Chereads / Contract As An (EVE) Butterfly (Versi Indonesia) / Chapter 28 - Part 28 : Sekilas Masa Lalu

Chapter 28 - Part 28 : Sekilas Masa Lalu

Kejadian sehari yang lalu, sebelum Arthur datang menemui Eveline di kamar hotelya.

***

Arthur sudah menyelesaikan penerbangan dan dia saat ini sudah berada di sebuah kamar salah satu hotel mewah yang ada di pusat kota Surabaya.

Dia berdiri menatap pada dinding kaca yang tembus pandang menampilkan pemanadangan kota. Pria ini masih terlihat serius menilik pada suasana kota yang terlihat ramai namun lancar.

"Jadi bagaimana? Apa jadwalku hari ini?" tanyanya pada Alvin yang sedari tadi juga berdiri di sampingnya.

Pria muda berkaca mata itu terlihat sibuk memainkan layar tab yang ada di tangannya, memastikan tidak ada satu pun catatan kecil yang terlewatkan.

"Dari jadwal yang sudah aku susun … harusnya saat ini kamu sudah bisa untuk beristirahat, karena rapat akan diadakan satu hari ke depan," jelasnya.

"Hanya untuk besok?" tanya Arthur lagi, ingin mendengar penjelasan yang lebih lebih rinci.

Laki-laki itu terlihat membaca kembali susunan jadwal yang telah tersusun rapi itu. "Besok dan lusa," katanya lagi.

Arthur tampak mengangguk-angguk dan mengerti.

"Jika kamu sudah mau istirahat aku akan pamit," lanjut Alvin, sembari berniat untuk melangkah pergi.

"Sebentar," ucapnya menghentikan langkah kaki pria yang sudah ingin berbalik itu.

"Iya, apa ada lagi?"

"Apa besok ada waktu senggang?" Arthur tampak fokus padanya.

Alvin kembali sibuk menyalakan tabnya dan mengecek kembali jadwal. "Sedikit, hanya jeda makan siang dan sore setelah rapat."

"Lalu … apa kamu sudah menemukan sesuatu?" tanyanya lagi karena sekilas mengingat sesuatu.

Alvin terlihat mengingat-ingat sesuatu yang mungkin saja telah ia lewatkan. "Tentang wanita itu?" tanyanya untuk memastikan.

Angguk Arthur tampak mengiyakan.

"Aku sudah menemukan alamat orang tuanya, yang aku dengar hari ini dia akan pulang ke sana."

"Kalau begitu pastikan semua hal itu."

"Apa kamu mau ikut?" tawar Alvin.

"Ikut?" Arthur membeo.

"Ikut memastikannya sendiri ke sana."

"Apa aman untukku? Aku rasa aku hanya ingin mendengar laporan saja, aku akan beristirahat sebentar, setelah menemukan sesuatu lagi maka temui aku."

Setelah itu Alvin lantas berlalu.

***

Setelah hilang beberapa waktu Alvin terlihat datang kembali dan menceritakan apa yang baru saja dia temukan.

"Katakan!" ucap Arthur begitu penasaran.

"Dia belum pulang ke sana."

Laki-laki yang tadi penasaran kini malah mengerutkan dahi. "Lalu kemana dia? Bukannya tadi kamu bilang dia berangkat dengan pesawat yang jadwalnya hampir sama dengan kita?"

Alvin mengangguk. "Benar, tapi tadi taksi yang mereka tumpangi cukup lama berhenti di depan rumahnya, tapi tidak ada yang melihat wanita itu turun dari sana."

"Lalu di mana dia sekarang?"

Alvin tampak ragu untuk bicara. "Maafkan aku, tapi sekarang dia sedang di hotel bersama pria itu."

"Ah … begitu ternyata, di situasi seperti ini pun mereka menikmati waktu bersama."

Setelah bergeming beberapa saat Arthur terlihat melanjutkan ucapnya. "Lalu apa lagi yang kamu temukan?"

"Baiklah akan aku ceritakan." Alvin mulai menceritakan secara garis besar kehidupan Eve yang berhasil ia temukan.

(Author's Pov)

Eveline seorang wanita muda yang saat ini berusia sekitar 25 tahun.

Wanita ini lahir dan dibesarkan di Surabaya, walaupun tidak memilki garis keturunan asli penduduk setempat. Kehidupan keluarga wanita ini awalnya sempat merasakan hidup dalam kecukupan tapi itu tidak bertahan lama semenjak ayahnya yang saat berada di masa dan keadaan jaya, malah kecanduan judi dan menghabiskan semua uang dan modal perusahaan. Selepas kejadian itu mereka bangkrut dan kehilangan mata pencarian.

Keluarga mereka yang dulunya hangat seketika berubah menjadi broken home, Ibu Eveline harus rela membanting tulang demi Eveline dan adik-adiknya, hal terburuknya adalah laki-laki yang dia anggap ayah dan semestinya menjadi tulang punggung malah bergantung dan menjadi benalu untuk keluarga.

Karena sering terpengaruh oleh alkohol, sifat ayahnya berubah drastis dengan temperament yang sangat kasar dan tak jarang sering melakukan kekerasan di dalam keluarga mereka.

Karena tidak tahan dengan siksaan ayahnya, Eveline memutuskan untuk pergi dan mengadu nasib ke Jakarta, dengan alasan menerima tawaran untuk bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik yang ada di ibu kota.

Wanita ini sempat kuliah hingga semester 6 tapi karena keadaan yang semakin sulit membuatnya terpaksa untuk mundur, terlebih pendidikan kedua adiknya harus juga dibiayai.

Selama di Jakarta, karena pekerjaan yang ia rahasiakan ini membuatnya hanya sesekali menghubungi ibu dan adik-adiknya, itu pun di saat ingin mengirimkan uang jatah dan biaya hidup bulanan keluarganya.

Semenjak tahu kalau Alexa sudah bekerja dan menghasilkan uang yang lumayan banyak, ayahnya terus mengganggu dan terkesan terus memerasnya. Pria yang sudah masuk usia paruh baya itu terus meminta uang padanya hampir di setiap waktu dan kesempatan, membuat Eveline merasa terbebani dan terpaksa mengganti nomor telepon pribadinya.

Saat di Jakarta pun hanya Evano yang wanita ini hubungi, terlepas hanya untuk menanyakan banyak hal tentang keadaan keluarganya.

Eveline dan Evano sudah sangat dekat, mereka telah menjalin hubungan semenjak Sekolah menengah pertama, mereka kala itu memiliki status sosial yang tidak jauh berbeda, hingga kesenjangan terjadi saat Eveline telah menyelesaikan Sekolah menengah atas saat orang tuanya jatuh bangkrut dan ia harus rela bekerja dengan upah yang tidak seberapa.

Selama di Jakarta apa yang Eve rasakan pun tak ada yang tahu, dia seorang yang tidak punya tempat untuk bicara.

Semenjak menyelesaikan Sekolah menengah atas, hubungan Eve dan Evano sedikit berjarak walau pun mereka tidak putus, Evano lebih lebih fokus dengan pendidikan sementara Eveline fokus bekerja.

Jarak diantara keduanya semakin terasa sejak 2 tahun lalu, semenjak Eveline benar-benar menetap di Jakarta dan memutuskan untuk tidak pulang lagi ke Surabaya.

Karena alasan pendidikan keduanya tidak terlalu intens berkomunikasi, hanya saat wanita ini sangat merindukan keluarga, barulah dia mulai menghubungi Evano untuk membantunya berkomunikasi.

Selama wanita ini di Jakarta, ia seolah bersembunyi. Dia bersembunyi dari kerasnya hidup dan frustasi karena keadaan keluarga yang dulu utuh tiba-tiba hancur dan tidak berberkas.

Dulu mereka tinggal di rumah besar milik mereka sendiri, karena bangkrut mereka harus menjualnya dan pindah ke rumah kuno di pemukiman kumuh, rumah peninggalan keluarga neneknya.

Awalnya wanita ini begitu jijik dan membenci dirinya sendiri, karena dia harus melakukan pekerjaan hina demi mendapatkan uang untuk menghidupi kebutuhan keluarga. Pulang ke Surabaya membuatnya takut dan cemas jika keluarganya tahu semua hal yang telah ia sembunyikan selama di Jakarta.

Kali ini dia memberanikan diri untuk pulang dan menginjakkan kaki kembali ke Surabaya karena sudah lelah dan sudah merasa cukup punya uang untuk membuat usaha dan menghidupi keluarganya, terlepas rencana pernikahan yang dia rencanakan dengan Evano itu.

Berharap kali ini kepergiannya tidak menyisakan terror yang akan Siska berikan untuknya.