Chereads / WN {System' Admin Dari Dunia Lain} / Chapter 22 - Chapter 2 - Bagian 10 Rasa Takut

Chapter 22 - Chapter 2 - Bagian 10 Rasa Takut

"Kakak!"

Mulai berbalik ke arah belakang, itu adalah kakak yang sedang tertidur dengan meneteskan air dari matanya. Keringat dingin yang bercucuran keluar dari tubuhnya, membuat pakaian tidur yang dikenakannya basah akibat dari keringat itu.

"Kakak, apa yang telah terjadi denganmu...?"

Kirino mulai berlari menuju kasur tempat kakaknya berada, perasaan cemas kini muncul kembali di dalam kepalanya.

Pasti mimpi buruk yang saat ini sedang di alami oleh kakaknya. Walaupun ini adalah pertama kalinya bagi Kirino melihat kakaknya tertidur sambil menangis, dikarenakan karena dirinya selama ini hanya mendengar suara tangisanannya dari dalam kamar sebelahnya, sesuatu yang amat pedih pasti dialami oleh kakaknya saat ini. Kejadian yang buruk yang dialami oleh kakaknya sampai terbawa kedunia mimpinya. Saat ini Kirino hanya bisa bersedih melihat kakaknya menangis tak berdaya dengan melihat wajah yang putus asanya.

Jika ada sesuatu yang saat ini bisa dilakukan olehnya untuk kakaknya, pasti Kirino akan membantunya.

Tak tega untuk melihat wajah sedih kakaknya, dengan itu Kirino mencoba membangunkan kakaknya dengan menggoyangkan pundaknya.

"Onii-Chan, bangun! Ayo bangun! Kamu harus kuat! Lawan rasa takutmu dengan kekuatanmu! Jangan sampai itu terus merasukimu terus-menerus!"

Memberikan rasa semangat untuk menghadapi rasa takutnya, itulah yang saat ini yang bisa dia lakukan olehnya untuk membantu kakaknya.

Mengoyangkan pundaknya berkali-kali, itu tetap tidak terjadi perubahan apapun. Pada saat ini Kirino cemas dengan keadaan kakaknya, kini kakaknya berbuat aneh ketika sedang tertidur, tangannya mencekik lehernya sendiri. Pada saat ini Kirino mencoba menghentikan perbuatannya yang mencoba menyakiti dirinya sendiri, tetapi apalah dayanya, kekuatannya bahkan tidak mampu untuk mengimbangi kakaknya.

"Kakak, berhenti! Jangan menyakiti dirimu sendiri... Kumohon berhentilah....!" Dengan mengeluarkan air mata.

Bahkan seorang gadis tidak mampu untuk mengimbangi kekuatan laki-laki, jadi untuk dari itu harus ada seorang lelaki lain untuk mengimbangi kekuatan dari kakaknya. Ayahnya sedang pergi keluar kota bersama dengan ibunya, keadaan genting seperti ini mau tidak mau harus dirinya yang melakukannya.

Saat ini Kirino berulangkali menghentikan tangan kakaknya yang mencoba menyakiti dirinya sendiri. Kirino terus menahan dari kekuatan kakaknya, walaupun itu tidaklah seimbang, ini adalah demi menyelamatkan nyawa dari kakaknya. Ya, kalau ini terus dibiarkan mungkin sesuatu yang buruk akan terjadi, bahkan kematian yang saat ini ditakutinya akan dialami oleh kakaknya jika terus dibiarkan.

"Huuu...Huu... Kumohon berhentilah! Kakak... jangan menyakiti dirimu sendiri..... Aku mohon jangan diteruskan... Huu.. Huhu...." Kirino hanya bisa menangis melihat keadaan kakaknya yang saat ini menyakiti dirinya sendiri, berharap kepada Tuhan untuk segara menolong kakaknya. Kirino takut hal yang dikhawatirkannya akan benar-benar terajdi dengan kakaknya.

Menahannya, saat ini kekuatan kakaknya mulai mengurangi/mengendor dan akhirnya kini melemah. Ini adalah kesempatan untuknya, dengan memegang kedua tangan dari kakaknya dan memindahkan kesamping tempat tidurnya, tiba-tiba matanya terbuka, pada saat ini titik antara kedua matanya saling bertemu.

Ini terlalu dekat, kamu tahu, saat ini wajah Kirino memerah dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Apa yang sedang kamu lakukan Kirino?"

"Ah... Tidak, aku tidak melakukan apapun..."

Melepaskan kedua tangan yang dipegangnya, Kirino menjauh dari tatapan kakaknya yang berdekatan dengannya. Saat ini ia menjauh dari kakaknya.

Terbangun dan mulai duduk di atas kasurnya, saat ini kakaknya memandanginya.

"Ada apa dengan wajahmu? Kenapa ada air mata disitu?"

"Tidak, itu... Aku mengira jika kakak sedang bermimpi buruk, jadi aku mencoba membangunkan ka-k-kak dari mimpi buruk itu!"

Itu memalukan sekali, mengucapkan dengan cepat dengan terbata-bata membuat dirinya sangat malu.

"Ohh... Begitu, terimakasih karena telah membangunkaku, Kirino."

Saat ini kakaknya mengelus kepalanya, membuatnya semakin malu dan kini menatap kearahnya membuat Kirino dan kakaknya tampak seperti sepasang kekasih. [Eh tidak, bagaimana mungkin aku membayangkan hal yang seperti itu. ] Benar, walaupun dirinya tidak bisa untuk menerima itu, tidak dipungkiri saat ini perasaan yang tiba-tiba tentang kakaknya muncul di hatinya. Wajahnya yang saling bertemu itu, membuat hatinya bergerak tak karuan.

[Bukan....! Aku hanya mengagumi kakakku saja, tidak seperti aku menyukainya, tidak, tidak, menjauhlah pikiran seperti itu...]

"Omong-omong, sekarang sudah jam berapa Kirino?"

Ah, saat ini Kirino melupakannya, membayangkan kejadian itu sampai membuat dirinya lupa dengan waktu.

"Ah... Aku melupakannya," Melihat ke arah jam dinding yang tepat berada di depannya. "Sekarang sudah menunjukan pukul 08:25, kita akan telat untuk ke sekolah kalau tidak cepat-cepat, kakak, cepat bersiap-siap, aku akan menunggumu dibawah untuk sarapan"

Dengan tergesa-gesa Kirino meninggalkan kakaknya, saat ini ia harus menyiapkan makanan untuk kakaknya, Waktunya tidak lama lagi, bel masuk sekolah sebentar lagi akan segera berbunyi.