"Kamu nggak papa?" Panji bertanya beberapa kali pada Laras yang masih berjongkok di depan kloset sembari terus berusaha memuntahkan isi perutnya.
"Mual," lirih Laras. Matanya sampai berair karena terlalu memaksakan diri.
"Sekarang masih mual?" Panji ikut berjongkok. Mengelus tengkuk Laras sembari memijitnya pelan-pelan.
"Masih, ini jangan dipijit nanti tambah mual." Laras mengeluh dan menepis tangan Panji yang ada di tengkuknya.
"Mau ke dokter?" tawar Panji. Sebab sudah lama Laras tidak mengalami gejala morning sickness seperti ini. Panji kira, tidak akan kambuh lagi. Tapi saat pukul empat dia meraba samping ranjang dan tidak menemukan Laras di sana.
"Nggak usah, aku harus masuk kuliah."
Panji iba melihat Laras yang berjalan gontai menuju ranjang lantas membaringkan tubuhnya kembali di atas sana. Panji segera menyusul. Memeluk tubuh Laras dari belakang, mencium puncak kepalanya dengan lembut.