Kembali ke Masa Sekarang.
Saat ini Meika memiringkan kepalanya dan menyandarkannya ke bahuku.
"Kazuto... Kemarin siang aku ikut berbelanja bareng teman-temanku"
Aku mulai memasukan makananku ke dalam mulutku, tidak memperdulikan dengan kata - kata Meika, aku mengulanginya... Memakannya dan tidak memerhatikan setiap katanya.
"Aku melihat tas-tas yang sangat bagus sekali..."
Tetapi, setelah kata terakhir yang diucapkannya, aku tidak bisa mengalihkannya.
"Jadi..... Bisakah kamu belikan tas itu untuk ku?"
Aku memberhentikan sumpitku, setelah ucapan terakhir yang dikatakannya, membuat suasana menjadi hening.
"Hei, ada apa denganmu? Apakah kamu mendengarku?"
"Ah, maaf.... Jadi bisakah kamu mengulangi lagi apa yang kamu bicarakan?"
"Jadi begini... Teman - temanku semuanya membeli Tas bagus dengan merek impor, aku hanya bisa berdiam mengikuti mereka karena uangku tidak cukup untuk membelinya. Jadi bisakah kamu membelikan tas itu untukku?"
Huh... Dasar wanita yang tidak tahu malu.
Mungkin di masa lalu aku tidak menyadarinya, tetapi sekarang aku sudah mengetahuinya bahwa kamu melakukan rencana sesuatu yang buruk untukku. Benar, kejadian itu akan terjadi tahun depan, tepat setelah aku naik ke kelas 12 di masa SMA ku.
"Tolong.... Bisakah kamu menyingkirkan kepalamu? Aku tidak bisa bergerak jika kamu terus bersandar di situ!"
"Ah.. maaf, aku akan menyingkir setelah mendapatkan jawabanmu."
"Bisakah kamu tidak menggangguku? Apakah kamu tidak bisa melihat bahwa saat ini aku sedang makan bekalku?"
"Tidak apa - apa... Kamu bisa melanjutkan makanmu, aku akan terus bersandar seperti ini setelah kamu memberikanku jawaban"
"Dasar perempuan yang tidak tahu malu!"
*Brakk*
Aku berdiri dan melangkah ke samping kiriku sehingga Meika terjatuh karena tidak ada tempat untuk bersandar.
"Apa yang kamu lakukan!?"
Seluruh siswa yang ada di kelas ini, setelah mendengar suara benturan yang cukup keras ini, beralih memandangi kami berdua.
"Bisakah kamu tidak menggangguku saat ini?!"
"Apa maksudmu Kazuto...?"
Dia bingung dengan kata - kata yang baru saja diucap olehku.
Hmm.... Dia mencoba menyembunyikannya dariku. Hal yang seperti itu tidak akan berhasil, karena aku sudah mengetahui rencanamu.
"Apakah kamu tidak tahu malu untuk meminta sesuatu dariku, sedangkan kamu bermain di belakangku!"
"Hah? Bisakah kamu mengecilkan suaramu? Semuanya melihat ke arah sini!" Meika dengan berbisik ke arahku.
"Tidak... Biarkan semua orang yang ada di kelas ini mengetahuinya, bahwa kamu bermain-main dengan pria lain di belakangku!"
"Apasih yang kamu bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti ucapanmu. Pria lain apanya, bukannya kamu satu - satunya yang aku miliki?"
Huh... Jadi dia tidak mau mengakuinya, mungkin ini akan menjadi sulit.
"Dimana lelaki yang selalu bersamamu?"
"Lelaki yang mana? Kamu jangan bicara yang tidak-tidak yah."
Semua orang setelah mendengar ucapan Meika, tatapan mereka semuanya beralih tertuju ke arahku, dan menjadikanku sebagai pusat perhatian.
Sepertinya ini akan menjadi sulit.
"Bukankah kamu menyukai Yoshida? Murid baru yang ada di kelas sebelah. Kenapa kamu tidak meminta uang dari dia saja?"
"Yoshida....? Apakah Kazuto sedang bercanda, mana mungkin aku menyukai Pria seperti dia."
Apakah benar begitu? Dilihat dari ekpresimu yang gelisah itu, sepertinya aku benar. Kamu memang berhubungan dengan Yoshida.
Masih tidak mau mengakuinya.
"Terserahlah.... Hari ini kita berdua tidak memiliki hubungan apa - apa lagi, sekarang kamu pergi dari tempatku!"
"Nee.... Jangan seperti itu" Meika memeluk lenganku. " Aku tahu aku salah, tolong maafkan aku..."
Ada apa dengannya? Jadi kamu mengakuinya, percuma saja kamu meminta maaf kepadaku, semuanya tidak akan berguna.
"Jangan membuatku tertawa!" Aku menarik kancing kerahnya.
"Ehh... Apa yang sedang kamu lakukan, lepaskan aku!"
"Melepaskanmu? Jangan bermimpi!"
"Bahkan di wajahmu saat ini tidak memiliki penyesalan sedikitpun!"
"Biarkan aku memberitahukanmu satu hal. Apakah kamu mengetahui hal yang paling aku benci dari dunia ini?!"
" .... Yaitu suatu kebohongan! "
"Jadi... Singkirkan lah wajah sok polosmu dari hadapanku! Dasar wanita murahan!"
*Brak*
"Gahh...! Itu sakitt!"
Aku mendorongnya setelah selesai mengucapkan kata - kata itu. Akibatnya, dia tertabrak oleh bangku yang ada di sebelahku.
Huh... Aku memandangi sekeliling kelas ini. Mereka semua menatapiku.
Tatapan mereka semua sama seperti kejadian itu, tatapan dengki dan kebencian yang mereka tuju ke arahku.
"Dia mendorongnya"
"Dasar lelaki yang tidak tahu malu!"
"Beraninya untuk menindas wanita!"
Teman sekelas lainnya mulai berbisik satu sama lain, menjelekan ku dari belakangku.
"Hei! Heii! Sepertinya sepasang kekasih sedang bertengkar."
Tiba - tiba, seseorang datang ke arahku.