Sebuah rumah mewah nan megah dengan gerbang berwarna gold yang menjulang tinggi sudah bisa dilihat oleh Gina. Pertama kalinya dia ke mari, ke kediaman Diana. Entahlah, mungkin jalan pikiran Gina sudah buntu sampai-sampai dia mengabaikan ucapan Riyan tadi malam. Perihal jangan pernah merusak kebahagiaan orang lain, jika tidak mau kebahagiaan diri sendiri juga dirusak atau bahkan lenyap tanpa sebab.
"Gue nggak peduli, Riyan. Yang gue mau itu cuma Panji, udah. Gue nggak perlu apapun lagi kalau gue berhasil jadi istrinya Panji. Kehidupan gue pasti akan sempurna. Gue nggak perlu lagi khawatir besok gue akan dituntut apalagi sama nyokap gue. Yang perlu gue pikirin cuma bahagia, bahagia dan bahagia." Kira-kira begitulah ucapan Gina saat Riyan melarangnya untuk menuruti ucapan Sekar.
"Ayo," ajak Sekar ketika gerbang tinggi itu terbuka dan menampakkan halaman yang sangat luas.
"Mah, Mamah yakin kita nggak akan diusir karena lancang?" tanya Gina ragu.