"Maaf aku lupa, siap nama kamu?" tanya Zian pada Pangeran kedua yang sekarang merupakan suaminya tapi ia tidak ingat nama suaminya tersebut.
Zian yang memang tidak tahu mencoba bertanya kembali, walau pertanyaannya benar-benar membuat Pangeran tidak habis pikir dengan istrinya tersebut, dia yang selalu saja membuat masalah dari awal pernikahan hingga saat ini masih saja belum tahu nama dari pangeran.
Zen saja tidak menyangka akan hal itu, semua orang pasti tahu nama pangeran kedua dan siapa pangeran kedua.
Mendengar pertanyaan tersebut dari istrinya jelas saja membuat pengeran kedua kaget, jika putri Zian tidak tahu nama suaminya, yang jelas membuat Zian bingung dengan apa yang sudah terjadi, tapi apa yang di katakan Zian selama ini merupakan kebenaran.
"Ya ampun, Kakak ini bagaimana, nama suaminya sendiri tidak hafal," kata Pangeran Zen sabil menepuk jidatnya tidak percaya betapa menyebalkan Kakak iparnya itu.
Zian memang tidak hafal nama pangeran kedua, jadi dia pun jujur mengatakannya, jika dia memang tidak mengetahui nama pangeran kedua, tapi hal tersebut memang di luar dugaan dan benar-benar di luar dari kebiasaan para istri.
Yang biasanya mereka akan mengingat nama suaminya, tadi Zian tidak mengingatnya karena dia yang hanya mengetahui Pangeran kedua saja tapi nama dari pangeran kedua saha, dia tidak ingat sama sekali.
"Untuk apa kau menanyakan, hal yang tidak penting itu kepada dia, lebih baik kau beritahu kepadaku. Apa maksudmu datang kemari?" tanya Pangeran kedua pada Adiknya dan dia juga merasa tersinggung atas apa yang dikatakan oleh Putri Zian bahwa dia tidak mengenal dan tidak mengingat namanya.
Padahal mereka sudah menikah, tapi dia tidak mengingat nama suaminya jelas hal itu membuat Pangeran kedua benar-benar kesal, tapi dia tidak bisa marah sama sekali pada putri Zian.
"Aku sudah beritahukan dari tadi kepada Kakak, jika aku hanya ingin menemui kakak ipar aku tidak memiliki kepentingan lain," kata Pangeran Zen yang memang ingin menemui kakak iparnya dan ingin lebih kenal dengan putri Zian.
Karena dia juga merasa senang setelah mendengar pernikahan Kakak keduanya tersebut, karena selama ini pangeran kedua memang sangat sulit untuk mengenal wanita dan sering sekali menolak jika dia dijodohkan, tapi akhirnya dia pun mau dijodohkan dan memberikan pilihannya pada putri Zian.
"Bukannya sekarang sudah ketemu dan harusnya kau kembali ke kediaman mu, daripada di sini membuat onar," usir Pangeran kedua kepada adiknya tersebut dan dia benar-benar marah kali ini.
Marah bukan kepada adiknya, tapi marah kepada Putri Zian yang tidak mengenal namanya. Tapi pangeran tidak bisa langsung memarahi sang putri, putri Zian sudah memberikan penjelasan jika ia hilang ingatan, tapi hal itu masih bisa dimaklumi dan Pangeran kedua pun masih terus mengawasi gerak-gerik dari Putri Zian.
"Kak aku ini tidak membuat onar, Aku hanya ingin memastikan saja seperti apa istrimu dan aku juga belum bertemu dengannya sejak aku kembali dari perang," kata Pangeran Zen yang masih ingin mengobrol dengan Putri Zian dan masih ingin berada di sana lebih lama lagi.
"Kau ikut perang juga?" tanya Zian yang tidak menyangka jika adiknya tersebut ikut perang, padahal Pangeran kedua juga sering sekali berperang dan bahkan sudah terkenal sebagai sosok yang sangat hebat dalam berperang dan ditakuti oleh setiap kerajaan.
"Ya ampun, Kakak ini aku sudah bilang dari awal kalau aku adalah Pangeran ketiga yang merupakan pangeran yang paling terkenal, dengan strategi perang yang cukup hebat, kakak harus ingat itu dan aku tidak mau jika Kakak melupakan namaku, seperti kakak melupakan nama dari Kakaku ini," kata Pangeran ketiknya sambil tertawa.
Pangeran Zen tahu jika Pangeran kedua benar-benar marah padanya, dari tatapan yang diberikan oleh pangeran kedua, hingga membuat Zen pun ketakutan dan memutuskan untuk kembali ke kediamannya, karena tahu jika Pangeran kedua sedang marah kepada Zen. Jadi ia memutuskan untuk kembali lebih cepat, sebelum kemarahan kakaknya lebih parah lagi.
"Beritahu aku namanya aku pasti akan mengingatnya dan aku tidak akan melupakan nya kali ini aku janji," kata Zina yang tahu kesalahannya dan mencoba untuk mengingat nama Pangeran kedua agar tidak mempermalukan diri lagi.
Zian tidak sedang becanda dia yang tidak tahu nama pangeran kedua, jelas bertanya tapi hal itu ternyata menjadi masalah besar, yang mana memang sangat lucu jika istri tidak mengenal nama suaminya, tapi pertanyaan Pangeran Zen memaksa dia menanyakan hal itu.
"Kalau itu kakak tanyakan saja pada kakak aku ini, dan aku tidak berhak untuk memberitahukan kepada kalian berdua. Karena itu adalah urusan rumah tangga kalian berdua, mungkin sebaiknya aku tidak bisa di sini terlalu lama. Aku pamit untuk diri," kata Pangeran Zen yang mengetahui jika Kakaknya marah hal tersebut membuat dia pun lebih baik mengundurkan diri, daripada dia harus menghadapi kemarahan dari Pangeran Kenzi.
Hubungan mereka yang sangat dekat jelas membuat Pangeran Zen, tahu dan memahami, jika sang Kakak sedang marah atau tidak, maka dari itu senbon lebih baik Zen kembali ke kediamannya, sebelum Kakak keduanya tambah marah. Apalagi putri Zian yang tidak mengingat nama suaminya jelas sekali adalah kesalahan terbesar.
Dengan cepat Zen pun pergi meninggalkan kediaman Pangeran kedua dan kembali ke kediamannya.
Zian bergegas untuk meminta maaf pada Pangeran, karena ia sadar akan perbuatannya.
"Pangeran maafkan aku," kata Zian menhan pangeran kedua saat akan pergi meninggalkannya.
Zian tidak tahu lagi apa yang harus ia lakuakan agar pangeran mau memaafkannya.
"Apa kau tidak takut padaku?" tanya pangeran yang membut Zian bingung.
Karena memang ia sedikit takut saat melihat wajah Pangeran kedua ,yang jelas banyak bekas luka pedang yang membekas.
"Tidak," kata Zian yang memang merasa tidak begitu takut walau ada sedikit rasa takut jika melihat wajah dingin pangeran.
Antar takut karena wajah dingin pangeran dan rasa tidak nyaman berada di dekat pangeran, karena ras tidak suka dan kecewa dengan kenyataan karena pangeran kedua tidak setampan pangeran Pertama, tapi apa boleh buat semua sudah terlanjur, mereka sudah menikah.
Pernikahan bukanlah hal yang bisa dipermainkan jadi ia yang harus bertahan walau tertekan.
Pangeran mencoba mendekati Zian, karena dia ingin membuktikan kebenaran dari perkataan Zian, dan ingin memastikan jika istrinya tidak berbohong.
Saat tahu pangeran mendekat Zian tidak berani menatap pangeran, tapi juga ia tidak mundur karena dia bilang jika ia tidak takut, jika ia mundur berarti jelas ia takut jadi sebisa mungkin ia menahan diri.
"Kenapa dia mendekat, apa dia tidak percaya dengan kata-kata ku," batin Zian yang semakin salah tingkah dengan apa yang dilakukan pangeran.