Chereads / Semusim Rasa / Chapter 4 - Semusim Rasa - Malam Yang Dingin

Chapter 4 - Semusim Rasa - Malam Yang Dingin

Di rumah kontrakan, pukul 10. 00 malam

Malam hujan deras hingga suara petir saling menyambar satu sama lain. Mendadak lampu mati. Terlihat raut wajah kesal Sekar. Bibirnya mengerucut berjalan ke dapur sambil menggunakan cahaya senter ponselnya.

"Ke mana sih mas Bhrama?!" Sekar mengerutu. Bibirnya manyun. Dia mulai menghentakan kedua kakinya.

Sekar mulai mencari lilin. Mendadak dia melihat sebuah kelebatan di kedua matanya. Lalu dia mulai berteriak, "Siapa kamu?!"

Mendadak terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah kontrakannya. Seketika Sekar pun langsung melangkahkan kedua kakinya menuju ke pintu rumah kontrakan. Dia merasa sangat gelisah dan takut. Dia merasa hatinya sangat tidak tenang sama sekali namun dia harus memaksakan diri agar pemeriksa kondisi di luar. Dia mencoba untuk berpikiran positif.

"Semoga saja itu adalah Mas Brahma." Sekar menggumam dalam hati kecilnya. Dia merasa hatinya tidak menentu sama sekali.

*

Di rumah Hendro, terlihat wajah Brahma yang sangat pucat sekali. Dia berusaha untuk berbicara mengenai peminjaman uangnya. Sebenarnya dia merasa tidak enak sama sekali dengan sahabatnya. Karena dia merasa merepotkan sahabatnya.

Brahma duduk di sofa ruang tamu rumah kontrakan Hendro. Tatapan kedua matanya terlihat begitu sangat gelisah dan cemas. Karena dia sangat bingung sekali untuk mencari uang membayar kontrakan. Dia sama sekali tidak memiliki banyak uang. Dia merasa benar-benar sial.

"Kamu Kenapa, Bro?" Tanya Hendro menatap wajah Brahma yang tampak begitu sangat gelisah. "Apakah kamu butuh sesuatu?" Tanyanya kembali.

"Sorry, Bro. Aku butuh duit buat bayar kontrakan rumah, apakah kamu bisa meminjamkan aku uang senilai satu juta?" Tanya Bhrama.

Hendro hanya diam, dia masih belum menjawab pertanyaan dari Bhrama.

"Ok, aku akan pinjamkan kamu uang," jawab Hendro.

"Aku pasti balikin kok, Bro."Balas Bhrama.

"Udahlah, Bro. Kenapa kamu harus mikirin?" Hendro menatap Bhrama. "Kamu bisa kembaliin uangnya kalau kamu ada duit aja."

"Sekali lagi aku ucapkan terima kasih banyak," kata Bhrama.

*

Tiga jam lalu, Apartemen Darmawangsa, Jakarta.

Pukul 07.00 malam. Terlihat seorang perempuan cantik bernama Gladys. Dia sedang membawa satu rantang makanan untuk kekasihnya bernama Ardan.

Gladys mulai melangkahkan kedua kakinya perlahan-lahan. Dia menyusuri koridor kamar lantai 8. Dia terlihat begitu sangat ceria sekali. Kemudian kedua langkah kakinya pun berhenti tepat di depan pintu apartemen Ardan. Dia mendengarkan suara perempuan di sana yang saling berbicara dengan Ardan. Lalu dia pun menerobos masuk menuju ke dalam unit apartemen Ardan. Karena dia sudah hafal akses password masuk ke dalam unit apartemen Ardan seketika dia mulai terkejut melihat Ardan bersama dengan seorang perempuan lain yang saling bermesraan. Mendadak rantang makanan miliknya jatuh ke lantai hingga membuyarkan suasana antara Ardan dengan perempuan lain di hadapannya.

"Ardan! Nadia!" Rasa kecewa dan hancur yang telah dirasakan oleh gladi saat itu juga ketika melihat kejadian itu tepat di kedua matanya. "Kalian tega!" Ucapnya penuh dengan penekanan dalam setiap kata dalam kalimat yang terucap.

"Gladys! Tunggu aku! "Teriak dari Ardan yang meninggalkan Nadia sendirian di unit apartemennya. Dia berusaha untuk mengejar Gladys. Dia merasa menyesal sekali telah melakukan perbuatan perselingkuhan itu.

Terlihat wajah kecewa dari seorang Gladys. Kedua matanya terlihat mulai berkaca-kaca. Dia terlihat memendam amarah yang meledak saat itu juga. Rantang makanan itu pun telah jatuh hingga isinya mulai berceceran di sebuah lantai unit apartemen Ardan.

Sejenak Gladys mulai menghentikan kedua langkah kakinya.

"Kamu jahat Ardan!" Gladys melanjutkan pergi dari unit apartemen Ardan diiringi dengan rasa kecewa. Air matanya pun mulai terjatuh membasahi kedua pipinya seketika. Dia berlari untuk keluar dari unit apartemen tersebut. Dia segera untuk menuju ke lift yang menghubungkan ke arah lobby apartemen.

Ardan berusaha untuk mengejar Gladys. Namun dia sudah terlambat ketika Gladys sudah memasuki pintu lift yang sudah tertutup akhirnya. Dia terlihat begitu sangat menyesal.

"Argghh!"

Gladys masih mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dia duduk di sebuah halte bus sambil menunggu bus yang akan lewat. Dia merasa hatinya sangat hancur seketika melihat perselingkuhan antara kekasihnya dengan sahabatnya. Dia melihat dengan kedua mata kepalanya. Dia merasa sangat hancur dan berantakan. Lalu dia segera untuk menelpon Renata.

Sambungan mulai terhubung antara Gladys dan Renata.

"Renata tolong jemput aku di halte. " kata Gladys sambil terisak tangis. Dia merasa hatinya sangat hancur sekali karena dikhianati oleh Nadia sahabatnya.

"Kamu kenapa Gladys?" Tanya Renata dalam sambungan telepon. Dia terlihat begitu sangat khawatir sekali dengan suara isak tangis dari Gladys.

Beberapa menit kemudian Renata pun datang menjemput Gladys di sebuah halte dekat apartemen milik Ardan. Air matanya begitu sangat mengalir deras di kedua mata Gladys. Dia merasa sangat hancur sekali dengan rasa penghianatan cinta yang telah diberikan oleh Ardan. Dia merasa hatinya sangat hancur seketika saat itu juga. Bahkan dia tidak bisa berkata-kata apapun.

"Ardan jahat, Re." Gladys mengadukan tentang apa yang telah dia lihat beberapa menit yang lalu saat itu juga. Dia merasa hatinya hancur berkeping-keping dan tersayat.

Kemudian Gladys pulang dengan Renata menggunakan sebuah motor Vespa butut. Sepanjang perjalanan dia hanya dapat menangis.

"Kamu tahu Renata kalau ternyata Nadia itu memang ular berbisa! Benar apa kamu kalau Nadia bukanlah teman yang terbaik." Kata Gladys saat dalam perjalanan pulang. "Kamu tahu kalau ternyata Renata selama ini menghianatiku sebagai sahabatnya. Belum juga dia merasa puas ketika aku harus kehilangan pekerjaanku saat itu juga. "

Gladys mulai membuka perlahan-lahan kedua kelopak matanya ketika mengingat Kejadian beberapa jam yang lalu. Dia merasa sangat hancur sekali. Dia hanya mampu untuk menghancurkan semua kenangan tentang dirinya dan Ardan. Dia memporak-porandakan seluruh ruangan kamarnya Karena rasa kesalnya begitu sangat mendalam. "Lihat aja nanti aku tidak akan pernah sama sekali untuk memaafkan kalian berdua dalam kehidupanku!" Dia mulai bersumpah serapan dalam hati kecilnya. Dia merasa jika Ardan tidak akan pernah bisa dia maafkan begitu juga dengan Nadia yang sudah menghianatinya.

*

Brahma pun telah sampai rumah pukul 10.00 malam. Dia melihat suasana hujan sangat deras sekali saat itu juga. Dia akhirnya bisa membayar sebuah kontrakan rumah walaupun hasil dari pinjaman ke sahabatnya.

"Jam segini baru pulang. "Sekar mulai menyindir Brahma yang pulang pukul 10.00 malam. "Pulang jam segini itu seharusnya bawa uang banyak. Jangan bilang kalau kamu tidak mendapatkan penumpang sama sekali sehingga kamu tidak membawa uang. Astaga! Mungkin aku salah untuk memilih pasangan seperti kamu yang tidak berguna!"

Brahma berusaha untuk mengontrol emosinya saat itu. Dia tidak ingin terpancing amarah karena sindiran dari Sekar. Dia merasa sangat lelah sekali untuk hari ini. Dia tidak akan sama sekali untuk menanggapi Sekar.