Altan ikut berjongkok menghadap Anna. Lelaki itu menangkup wajah Anna dengan kedua tangannya. Sorot mata yang lembut dan penuh kasih sayang itu, hanya ia berikan pada gadis di hadapannya. Perlahan, ibu jarinya mengusap lembut air mata Anna.
"Jangan khawatir, An. Mungkin aja itu berita pas tadi kamu ke kelas aku," ucap Altan tersenyum menenangkan.
"Gimana kalo ada yang denger percakapan kita tadi?" tanya Anna panik. Air matanya terus berlinang.
"Gak ada. Percaya sama aku." Altan meyakinkan Anna. Anna yang masih panik, berusaha menenangkan diri dan pasrah.
"Ayo, bangun. Kita ke kantin. Kamu belum makan 'kan?" Altan mengulurkan tangannya.
Anna sedikit ragu, tapi lelaki itu terus tersenyum dan terus menyodorkan tangannya. Anna perlahan meraih tangan Altan. Ia memapah Anna untuk berdiri. Kemudian mereka pergi ke kantin.
_____
Ketika memasuki kantin, semua mata tertuju padanya dan Altan. Ia merasa risih dan panik. Altan mengeratkan genggamannya.
"Ada aku," bisik Altan lembut. Anna mendongak menatap lelaki tampan itu.
"Tunggu disini, aku mau ambil makanan buat kamu," ucap Altan sambil menuntun Anna untuk duduk. Anna mengangguk pelan.
Altan pergi untuk mengambil makan siang. Anna terus menunduk karna ia merasa semua mata masih tertuju padanya. Bahkan ia juga mendengar bisikan-bisikan penasaran dari murid lainnya.
"Anna! Ada apa sih? Kok lo gak bilang-bilang sama kita?" tanya Lira tiba-tiba duduk di depan Anna.
Anna mendongak. Di depannya bukan hanya ada Lira, tapi juga Luna, Meta, Rani dan Yuni.
"Iya. Bahkan kemaren lo gak ikut karokean, padahal gue yang traktir," timpal Yuni.
"Lah, emang jadi?" tanya Luna terkejut. Pertanyaannya sama dengan apa yang Anna ingin tanyakan.
"Jadilah. Tapi malem, yang ikut juga dikit karna katanya gabisa pulang malem," jawab Yuni. Luna mengangguk-angguk dan beroh ria.
"Eh, kalian. Kita 'kan lagi nanyain Anna, kenapa malah bahas yang lain, sih?" ucap Meta kesal.
"Eh, iya. Ya ampun lupa," sahut Rani. "An, ada masalah apa, sih?"
Anna menatap teman-teman sekelasnya bergantian. Wajah itu, wajah yang hanya ingin tahu bukan menbantu. Tatapan mereka dengan tatapan Altan sangat beda menurut Anna.
"An, coba cerita sama kita," ucap Luna.
"Iya, An. Kita pasti bantu, kok," timpal Meta.
"Gue gak masalah kok, An, kalo emang kita gak jadi belajar bareng," ucap Lira pelan. Anna menatap Lira. Ingin rasanya ia percaya pada Lira, tapi, untuk saat ini, hanya Altan yang ia percayai.
"Eh, ada apa nih ngumpul disini?" tanya Altan yang baru saja datang sambil membawa 2 tray food. Anna menatap Altan, mengodenya kalau dirinya merasa risih dan takut.
"Al, kalian ada masalah?" tanya Lira to the point.
"Masalah apa?" Altan mulai duduk di sebelah Anna dan memberi satu tray food pada Anna.
"Itu, akun fungosip," sahut Luna.
"Denger, ya, guys. Kalo emang gue sama Anna ada masalah, apa iya gue sama Anna bakal duduk bareng gini?" Altan merangkul Anna dan tersenyum.
Rani, Luna, Lira, Yuni dan Meta menggeleng berbarengan.
"Bodoh aja kalo kalian mikir yang aneh-aneh tentang gue sama Anna yang jelas-jelas baik-baik aja. Gak usah pikirin postingan akun gosip itu deh," beber Altan dengan suara kencang agar semua yang dikantin mendengar.
"Bener juga sih," timpal Lira mengangguk-angguk.
Bisikan-bisikan yang Anna dengar tadi, kini mulai hilang. Ia melirikkan natanya kesekeliling. Ada beberapa orang yang saling mengangguk setelah mendengar ucapan Altan. Anna bersyukur.
"Lagian, siapa sih pemilik akun gosip itu?" tanya Rani kesal.
"Untung aja sih ini aplikasi cuma ada di sekolah kita doang," ucap Luna.
"Iya. Udah gitu, yang di post cuma tentang Anna sama Altan terus lagi. Padahal gue sama Fabian udah jadian tapi gak ada beritanya," tambah Yuni kesal.
"Lo emang mau diberitain?" tanya Meta.
"Ya maulah. Biar terkenal," jawab Yuni lebay.
"Gue sih, ogah," ucap Meta.
"Tapi, An, kalo lo kenapa-kenapa, cerita ke gue, ya," ucap Lira perhatian. Anna mengangguk.
"Ke kita juga," tambah Rani. Anna mengangguk lagi.
"Kalian, kalo udah selesai makannya, cepet simpen bekasnya. Gue sama Anna mau makan," titah Altan.
"Eh, iya. Kuy simpen," ajak Yuni.
Mereka berlima bangkit dan meninggalkan Altan dan Anna.
"Makasih, ya, Al," ucap Anna pelan.
"Sama-sama, cantik," jawab Altan senyum. "Makan."
Anna mengangguk. Anna mulai memakan makanannya, begitu juga Altan.
"Al, aku mau minta tolong ke kamu boleh?" tanya Anna disela-sela makannya.
"Makan dulu. Aku gak mau bicara kalo lagi makan," ucap Altan yang masih mengunyah.
"Itu kamu bicara," tuduh Anna. Altan diam.
_____
"Mau bicarain apa tadi?" tanya Altan setelah mereka menyimpan tray food bekas makannya di tempat yang disediakan.
Sambil berjalan menuju kelas, mereka mengobrol.
"Lira bilang, dia mau belajar bareng sama kamu," ucap Anna ragu.
"Aku doang?" tanya Altan sambil menunjuk dirinya.
"Sama aku juga," ralat Anna.
"Ayo, aja kalo ada kamu," ucap Altan.
"Pulang sekolah ini gak apa-apa? Lumayan 'kan ada waktu beberapa hari sebelum ujian," tutur Anna. Altan tampak berpikir.
"Gak mau?" tanya Anna.
"Sabar dulu, An. Aku mikir dulu, soalnya aku kalo pulang sekolah sibuk," jawab Altan menatap Anna. Anna balik menatap Altan bingung.
"Sibuk ngebucin kamu, eeeaaa," ucap Altan senyum.
"Apasih, gak jelas, deh." Anna tersenyum malu sambil memukul pundak Altan
"Ayo, Tuan Putri, Pangeran bantu." Altan mengulurkan tangannya ketika hendak menaiki tangga.
Anna meraih tangan Altan dengan senyum.
"Kamu cape, An?" tanya Altan karena tangan Anna sangat basah. Anna diam dan terus melanjutkan langkahnya.
"Maaf," ucap Altan menyesal.
Kedua tangan Anna menggenggam erat tangan Altan.
"Al, kalo misalkan ada yang tau penyakit aku gimana?" tanya Anna pelan. Walau di tangga ini sepi, ia harus waspada.
"Ya, gak apa-apa," jawab Altan pelan.
"Kamu dihina? Diejek? Gak apa-apa?" tanya Anna bertubi-tubi.
"Pokoknya, mau ada yang tau atau enggak tentang penyakit kamu. Aku akan selalu nemenin kamu," ucap Altan tulus.
"Sumpah?" tanya Anna.
"Sumpah. Always, forever. Together with you," ucap Altan senyum. Sebenarnya, Anna selalu gemas ketika Altan tersenyum dan ingin mencubit pipinya. Saat ini, ia mencubit pipi Altan.
"Eh? Kok?"
"Gak suka ya?"
"Lagi-lagi," pinta Altan manja sambil menyodorkan pipinya.
"Apa, deh, Al." Anna geli melihat tingkah konyol Altan. Walau sederhana, lelaki itu selalu bisa membuatnya tersenyum.
Dengan senyum bahagia, mereka menuju kelas 2-4. Walau di lorong kelas banyak yang mebatap mereka dengan tatapan penasaran, Anna juga merasa risih dengan itu, tapi karna Altan disampingnya, ia hanya akan terus tertawa dan mengabaikan yang lainnya.
Tbc ...