Besoknya, Widia masih berada di rumah. Wanita itu sepertinya sengaja tidak berangkat pagi layaknya hari biasa. Buktinya saja, dia tengah berada di dapur. Memasukkan beberapa bahan makanan ke dalam kulkas. Juga disertai apron yang melekat pada tubuhnya. Wajahnya yang polos tanpa polesan make up, membuat Laras bertanya-tanya sedari awal dia turun ke bawah.
Ada apa gerangan yang membuat Widia tersesat di dapur saat harusnya wanita itu sudah duduk manis di ruang kerja sembari melayani pasien?
"Mamah?" panggil Laras.
"Pagi, Sayang." Widia menyahut tanpa mengalihkan pandangan dari dalam kulkas.
"Mamah nggak kerja?"
"Kerja kok, nanti siang."
"Wah, tumben banget. Kenapa?"
Widia berhenti memasukkan buah-buahan ke dalam kulkas. Lantas menoleh menatap Laras yang bertanya dengan bingung. "Hari ini papahnya Panji pulang. Mamah mau siapin dia sarapan."
"Om Satya? Eh, maksduku Papah Satya?"