"Satya, Widia. Tolong kalian berhenti berdebat dulu." Wijaya angkat bicara. Dia sepertinya mulai jengah dan bingung hendak melerai bagaimana pertikaian anak dan menantunya ini. Ingin membela Satya, tapi jelas bahwa anaknya itu selingkuh bahkan sampai menghamili wanita lain. Sementara kalau membela Widia, sama saja seperti dia mendorong Panji ke dalam jurang sebab anaknya itu sudah berdiri di dekatnya.
"Kenapa, Pah? Apa karena Satya itu anak Papah, jadi semua kesalahan dia itu dimaklumi dan dibiarkan gitu aja? Padahal jelas, Satya itu udah selingkuh dari aku, Pah. Bahkan dia menghamili wanita lain. Apa wajar kalau aku diem aja di saat hatiku dibuat mati rasa?" Widia mencerca. Dia tidak suka dengan pembelaan halus yang dilakukan Wijaya agar melindungi kesalahan sang anak.