Ada yang dinanti-nanti, dan ada juga yang di baikan, tak sebanding dengan apa yang dilakukannya dan yang diterimanya. Dengan pasrah keluarga besar Elan dan Elina tak lagi menjodohkan anaknya, tak mau membuat pusing anaknya hanya demi keegoan semata.
"Besok hari cerah, hari dimana mulai antara aku dan Elina sudah tidak dipaksa lagi, lagian kita juga masih sekolah," gumam Elan dengan santainya, sementara Seina terus menatap Elan dengan penuh semangat dan tetap tersenyum, setidaknya Seina tak lari pada Elan dan Seina yang tak membiarkan Elan pergi darinya.
"Aku cukup merasa lega, setidaknya kamu nggak akan lagi pergi," gumam Seina.
"Aku masih ingat perjuangan kamu yang caper, kamu yang tak ingin aku menjauhimu, rasanya lucu jika di pikir-pikir," ucap Elan dengan berterus terang, sementara Seina hanya merengut dan tak mau membicarakan hal itu. Seina malu sendiri jika ia yang mengingatnya.