Sebuah energi datang, itu adalah tali atau selendang yang datang dari arah kabut. Lao bersiaga, namun Aji menghadang dengan lengannya memberi simbol pada Lao agar tak menghalangi selendang atau tali tersebut.
Benar saja. Kain itu menjulur dan dengan energi membungkus lelaki pendekar yang pingsan dipukul Aji tadi. Tubuh itu ditarik ke kegelapan kabut dan pergi entah kemana.
"Jelaskan padaku Gayatri?" Lao merasa penasaran dan bertanya pada adiknya.
Gayatri menatap kakaknya itu, "Pendekar yang dipukul Aji tadi adalah tim penyerang yang menyamar sebagai peserta. Aku sudah menandainya sejak dia datang kepada kita."
Lao tak berani mendebat lagi, dan mencoba menerima apa yang sudah dilakukan Aji tadi. Jika tidak, mungkin lelaki yang hendak ditolongnya itu akan melumpuhkannya. Lao seharusnya berterima kasih kepada Aji.
Di ujung tempat di undakan tempat penguji berada. Gonan nampak memperhatikan seluruh kejadian dalam kabut energi, meskipun tidak semua bisa dia amati. Banyak peserta telah tumbang, bahkan dia dapat melihat kalau peserta tidak banyak lagi. Mungkin hanya tinggal 50an orang.
Sangat cepat, mereka tak bisa bertahan dalam kabut tersebut. Bagaimana bisa mereka akan melawan Pasukan Kegelapan, jika mereka tak bisa hanya bertahan dari kabut yang menutupi pandangan mereka?
Seseorang tiba-tiba hadir di dekat Ketua Gonan, dia melaporkan sesuatu. Dia membisiki Ketua Gonan dengan beberapa kata dan laporan.
"Menarik!" itulah yang diucapkan Ketua Gonan, dia mendapatkan laporan bahwa ada tim yang mengenal penyerang yang sedang menyamar sebagai peserta. Hal itu sudah dikonfirmasi, artinya mereka bisa membedakan dengan baik, mana peserta asli dan mana penyerang yang menyamar?
Gonan merasa harus memberikan tes lebih ketat lagi pada tim tersebut. Waktu bertahan di tes kedua juga sudah tinggal sebentar lagi. Sepertinya, di waktu yang tinggal sedikit ini, perlu melakukan tes khusus. Gonan pun tersenyum.
"Seluruh tim penyerang, fokuskan pada target tim yang kamu laporkan tadi. Aku akan melihatnya dari sini."
Ketua Gonan tersenyum dan pelapor itu menghilang, seperti hilangnya lampu yang mati dari pijarnya.