Di teras rumah tersebut tampak seorang wanita paruh baya dan seorang gadis belia sedang diikat di sebuah kursi. Zafran yang melihat itu segera mendapat namun anak buah tante tasmania menghentikan langkahnya.
"Lepaskan mereka!" Bruto memberikan perintah kepada Tasmania.
"Siapa yang telah memintamu datang ke sini? Sebaiknya kamu tidak ikut campur dalam urusan aku!" ucap Tasmania.
"Menyingkirlah, sebelum tuan besar benar-benar marah!" ucap Bruto. Ingin sekali tasmania memukul wajah pria yang merupakan ajudan sekaligus asisten pribadi dari ayahnya tersebut. Dia tidak bisa melepaskan Zafran begitu saja. Tetapi perintah sang ayah adalah mutlak dan wajib untuk diikuti meski seseorang tidak menginginkannya. Dengan berat hati akhirnya tasmania mundur dan Zafran segera memiliki wewenang untuk mendekati ibu dan juga adiknya. Zafran melepaskan ikatan tangan dan kaki ibunya begitu juga dengan sang adik. Mereka pun berpelukan sementara tasmania terpaksa meninggalkan tempat itu.
"Bawa mereka pergi!" selanjutnya Bruto memberikan perintah kepada anak buahnya. Beberapa orang pengawal mulai mendekati Zafran dan juga keluarganya.
"Apa, apa yang terjadi nak? Kemana mereka akan membawa Ibu dan juga Nabila?" Ramadhani bertanya kepada sang putra.
"Tenanglah Bu! Kalian akan ikut bersamaku. Aku tidak bisa membiarkan kalian tetap tinggal di sini karena akan sangat berbahaya," ucap Zafran.
"Tapi," wanita taruh baya tersebut merasa ragu. Tetapi Zafran berusaha meyakinkan ibunya. Dia mengangguk kan kepala mencoba memberi isyarat kepada sang ibu bahwa semua akan baik-baik saja. Akhirnya wanita paruh baya itu pun menurut, dia mengikuti keinginan dari sang putra. Mereka meninggalkan rumah sederhana yang telah memberikan banyak kenangan untuk keluarganya. Naik ke dalam mobil pergi menuju villa Dahlia.
Di dalam mobil Zafran terus memeluk tubuh ibu dan juga adiknya. Namun dia tidak memiliki keberanian untuk banyak berkata-kata karena disana juga ada bruto yang akan terus mengawasi dirinya. Zafran harus bisa menjaga diri dan juga menjaga keluarganya. Harus bisa menahan diri dari semua pertanyaan yang ada di dalam hatinya karena jika dia salah dalam berkata maka bukan hanya dia yang akan menjadi korban namun ibu dan adiknya akan menjadi tumbal kesalahan dirinya.
Mobil yang mereka tumpang i terus melaju meninggalkan jalanan menuju villa mewah milik keluarga Azhari. Mobil berhenti tepat di depan villa besar tersebut dan seluruh keluarga Zafran segera turun dari dalamnya. Di sebuah ruangan kakek Azhari sudah menunggu kehadiran Zafran dan juga seluruh keluarganya tersebut. Dia bahkan sudah menyiapkan beberapa makanan untuk menyambut kehadiran keluarga Zafran.
Saat pemuda itu masuk ke dalam ruangan di mana kakek azhari sedang menunggu dia merasa heran. Dia mencurigai ada hal yang tidak beres sedang direncanakan oleh pria tua tersebut.
Zafran duduk di sebuah kursi yang sudah disediakan begitu juga dengan ramadhani dan nabila. Seorang pria tua duduk di hadapan mereka. Dalam beberapa saat mereka semua hanya terdiam tidak ada yang berani memulai pembicaraan.
"Silakan nikmati makanannya. Saya juga mengucapkan selamat datang di rumah sederhana milik saya!" setelah lama menunggu akhirnya pria tua itu mulai berbicara. Ibu dan adik zafran segera melakukan apa yang diminta oleh pria tua tersebut. Mereka menikmati makanan yang sudah dihidangkan di hadapan mereka. Dengan bahagia mereka menikmatinya namun ada sedikit rasa sungkan yang tersembunyi di dalam hati mereka.
Ketika ibu dan adiknya sedang menikmati hidangan yang disiapkan oleh keluarga tersebut tiba-tiba pria tua itu memanggil dirinya dan meminta dirinya untuk pergi menuju ruang kerja. Zafran merasa heran kenapa pria tua itu justru memanggil dirinya sendirian. Hal penting apa sebenarnya yang ingin dia bicarakan. Ibu dan adik zafran juga merasa heran tetapi mereka tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Mereka hanya membiarkan zafran pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Puarr... sebuah tamparan keras tiba-tiba mendarat di pipi zafran ketika pria itu masuk ke dalam ruangan kerja milik kakek Azhari. Pria itu sangat terkejut, dia refleks memegangi wajahnya yang terasa sakit. Matanya yang tajam menatap kearah kakek Azhari.
"Tundukkan pandanganmu anak muda!" suara kakek yang menggelegar membuat zafran merasa ketakutan. Pria tampan itu akhirnya menundukkan pandangan meski dia masih tidak tahu kesalahannya tetapi dia tidak bisa melawan pria yang memiliki kekuasaan tersebut. Satu-satunya hal yang ditakuti adalah keselamatan keluarganya.
"Apakah kamu berpikir bahwa hidupmu akan aman? Apakah kamu berpikir dengan membawa keluargamu ke sini maka kamu akan dijauhkan dari masalah? Ternyata kamu lebih bodoh dari yang aku pikirkan! Kedatangan keluargamu di sini bukan hanya memberikan masalah baru bagimu. Tetapi mereka akan semakin berbahaya. Banyak orang yang akan berusaha melenyapkan mereka," zafran mengerutkan keningnya. Awalnya dia berfikir bahwa pria itu adalah pria yang baik karena telah mengijinkan nya kembali pulang ke rumah untuk membawa serta seluruh keluarganya. Namun ternyata apa yang dipikirkan salah. Ternyata kehidupan orang kaya memang benar-benar sangat sulit untuk ditebak. Setiap orang memiliki pemikiran masing-masing untuk bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran orang lain. Bahkan seseorang itu sering tidak mengenali apa yang ada dalam pikirannya sendiri.
"Aku tahu, bahwa kamu dan juga keluargamu itu tidak bersalah. Tetapi sebagai keluarga kalian harus membayar kesalahan yang telah diperbuat oleh ayahmu. Sonia tidak akan bisa menerima dan maafkan kalian semua!" kakek azhari kembali berkata kepada Zafran. Pria yang bahkan tidak mengenal Sonia. Pria yang bahkan tidak tahu alasan mengapa mereka sangat membenci keluarganya. Apa hubungan ayah zafran dengan Sonia. Mengapa semua orang terus memanggil manggil namanya tetapi tidak ada yang mengizinkan zafran untuk menyebut nama tersebut.
"Dengarkan baik-baik! Karena masalah sudah terlanjur ibu dan adikmu terpaksa harus tinggal di rumah ini. Meski ibumu tidak akan menjadi pelayan tetapi aku rasa dia tidak bisa hanya makan dan tidur di rumah tanpa melakukan pekerjaan apapun. Adikmu juga akan bersekolah, mereka seolah-olah akan mendapatkan kebahagiaan. Tetapi ingat, kamu tidak boleh berbicara secara pribadi dengan mereka. Jika kamu melakukan kesalahan maka jangan salahkan aku jika kamu kehilangan salah satu dari mereka atau kedua orang itu!" ucap pria itu kepada Zafran. Tanpa mendengarkan di awal pandan pendapat pemuda tersebut, kakek azhari meminta bruto untuk membawa zafran meninggalkan ruangannya. Selalu terjadi hal seperti ini. Semua perintah dan komunikasi hanya berjalan satu arah saja. Sementara tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan. Sama seperti Zafran. Dia terpaksa terdiam saat bruto membawanya pergi begitu saja. Naruto menarik tangan zafran dengan kasar kemudian mendorong tubuh zafran keluar dari ruang kerja pria tua tersebut.
Ingin sekali zafran memberontak, ingin sekali zafran bertanya. Tetapi dia tidak memiliki keberanian karena ancaman nya adalah ibu dan adiknya. Zafran harus mengikuti arus jika dia ingin berhasil dalam kehidupannya. Dia tidak bisa serta merta mendahulukan emosi dan juga kebencian. Dia harus berpikir lebih jernih dan juga cerdas untuk bisa mengalahkan keluarga yang penuh rahasia itu.