Entah apa yang membuatnya begitu rindu atau merasa bersalah, Elan memeluk erat Seina dengan begitu haru, bahkan rasa yang berbeda dari biasanya, ada rasa kesedihan yang mendalam namun Seina berusaha menyembunyikan rasa resah itu dan tetap berfikir positif bahwa dirinya dengan Elan akan baik-baik saja.
'Aku sungguh berharap Seina nanti jodohku, entah itu kapan tapi aku sangat berharap,' batin Elan terus mengatakan itu, sedangkan Seina masih saja terdiam karena ada yang mengganjal di hatinya.
Seina menepuk-tepuk punggung Elan namun bibirnya tidak bisa berbicara. Seperti ada duri yang mengganjal tapi entah duri dari mana dan entah apa yang bisa dilakukannya supaya Elan terlihat ceria.
"Aku suka menghilang ya?"
Rupanya Elan tersadar dengan ucapannya dan Elan yang mengatakannya dengan berterus terang, sungguh seperti bukan Elan.
"Apa yang terjadi?"
Rasa penasaran itu tiba-tiba muncul dan entah apa yang terjadi. Elan menggeleng dan tak juga untuk mengatakannya.