Hanan menghubungi Hasna. Dia benar-benar gelisah. Meskipun dia bisa saja menebak kalau bisa saja itu ulah Hana. Akan tetapi dia ingin lebih memastikan lagi.
"Halo, Bang?" Hasna menjawab telepon. Nadanya riang.
Hanan tersenyum miring. Ternyata memang ini hanya akal-akalan Hasan atas perintah Hana. Seperti biasa, Hana memang suka sekali berbuat demikian.
"Ya, Hasna. Maaf, saya salah pencet nomor."
Hasna tertawa kecil. Lalu berkata, "Aku tau kalau Hana dan Hasan ngerjain Abang."
Hanan ikut tertawa.
Pada hari ke sepuluh setelah hari itu, tepatnya pada sore hari, Mimi mendatangi kamar Hasna, menyuruh Hasan pergi dulu karena ia ingin berbincang serius dengan Hasna dengan leluasa.
"Kabar kamu bagaimana, Has?" Mimi berbasa-basi.
"Alhamdulillah, baik, Bu." Hasna menjawab lembut.
Mereka berdua duduk di tempat tidur, saling berhadapan. Mimi berdeham sebelum mengutarakan maksud dirinya.