Chereads / Goresan Cerita Gadis Kursi Roda / Chapter 15 - Ancaman Tante Tasmania

Chapter 15 - Ancaman Tante Tasmania

"Zafira?" Zafran yang semakin merasa khawatir dengan keadaan istrinya kembali memanggil wanita itu. Setelah beberapa kali memanggil dia juga tidak mendapatkan jawaban. Akhirnya karena rasa khawatir yang ada di dalam hatinya Zafran memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandi. Perlahan pintu itu pun terbuka dan Zafran bisa melihat seorang bidadari sedang mandi di sana. Rambutnya yang panjang dan hitam menghiasi penampilan wanita itu. Zafran tidak bisa menutup mata melihat pesona wanita berhijab tersebut.

Awalnya Zafira tidak menyadari kehadiran Zafran yang sudah melihat dirinya. Dia terus mencoba menikmati ritual mandi yang sedang dilakukan. Namun ketika dia menoleh alangkah terkejutnya Zafira saat melihat kehadiran pria itu.

"Aaa,," teriak nya dengan sangat keras. Zafran terkejut mendengar teriakan tersebut. Dia segera berlari dan kembali menutup pintu. Zafran merasa tidak tenang karena sudah melihat istrinya yang sedang mandi. Dia berjalan ke sana kemari berfikir bagaimana cara menghadapi wanita itu. Setelah beberapa saat zafira keluar dengan menggunakan pakaian lengkap. Zafira memang mempersiapkan pakaian di kamar mandi dan mengganti pakaiannya di dalam ruangan tersebut karena dia tidak ingin bertemu dengan zafran sebelum dia mengenakan pakaian.

Zafran menatap wajah Zafira, wanita itu membalas tatapan Zafran. Kini dia memiliki alasan untuk meluap kana marahnya kepada pria tersebut.

"Berani sekali kamu masuk ke dalam kamar mandi?" Zafira berkata kepada Zafran.

"Ma, maafkan aku Zafira. Aku telah bersalah, aku pikir terjadi sesuatu kepadamu sehingga membuatmu begitu lama berada di dalam kamar mandi. Karena itulah aku berusaha melihat keadaan mu tapi ternyata kamu dalam keadaan baik-baik saja. Tolong maafkan aku Zafira!" ucap Zafran meminta maaf kepada istrinya.

"Apa katamu? Mudah sekali bagimu minta maaf, aku akan menceritakan semuanya kepada kakek!" ancam Zafira.

"Tolong jangan lakukan itu, aku mohon kepadamu Zafira. Jika kamu ingin menghukum ku maka hukum lah aku sekarang. Tetapi tolong jangan libatkan kakek!" Zafran terus meminta belas kasihan dari istrinya. Dia tidak ingin membuat masalah dengan membuat istrinya marah karena jika itu terjadi maka ibu dan adiknya lah yang akan menjadi korban. Kakek Azhari sudah pernah memperingatkan Zafran agar pria itu tidak menyakiti Zafira karena jika dia melakukan itu kakek Azhari mengancam akan menyakiti keluarganya. Zafran sangat takut hal itu terjadi karena itulah lebih baik dia yang mendapatkan hukuman daripada ibu dan juga adiknya.

Zafira menatap wajah Zafran, tatapan itu sangat tajam bahkan bisa menembus hati pria itu. Zafran tidak berdaya di hadapan wanita tersebut.

"Mendekatlah!" perintah Zafira. Awalnya Zafran merasa heran dengan permintaan yang dikatakan oleh wanita tersebut. Tetapi akhirnya diapun menuruti kata-kata dari wanita itu. Zahran mendekat dan kini dia berada tepat di hadapan wanita yang merupakan istrinya.

Puarr...

Sebuah tamparan mendarat di wajah Zafran. Zafira memukul suaminya, Zafran terkejut dengan gerakan tiba-tiba dari Zafira. Tetapi pria itu hanya menunjukkan kepalanya sambil memegang sebelah pipinya. Meski hatinya marah dengan perlakuan wanita tersebut tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

'Bukankah kamu sudah menjadi istriku lalu mengapa aku tidak boleh melihat dirimu mandi. Jangankan mandi aku bahkan memiliki hak untuk menyentuhmu. Apakah ada seorang suami yang lihat istrinya mandi mendapatkan hukuman sebuah tamparan. Wanita ini bener-bener tidak memiliki etika. Kecantikan wajahnya tidak sebanding dengan kecantikan hatinya,' Zafran berkata di dalam hati namun sayangnya kata-katanya tidak bisa didengar oleh siapapun. Bahkan oleh di dunia sendiri. Zahra hanya bisa menunduk dan menerima semua hukuman yang diberikan oleh istrinya.

"Sekarang kamu harus push up sebanyak 100 kali!" perintah Zafira.

"Apa?" Zafran terkejut dengan kata-kata yang diucapkan oleh Zafira.

"Seratus lima puluh kali!" Zafira menambah angkanya. Zafran yang ingin menjawab mengurungkan niatnya karena jika dia melakukan itu maka angka hukuman akan semakin bertambah. Tanpa berkata apa-apa dia segera melakukan perintah yang diucapkan oleh istrinya tersebut. Pria itu mulai melakukan hitungan. Dia harus melakukannya dengan cepat sebelum kelahiran datang dan memanggil dirinya untuk menikmati sarapan. Sebelum semua itu terjadi dia harus siap atau jika tidak dia kan mendapatkan hukuman yang lebih besar.

Nafasnya terasa berat karena olahraga berat yang ia lakukan dengan cepat. Beberapa menit dia melakukan olahraga tanpa beristirahat akhirnya diapun lunas melakukan dan melaksanakan hukuman yang diberikan oleh Zafira kepada dirinya. Wanita itu tersenyum melihat dia berhasil mengendalikan Zafran. Setelah itu Zafira segera pergi meninggalkan kamar menuju balkon seperti biasa. Zafran mengangkat tangan ingin memukul Zafira namun seketika wanita itu membalik wajahnya ke belakang.

"Ada apa?" tanya Zafira.

"Bukan apa apa, aku hanya sedang berolahraga!" jawab Zafran sambil meng gerak- gerakan tangannya. Zafran segera pergi ke dalam kamar mandi karena dia harus segera mandi dalam waktu yang singkat. Saat dia berada di dalam kamar mandi tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Namun Zafira tidak berniat untuk membuka kan pintu itu. Sementara Zafran masih dipenuhi sabun.

'Wanita itu ngapain aja sih? Apakah dia juga sudah tulis sehingga tidak mendengar pintu diketuk?' batin zafran kembali berkata. Orang yang mengetuk pintu juga tidak berhenti.

"Rumah ini benar-benar aneh, jika memang tidak ada yang membukakan pintu seharusnya dia pergi. Dasar pelayan kurang kerjaan!" Zafran dengan kesal berbicara kepada dirinya sendiri. Dia terpaksa menyelesaikannya ritual mandinya kemudian mengenakan handuk membukakan pintu. Pelayan yang melihat Zafran hanya mengenakan handuk berteriak sambil menutup matanya.

"Maaf, tuan muda. Sarapan sudah siap, anda diminta untuk segera turun ke bawah!" jawab wanita itu kemudian dia pergi meninggalkan kamar Zafran. Pria tersebut hanya bisa tersenyum kemudian dia kembali ke dalam kamar. Dia memakai pakaian seperti biasa dan bergerak ke balkon lalu mengangkat tubuh istrinya untuk mengikuti sarapan bersama. Semua mata menatap zafran dan juga Zafira. Pasangan suami istri itu bisa merasakan energi yang terpancar dari tatapan mereka. Zafran bahkan sampai merinding saat merasakan energi negatif yang dipancarkan oleh orang lain.

Tetapi dia mencoba menguasai dirinya sendiri. Dia mencoba berjalan dengan tenang menuju ruang makan kemudian dia meletakkan Zafira di atas kursi lalu ia pun duduk di sebelahnya.

"Maaf kakek, kami terlambat!" ucap Zafran dengan sopan.

"Kenapa kalian bisa terlambat! Apa saja yang kalian lakukan di dalam kamar?" kakek Azhari marah kepada pasangan suami istri itu. Zafran menatap istrinya membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar sehingga membuat mereka terlambat ikut sarapan bersama. Namun zafira hanya menunjukkan kepalanya dia tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan dari kakek tersebut.

"Maafkan aku kakek, aku terlambat bangun!" Zafran menjawab pertanyaan dari pria tua itu. Jawaban Zafran membuat Zafira mengangkat wajah. Hatinya bertanya-tanya mengapa Zafran justru berbohong kepada kakek. Mengapa dia tidak mengatakan alasan sebenarnya.