Hana menceritakan perihal perjumpaannya dengan Dharma dan semua perbincangan mereka. Setelah mengobrol ini dan itu, tiba-tiba keduanya mengingat ketika masa magang dahulu.
Telunjuk kanan Hana bersentuhan dengan mading sebelah ruangan. Tempat itu adalah pos mengurus segala tentang observasi mahasiswa dan mahasiswi yang diadakan lima hari lagi. Pada majalah dinding itu, dicari deretan huruf membentuk dua kata yakni Hana Sitarani.
"Han! Hana! Kita di kelompok 49!"
Hasna, yang sudah menjadi teman akrabnya sejak peristiwa besar itu berseru-seru. Nada suaranya terdengar girang. Kesedihan sudah tidak ada lagi terdengar pada getaran yang dihasilkan oleh tenggorokannya.
"Empat puluh tujuh," koreksi Hana ketika jarak mereka hanya lima jengkal.
"Sama aja lah itu," katanya membela.
"Beda!"
"Ishhh. Hana selalu gak mau kalah," rajuknya sambil memajukan bibir.