Chereads / Goresan Cerita Gadis Kursi Roda / Chapter 32 - Taman Belakang

Chapter 32 - Taman Belakang

"Tante, tolong berikan kami waktu 1 hari. Kami akan pindah besok, tante tidak perlu mengusir kami. Kami akan pergi dengan sukarela," ucap zafran meminta waktu sedikit lebih lama kepada wanita paruh baya yang berdiri di hadapannya. Zafira tidak bisa berfikir jernih. Dia baru saja kehilangan kakek kesayangannya. Tetapi mereka sudah diusir dari sana. Tasmania akhirnya menyetujui permintaan dari zafran untuk menunggu satu hari. Dia yakin bahwa zafran tidak akan mampu melakukan apapun. Sebab semuanya sudah dalam kendali wanita faruq baya itu.

Setelah tasmania pergi, zafran mendekati istrinya. Dia harus mengatakan pesan terakhir yang disampaikan oleh sang kakek kepada dirinya.

"Zafira, sebelum meninggal dunia kakek mengatakan sesuatu kepada ku." ucap zafran.

"Pesan?" tanya Zafira.

"Ya, tetapi kakek mengatakan bahwa kita tidak boleh percaya kepada siapapun. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya kakek juga mengatakan bahwa aku harus menjagamu. Dia memberikan ini." zafran menunjukkan kunci yang ada di tangannya. Zafira menerima kunci itu. Kunci tersebut terlihat sangat familiar di mata wanita tersebut. Sebenarnya kunci apakah itu. Mengapa kakek memberikan sebuah kunci kepada zafran.

"Lalu," lanjut Zafran.

"Lalu?" tanya Zafira.

"Lalu, kakek mengatakan bahwa kita harus menemukan sesuatu di bawah po-. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Apakah kamu memahaminya?" zafran kembali bertanya. Zafira mengerutkan kening, apa yang dimaksud kakeknya.

"Pohon." zafira tiba-tiba teringat sesuatu. Di belakang rumah besar itu terdapat sebuah pohon yang sangat besar. Pohon itu adalah pohon yang sangat bersejarah karena meninggalkan banyak kenangan bagi keluarga Azhari. Saat masih kecil zafira dan sonia sering sekali bermain di sana. Pakai azhari juga sering menceritakan dongeng kepada kedua cucunya. Pada saat itu hanya kakek dan orang tua zafira yang tinggal di villa tersebut. Lalu masalah mulai muncul ketika tasmania dan putranya memutuskan untuk tinggal bersama.

"Pohon?" tanya zafran.

"Di belakang rumah ini ada pohon yang sangat besar. Mungkin kakek menyembunyikan sesuatu di bawah pohon itu. Tetapi dia tidak memiliki banyak waktu untuk menjelaskannya." zafira menjelaskan. Dia mencoba menembak sesuatu yang penting seperti pesan yang disampaikan oleh kakek saat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Zafran mengerti dengan kata-kata istrinya.

"Jika memang seperti itu, ayo kita ke sana!" ajak Zafran.

"Aku?" tanya Zafira.

"Ya. Kamu!" zafran kembali meyakinkan. Tetapi zafira hanya diam. Sejak kecelakaan yang menimpa keluarganya zafira tidak pernah keluar dari dalam rumah tersebut. Dunianya hanyalah kamar dengan ukuran 10 kali 8 tersebut. Dia tidak peduli dengan keadaan di luar rumah. Dia sudah kehilangan motivasi dalam hidupnya tetapi kali ini suaminya mengajak zafira untuk keluar. Tentu saja wanita itu merasa ragu saat ingin melangkahkan kaki.

"Tapi," ucapnya yang merasa ragu.

"Zafira, aku tahu bahwa kamu tidak pernah keluar dari dalam kamar ini. Tetapi kakek pasti akan sedih jika membiarkan kamu tetap seperti itu. Aku akan menemanimu, kamu harus mampu menghadapi kenyataan dunia ini. Kamu tidak boleh menyerah begitu saja," zafran memberikan nasehat kepada istrinya. Dia sudah berjanji kepada sang kakek untuk menjaga dan melindungi Zafira. Zafran tidak akan membiarkan hidup zafira sia-sia dengan membiarkan dia hanya hidup di kamar saja. Zafira tampak ragu dengan keinginan Zafran. Tetapi pria itu kembali meyakinkan wanita tersebut. Dalam keraguan akhirnya zafira mengangguk.

Zafran segera mendorong kursi roda di mana zafira duduk di atasnya. Mereka akan menuju taman belakang di mana sebuah pohon besar berdiri dengan gagah. Zafran membuka pintu kamar kemudian mendorong kursi roda itu. Para pelayan yang melihat pemandangan asing tersebut berperang ah karena tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Beberapa dari mereka bahkan menutup mulut dengan kedua tangan karena rasa terkejut yang mereka rasakan. Zafira hanya menundukkan kepala karena rasa takut dan malu yang ia rasakan.

Sementara zafran tidak peduli dengan pandangan semua orang. Dia hanya fokus membawa istrinya menuju taman belakang. Mereka terus berjalan perlahan hingga mereka tiba di taman belakang. Zafira tidak bisa menutupi perasaan yang ada di dalam hatinya. Taman ini memiliki banyak kenangan yang tidak bisa iya hilangkan. Bayangan masa lalu kembali hadir di dalam pikirannya. Kenangan di mana tawa dan canda selalu menghiasi kehidupan mereka.

Di taman belakang terdapat sebuah kursi panjang yang merupakan tempat favorit bagi zafira dan juga sonia. Tetapi taman itu sekarang terlihat usang karena tak ada seorangpun yang memanfaatkan ya. Zafran melihat wajah istrinya yang berkaca-kaca saat menyaksikan dan memperhatikan taman tersebut. Dia mendekati sang istri untuk memberikan kekuatan kepada wanita itu.

Zafira masih ingat bagaimana dia dan sonia selalu berlarian di sana. Mereka terkadang piknik di taman belakang tersebut dengan membawa bekal makanan dan duduk di bawah pohon besar itu. Kakek azhari selalu menemani keduanya.

Zafira masih inget saat kaki azhari selalu memberikan senyuman kepada semua orang. Tidak ada marah dan juga tidak ada bentakan. Zafira hampir lupa saat terakhir kakeknya tersenyum dan berubah menjadi pria yang begitu amarah. Zafira tidak tahu alasan di balik perubahan sikap kakeknya. Dia hanya mengerti bahwa kakek sudah berubah. Sejak saat itu kakek tidak pernah lagi mendengarkan ceritanya. Kakek tidak pernah lagi membacakan dongeng untuknya. Kakek tidak pernah lagi memanjakan nya seperti saat-saat bahagia yang dia rasakan. Zafira tidak mengerti mengapa kakaknya bisa berubah.

Pandangannya kembali dialihkan dengan taman bunga yang sudah kering. Hati-hati wanita itu bertanya-tanya mengapa tidak ada seorang pelayan pun yang berusaha membersihkan tempat tidur. Mengapa tempat ini terlihat begitu gersang. Zafran mendorong kursi roda milik zahira semakin mendekati pohon itu. Mereka harus menemukan sesuatu. Zahira sadar tujuan mereka berada di sana. Wanita itu mulai memperhatikan pohon tersebut. Agar mereka bisa menemukan apa yang sebenarnya disembunyikan oleh sang kakek.

Tasmania dari putranya melihat apa yang dilakukan oleh pasangan suami-istri trus. Mereka berdua tersenyum sinis melihat perlakuan dan sikap orang yang akan diusir dari rumah tersebut. Tasmania adalah wanita yang sangat licik. Dengan segenap kekuatan dan kemampuan yang lia miliki dia merebut semua milikku zafira. Dia bahkan mengusir wanita itu dari rumahnya.

"Apa yang mereka lakukan di sana ma?" jefri bertanya kepada ibunya.

"Tidak tahu, mungkin wanita itu sedang mengumpulkan kenangan manis yang ada di rumah ini tak sebelum mereka meninggalkan rumah ini," jawab wanita paruh baya itu dengan sangat sinis. Wanita itu tersenyum bangga dan penuh kemenangan. Dia merasa bahwa dirinya adalah pemenang dalam pertarungan besar ini. Dia hanya menunggu kedua orang itu pergi dari rumah dan menikmati semua yang ada di rumah tersebut.