Chereads / My Puberty Student / Chapter 2 - Ke Sekolah Baru

Chapter 2 - Ke Sekolah Baru

Sebelum remaja itu terbangun, Nadean berjingkat pelan-pelan meninggalkan kamar untuk pulang kembali ke apartemennya.

"Sial," katanya dalam hati. Kepalanya kadang masih berputar-putar, tapi Nadean masih ingat bagaimana awal mula petaka itu terjadi ....

Alexey meminta izin kepada ayah mereka untuk mengajak Nadean pergi bersamanya ke acara reuni. Namun, Nadean sebenarnya tahu bahwa adiknya hanya ingin mencari muka saja di depan sang ayah.

"Siapa tahu ada temanku yang cocok sama Kak Nadean, Yah ..." ujar Alexey meyakinkan.

"Yang benar saja, aku mana mau sama teman-teman berondong kamu itu!" sahut Nadean dengan nada sengit.

"Kalian pergilah," sahut Morgan, ayah Nadean dan Alexey seraya memelintir kumisnya. "Khusus untuk kamu, Nadean. Tidak ada salahnya kalau kamu membuka hati terhadap siapapun yang coba dikenalkan kepada kamu ... Jujur ayah khawatir karena di usia kamu yang sekarang ini, belum pernah sekalipun ayah lihat kamu memperkenalkan seseorang yang kamu anggap istimewa ...."

Nadean melirik Alexey yang balas menatapnya sambil nyengir lebar.

"Itu karena aku memang belum punya seseorang yang istimewa, Yah." Nadean menegaskan. "Masalahnya aku sedang sibuk-sibuknya pindahan sekolah, jadi ...."

"Dulu alasan sibuk kuliah, sekarang sibuk mengajar ... Ingat Kak, aku juga keburu mau menikah!" sela Alexey terus terang.

Nadean memelototi sang adik sebagai jawaban.

"Kamu nikah saja duluan, aku nggak keberatan kok!" sergah Nadean dengan bahu naik turun karena terpancing emosi.

"Nad?" sela Morgan seraya menghela napas. "Kamu sebagai anak pertama ayah, tentunya ayah mau kamu yang menikah duluan."

Nadean mengembuskan napas berat. Dengan sangat terpaksa, Nadean menerima ajakan Alexey untuk ikut ke acara reuni sekolahnya.

"Senyum dong, jangan biarkan kecantikanmu tertutupi, Kak!" seloroh Alexey ketika mobil yang dikemudikannya memasuki pelataran gedung sekolah yang bertahun-tahun silam dia tinggalkan. "Teman-temanku sudah cukup dewasa semua ...."

"Tetap saja mereka itu berondong!" sembur Nadean ketika mobil Alexey benar-benar berhenti. Dia sebenarnya tidak mau ikut acara reuni sang adik, buat apa? Namun, dirinya juga enggan berada di rumah dan semakin tertekan dengan curahan hati ayahnya yang menginginkan Nadean segera membawa menantu untuknya.

"Umur tidak menentukan kedewasaan," ujar Alexey dengan nada membujuk. "Kalau kamu begini terus tanpa usaha, kamu bisa jadi perawan tua dan imbasnya juga ke aku, Kak ...."

"Kamu!" Nadean menatap tajam ke arah adiknya.

"Kamu tahu kan ayah itu sedikit kolot?" kata Alexey lagi. "Dia nggak mau anak perempuannya dilangkahi, terus aku bisa apa? Ayah bahkan nggak setuju aku punya kekasih kalau kamu bahkan belum punya!"

Nadean mengembuskan napas berat. Tidak Morgan ataupun Alexey, ayah dan adiknya itu selalu saja menekannya untuk urusan jodoh. Mendesaknya untuk menikah duluan, sedangkan calon saja masih jauh di awang-awang hingga sulit untuk Nadean gapai ....

"Hei, Lex!"

Beberapa pemuda mendatangi Alexey ketika dia dan Nadean berjalan beriringan memasuki halaman sekolah yang didekorasi dengan balon, hiasan pita dan tulisan reuni angkatan kesekian.

Alexey menyapa temannya satu per satu sementara Nadean berdiri mematung seperti manekin sampai kemudian mereka melihat keberadaannya.

"Kenalkan, ini kakakku. Namanya Nadean," kata Alexey sambil merangkul sang kakak. Teman-teman Alexey kemudian melontarkan basa-basi singkat kepada Nadean dan setelah itu mereka semua mengikuti jalannya acara reuni.

Karena tidak dapat berbaur dengan teman-teman Alexey, Nadean hanya duduk diam di kursinya sambil melihat sang adik yang asyik bercengkrama dengan orang-orang.

Ketika acara reuni berakhir, Nadean pikir kebosanannya akan ikut berakhir. Namun, ternyata Alexey meneruskan acara sendiri hingga ke hotel tempat temannya menginap.

"Sebentar saja kok!" elak Alexey ketika Nadean melayangkan protes kepadanya.

Terpaksa Nadean ikut saja ke hotel tempat temannya menginap. Di sana sudah ada teman beberapa teman lain yang tengah berkumpul sembari makan minum dalam satu ruangan.

"Itu isinya cowok semua!" desis Nadean keberatan.

"Memangnya kamu mengharap kami bawa-bawa cewek?" tukas Alexey. "Kamu kan kakakku, jadi aman."

Nadean mendengus, tapi terpaksa diam dan menuruti keinginan adiknya. Dia hanya menonton mereka semua mengobrol, makan dan minum dengan suasana ruangan yang begitu bising.

Suasana yang membuat Nadean merasa kurang nyaman dengan sekitarnya. Hingga cowok-cowok itu mulai memperhatikan Nadean dan menawarinya untuk ikut minum.

Awalnya Nadean menolak, tapi ketika Alexey memberinya minum yang kelihatan tidak mencurigakan, baru dia mau meminumnya.

Keputusan yang akhirnya membuat Nadean nyaris kehilangan kehormatan di tangan teman-teman adiknya sendiri .....

Lamunan Nadean harus terhenti ketika dia merasakan kantuk yang amat sangat di kedua matanya. Tidak butuh waktu lama, Nadean tertidur pulas di apartemennya hingga esok hari.

Ketika terbangun, yang pertama kali Nadean lakukan adalah mengecek ponselnya. Belasan panggilan tak terjawab dari kedua orang tua dan adiknya tidak Nadean pedulikan. Sebab jam yang tertampil di layar ponsel lebih membuatnya ketakutan setengah mati.

"Sial, aku hampir terlambat mengajar!"

Nadean berlari ke kamar mandi dan mengguyur sekujur tubuhnya dengan air dingin supaya kesadarannya terkumpul sepenuhnya.

"Selamat pagi, nama saya Nadean. Saya guru baru di sini, bisa saya bertemu dengan kepala sekolah?"

Beruntung, Nadean tiba di SMA Oasis sebelum bel masuk berbunyi nyaring. Dia sangat khawatir kalau di hari kerja pertamanya ini dia sudah memperlihatkan kesan yang begitu buruk karena datang mepet waktu.

"Mari, saya antar ke ruangan kepala sekolah." Seorang pengajar yang bertemu dengan Nadean di depan ruang tata usaha, mempersilakan dengan sangat ramah.

Setelah berbincang-bincang sebentar dengan kepala sekolah, Nadean diantar ke ruang kelas tempat dia akan mengajar untuk pertama kalinya hari itu.

Langkah Nadean terasa semakin bersemangat sekaligus gugup ketika bel masuk berdering nyaring. Murid-murid yang masih berada di koridor segera berjalan masuk ke ruang kelas masing-masing dan Nadean berhenti di depan kelas yang dihuni para murid tingkat tiga.

Siswa-siswa yang masih mengobrol segera terdiam ketika melihat kedatangan Nadean bersama seorang guru bernama Milly.

"Selamat pagi, Anak-Anak!" sapa Milly ke seluruh ruangan. "Hari ini kalian punya guru matematika baru, silakan nanti kalian kenalan sendiri, ya?"

"Baik, Bu!" Sebagian besar murid menyahut antusias.

"Saya tinggal ya, Bu Nadean?" ucap Milly setelah mengantar Nadean ke kelas barunya.

"Terima kasih, Bu Milly!" angguk Nadean sambil tersenyum manis, setelah itu dia menatap ke arah murid-muridnya sambil berusaha menahan perasaan gugup yang semakin menjadi.

Baru saja Nadean akan memulai sesi perkenalannya dengan lebih formal, mendadak ada seorang siswa yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan kelas.

"Waduh, aku telat nih!"

Nadean menoleh dan tatapannya tertumbuk kepada seorang remaja tanggung yang mengenakan seragam resmi sekolah dan wajah serta potongan rambutnya serasa tak asing di mata Nadean.

"Guru baru, ya?" celetuk siswa itu dengan pandangan menyelidik.

"Bel sudah bunyi, dan kelas mau saya mulai." Nadean menyahut formal.

Siswa itu mengangkat bahu dan berjalan ke mejanya sendiri, kemudian Nadean memulai kelasnya.

"Nama saya Nadean Svetlana, guru yang akan mengajar matematika mulai hari ini."

Bersambung –