Aku kembali menengok ke arah depanku. Guru sedang menjelaskan sesuatu. Dia adalah Guru mata pelajaran olahraga di kelasku sebelumnya. Namanya adalah Kazuki Sensei. Sekarang dia menjadi walikelasku di kelas ini.
Aku kembali memperhatikan ucapannya, dia sepertinya sedang menjelaskan sesuatu.
"Jadi... Kita akan mengadakan pemilihan ketua kelas dan wakil kelas."
Ketua kelas dan wakil kelas? Itulah yang kudengar dari ucapan yang baru saja dikatakannya.
Aku baru menyadarinya... Aku baru menyadari kalau ini adalah hari kedua setelah liburan musim semi.
Sepertinya Ketua kelas sebelumnya batasan waktunya sudah berakhir dan kini mengadakan pemilihan ketua kelas dan wakil kelas yang baru... Itulah yang ku pikirkan.
"Siapa diantara kalian semua yang ada di kelas ini untuk mencalonkan diri untuk menjadi ketua dan wakil kelas?" Bu Guru bertanya.
Tidak ada jawaban.
Semua murid yang berada di kelas ini tidak ada yang berani mencalonkan dirinya untuk menjadi ketua dan wakil kelas di kelas ini.
Sudah wajar jika tidak ada yang ingin mencalonkan diri. Tugas dari ketua kelas memang berat karena harus mengatur para siswa yang ada di kelas ini agar tetap tenang dan rapi, tetapi kondisi di kelas ini tidak memungkinkan untuk melakukan hal yang berat itu.
Lihatlah... Aku menatap orang yang duduk di bangku paling depan di kelas ini. Si Rio ini, walaupun ada Guru yang sedang menjelaskan tetapi dia malah bermain kartu dengan gengnya itu, mengobrol dan tidak memperhatikan, sikapnya sangat tidak mencerminkan pelajar yang teladan.
Tetapi.... Tiba - tiba ada seseorang yang berdiri dari kursinya. Seluruh siswa menatap menuju orang itu.
"Kazuki-sensei.... Aku menyarankan diriku untuk menjadi ketua kelas."
Seluruh kelas terdiam mendengar ucapan dari orang itu.
Kalau tidak salah dia adalah.... Hirotaka Takuma, sebut saja dengan Takuma.
Dia mendorong kacamata yang dikenakannya setelah selesai berbicara.
"Itu bagus, jadi.... Apakah ada siswa atau siswi lainnya yang ingin mencalonkan dirinya untuk menjadi wakil kelas?"
Seluruh kelas menjadi diam... Tidak ada yang berani berbicara. Tetapi, Hirotaka kembali mengutarakan niatnya sambil mendorong kacamatanya.
"Untuk itu Kazuki Sensei.... Aku juga menyarankan Rinon sebagain wakil kelas." Menunjuk ke arah Rinon.
"Ehh.. Tidak... Aku... Aku tidak bisa melakukan hal yang seperti itu."
Dia.... Aku mengetahui kalau Takuma menjadi ketua OSIS di sekolah ini. Tetapi memaksa seseorang untuk menjadi wakilnya, bukankah ini termasuk tindakan pemaksaan?
Dan juga, apa-apaan dengannya itu. Aku mengetahui kalau Takuma menyukai Rinon, tetapi melakukan yang sejauh itu... Bukankah itu akan mencerminkan sikap yang buruk kepada Rinon.
Tunggu, tidak. Apakah dia sengaja untuk menjadikan Rinon sebagai wakilnya untuk bisa selalu mendekatinya?
"Rinon, apakah kamu keberatan?" Guru mulai bertanya kepada Rinon.
"Itu....."
"Rinon-san, lebih baik kamu menerima tawaranku saja. Kamu adalah salah satu siswi teladan di kelas ini. Tugas penting seperti ini lebih cocok untukmu dibandingkan dengan siswa yang tidak bermoral yang bisanya hanya berlindung di balik wanita."
Hei, hei, hei? Apakah kamu menyindirku? Huh.. apa - apaan dengan ucapannya itu. Secara sengaja dia menunjukan sikap permusuhan kepadaku. Aku tidak ingat pernah menyinggungmu, tetapi kenapa kamu mulai menyinggungku?
"Tapi... Baiklah, aku akan menerimanya."
"Baiklah.. Untuk semuanya... Apakah tidak ada yang keberatan jika Takuma dan Rinon menjadi Ketua dan wakil kelas?"
Kazuki-sensei mulai kembali bertanya kepada murid - murid lainnya.
Sesisi kelas sekali lagi terdiam.
"Ibu anggap kalian semua setuju, kalau begitu Takuma akan menjadi ketua dan Rinon akan menjadi wakilnya."
Seluruh kelas bersorak beramai ramai setuju dengan keputusan yang Kazuki-Sensei ucapkan.
Bel istirahat mulai berbunyi, kelas pertama telah selesai. Waktu menunjukan pukul 11:00 , hari sudah siang.
"Baiklah untuk kelas pertama telah selesai, Untuk saat ini ibu tidak bisa mengajar dulu karena akan mengadakan rapat dengan para Guru lainnya. Kegiatan belajar mengajar akan dimulai di hari berikutnya. Yang membawa bekal silahkan dimakan, yang ingin pergi ke kantin cepat sebelum bel masuk berbunyi, Ibu akan kembali ke kantor terlebih dahulu..."
Bu guru meninggalkan kelas dan kelas pertama telah selesai.