Laras akhirnya bisa tertidur dengan nyenyak setelah terisak kuat selama hampir dua puluh menit. Widia sengaja memancing emosi menantunya itu agar perasaannya lega. Meski harus dengan bantuan obat tidur, tapi itu tidak masalah daripada melihat Laras memandang kosong udara di depannya.
Panji sendiri masih duduk dalam diam. Setelah mengganti kaosnya yang basah akibat air mata Laras. Dia masih termenung di tempatnya duduk. Kepalanya penuh akah berbagai hal mengenai Laras. Seburuk itulah perlakuan ayah kandungnya selama ini? Apa Laras sering mendapat kekerasan oleh pria bernama Andi itu? Lantas, kenapa Andi masih bisa berkeliaran sesuka hatinya setelah merusak mental anak juga istrinya.
Pertanyaan-pertanyaan itu lenyap saat Panji merasakan dingin di pipinya. Dia menoleh dan mendapati Widia yang tersenyum ke arahnya.